
China Naikkan Anggaran Militer, Bersiap Untuk World War III?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 May 2020 06:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kondisi yang kompleks akibat merebaknya pandemi Covid-19 dan ketegangan yang terjadi antara Washington dengan Beijing, Presiden China Xi Jinping meminta personel militernya untuk siaga dan menambah anggaran keamanan. Lantas apakah ini pertanda perang?
Tensi geopolitik Amerika Serikat (AS) dengan China kembali naik. Pemicunya adalah merebaknya pandemi Covid-19.
Presiden AS Donald Trump menuding China menutupi fakta soal asal muasal virus corona yang jadi penyebab pandemi. Mantan taipan properti AS itu juga menuding China telah gagal menangani wabah sehingga menyebabkan lebih dari 200 negara dan teritori terjangkiti, tak terkecuali AS.
Donald Trump menjadi gusar karena lebih dari 1,6 juta warga AS dinyatakan positif terjangkit Covid-19. Upaya untuk mengendalikan agar wabah tak merebak melalui lockdown di berbagai negara bagian membuat perekonomian AS terpuruk.
Di tengah kondisi yang kompleks ini Presiden Negeri Tirai Bambu meminta personel militernya untuk bersiaga. Dikutip dari Global Times dan South China Morning Post, ia bahkan memerintahkan militer mengeksploitasi cara-cara pelatihan dan persiapan perang.
"Penting juga untuk meningkatkan persiapan pertempuran bersenjata dan kemampuan militer untuk melakukan misi," ujarnya.
Tak hanya itu, China juga menaikkan anggaran untuk pertahanannya hingga 6,6% untuk tahun ini menjadi RMB 1.268 miliar atau setara dengan US$ 178,6 miliar. Kenaikan anggaran ini jauh lebih tinggi dari perkiraan analis yang hanya sebesar 3% saja mengingat ekonomi Tiongkok juga anjlok karena didera pandemi.
Sejatinya China sudah tak terlalu agresif dalam mengalokasikan anggaran untuk sektor pertahanan dalam beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 2016, pertumbuhan anggaran pertahanan Negeri Panda sudah turun menjadi single digit.
Anggaran yang dipatok lebih tinggi dibanding perkiraan analis tersebut ditengarai karena prospek pertumbuhan ekonomi China yang masih terbilang baik, mengingat ekonomi China ditopang oleh permintaan domestik dan negara itu jadi yang pertama kali lepas dari jeratan belenggu pandemi Covid-19.
Mengutip Global Times, beberapa alasan lain mengapa China menaikkan anggaran pertahanannya lebih besar dari perkiraan adalah karena sistem keuangan yang fleksibel, sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan realokasi anggaran terutama dari pos-pos yang dinilai kurang mendesak.
Walaupun setiap tahunnya China melaporkan anggaran militer miliknya, tetapi angkanya sering berbeda dengan estimasi yang dilakukan oleh pihak eksternal China. Ambil contoh saja pada 2019, mengacu pada laporan Kongres Rakyat Nasional (NPC), budget pertahanan China dipatok sebesar US$ 177,5 miliar.
Namun angka ini jauh lebih rendah dari estimasi The Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) yang memperkirakan angkanya bisa mencapai US$ 261,1 miliar. Artinya ada perbedaan lebih dari US$ 70 miliar.
Perbedaan ini dipicu oleh pandangan global yang menilai bahwa China tak transparan dalam melaporkan anggaran pertahanan miliknya. Merespons tudingan ini,
Zhang Yesui selaku juru bicara NPC ke-13, mengatakan pada konferensi pers pada hari Kamis (21/5/2020) bahwa China telah mengirimkan laporan tentang pengeluaran militernya kepada PBB setiap tahun sejak 2007.
"Dari mana uang itu berasal dari bagaimana uang itu digunakan, semuanya dipertanggungjawabkan," kata Zhang, mencatat tidak ada yang namanya "pengeluaran militer yang tersembunyi," ujarnya seperti dikutip dari Global Times.
Tensi geopolitik Amerika Serikat (AS) dengan China kembali naik. Pemicunya adalah merebaknya pandemi Covid-19.
Presiden AS Donald Trump menuding China menutupi fakta soal asal muasal virus corona yang jadi penyebab pandemi. Mantan taipan properti AS itu juga menuding China telah gagal menangani wabah sehingga menyebabkan lebih dari 200 negara dan teritori terjangkiti, tak terkecuali AS.
Di tengah kondisi yang kompleks ini Presiden Negeri Tirai Bambu meminta personel militernya untuk bersiaga. Dikutip dari Global Times dan South China Morning Post, ia bahkan memerintahkan militer mengeksploitasi cara-cara pelatihan dan persiapan perang.
"Penting juga untuk meningkatkan persiapan pertempuran bersenjata dan kemampuan militer untuk melakukan misi," ujarnya.
Tak hanya itu, China juga menaikkan anggaran untuk pertahanannya hingga 6,6% untuk tahun ini menjadi RMB 1.268 miliar atau setara dengan US$ 178,6 miliar. Kenaikan anggaran ini jauh lebih tinggi dari perkiraan analis yang hanya sebesar 3% saja mengingat ekonomi Tiongkok juga anjlok karena didera pandemi.
Sejatinya China sudah tak terlalu agresif dalam mengalokasikan anggaran untuk sektor pertahanan dalam beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 2016, pertumbuhan anggaran pertahanan Negeri Panda sudah turun menjadi single digit.
Anggaran yang dipatok lebih tinggi dibanding perkiraan analis tersebut ditengarai karena prospek pertumbuhan ekonomi China yang masih terbilang baik, mengingat ekonomi China ditopang oleh permintaan domestik dan negara itu jadi yang pertama kali lepas dari jeratan belenggu pandemi Covid-19.
Mengutip Global Times, beberapa alasan lain mengapa China menaikkan anggaran pertahanannya lebih besar dari perkiraan adalah karena sistem keuangan yang fleksibel, sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan realokasi anggaran terutama dari pos-pos yang dinilai kurang mendesak.
Walaupun setiap tahunnya China melaporkan anggaran militer miliknya, tetapi angkanya sering berbeda dengan estimasi yang dilakukan oleh pihak eksternal China. Ambil contoh saja pada 2019, mengacu pada laporan Kongres Rakyat Nasional (NPC), budget pertahanan China dipatok sebesar US$ 177,5 miliar.
Namun angka ini jauh lebih rendah dari estimasi The Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) yang memperkirakan angkanya bisa mencapai US$ 261,1 miliar. Artinya ada perbedaan lebih dari US$ 70 miliar.
Perbedaan ini dipicu oleh pandangan global yang menilai bahwa China tak transparan dalam melaporkan anggaran pertahanan miliknya. Merespons tudingan ini,
Zhang Yesui selaku juru bicara NPC ke-13, mengatakan pada konferensi pers pada hari Kamis (21/5/2020) bahwa China telah mengirimkan laporan tentang pengeluaran militernya kepada PBB setiap tahun sejak 2007.
"Dari mana uang itu berasal dari bagaimana uang itu digunakan, semuanya dipertanggungjawabkan," kata Zhang, mencatat tidak ada yang namanya "pengeluaran militer yang tersembunyi," ujarnya seperti dikutip dari Global Times.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular