China Naikkan Anggaran Militer, Bersiap Untuk World War III?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
29 May 2020 06:25
Kendaraan Militer pada Parade Militer Peringatan Hari Kemerdekaan ke-70 RRC (REUTERS/Jason Lee)
Foto: Kendaraan Militer pada Parade Militer Peringatan Hari Kemerdekaan ke-70 RRC (REUTERS/Jason Lee)
Jika secara nominal, anggaran untuk pertahanan China pada 2019 mengacu pada data SIPRI merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah rivalnya yakni AS yang bertengger di posisi pertama dengan total anggaran US$ 718,7 miliar. 

Di posisi ketiga setelah China ada India dengan anggaran mencapai US$ 70,8 miliar dan di peringkat keempat ada Rusia dengan total anggaran pertahanan miliknya yang mencapai US$ 64,1 miliar. 



The Global Times melaporkan Cina telah mempertahankan rasio belanja militernya terhadap PDB di bawah 2% dalam tiga dekade terakhir, sementara negara-negara besar lainnya seperti AS telah menjaga rasio ini menjadi 3 - 4% dalam beberapa tahun terakhir.

Dengan anggaran sebanyak itu, ke mana saja alokasinya? Pengeluaran pertahanan Tiongkok dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu biaya personil, biaya pemeliharaan pelatihan dan pembelian peralatan, menurut Kementerian Pertahanan Nasional China.

Militer Cina perlu mendapatkan sejumlah besar senjata dan peralatan canggih yang mahal untuk menggantikan senjata yang sudah 'usang' yang konon kabarnya jumlahnya sangat banyak. Hal ini terlihat dari peningkatan alokasi anggaran untuk pos ini sejak 2013.



Disamping itu, kenaikan anggaran militer China juga dialokasikan untuk meningkatkan intensitas pelatihan; seiring dengan meningkatnya inflasi, manfaat prajurit dan perwira juga perlu ditingkatkan.

China bahkan dikabarkan membangun kapal induk (aircraft carrier) ketiganya dan yang ini adalah versi lebih canggih dari sebelumnya.  China juga dilaporkan mengembangkan apa yang disebut senjata pembom jarak jauh.

Jumlah senjata modern seperti jet tempur J-20 dan perusak besar Tipe 055 dinilai masih kurang dibandingkan dengan jet tempur F-35 yang berpotensi bermusuhan dan kapal perang canggih milik AS dan sekutunya di sekitar China.

Jika melihat catatan sejarah, Tiongkok memang tidak pernah berperang dalam beberapa dekade terakhir. Negeri Tirai Bambu itu sangat bergantung pada pelatihan untuk mempertajam dan mempertahankan kesiapan tempur. 

Song Zhongping, seorang ahli militer China mengatakan kepada Global Times bahwa kenaikan sebesar 6,6% tersebut bukanlah angka yang besar, bahkan di tengah situasi pandemi seperti ini yang membuat ekonomi China jatuh.

Lebih lanjut Song mengatakan bahwa kenaikan anggaran tersebut tidak memecahkan masalah jangka panjang China terkait dengan kurangnya dana militer. Namun Song melihat ini merupakan proses peningkatan yang bertahap.

Kenaikan anggaran militer Tiongkok terjadi saat AS menjadi semakin agresif dan telah melakukan provokasi militer berulang-ulang terhadap Cina di daerah-daerah seperti Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan. Menurut para pengamat militer keduanya menghadapi risiko eskalasi konflik menjadi konfrontasi militer yang sebenarnya.

AS telah mengirim kapal perang dan pesawat tempur ke perairan dan wilayah udara dekat China dan bahkan masuk tanpa izin ke wilayah China. Di sisi lain, China juga telah melakukan patroli dan latihan untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorialnya.

Pada akhirnya walau dinilai masih kurang, kenaikan anggaran militer tersebut tetap saja ditujukan untuk memperkuat militer Negeri Tirai Bambu guna mempersiapkan diri menghadapi berbagai gempuran yang mungkin terjadi di masa mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular