Internasional

Maskapai EasyJet Kurangi Karyawan 30% karena COVID-19

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 May 2020 15:12
FILE PHOTO: A British Airways and an Easyjet aircraft are pictured at Cointrin airport in Geneva, Switzerland, April 13, 2016. Picture taken through a window. REUTERS/Denis Balibouse/File Photo
Foto: REUTERS/Denis Balibouse
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi global COVID-19 kembali memaksa banyak perusahaan untuk mengurangi pekerja mereka. Kali ini perusahaan penerbangan Inggris EasyJet mengatakan mereka akan memangkas hingga 4.500 orang atau 30% pekerja dari pangkalan pesawat di seluruh dunia.

"Untuk mempengaruhi restrukturisasi bisnis kami, EasyJet akan segera meluncurkan proses konsultasi karyawan mengenai proposal untuk mengurangi jumlah staf hingga 30%," ujar perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan pada Kamis (28/5/2020), dikutip dari AFP.



Selain pengurangan karyawan, EasyJet juga akan mengurangi armada, optimalisasi jaringan dan pangkalan. Perusahaan berdalih, ini untuk peningkatan produktivitas serta promosi cara kerja yang lebih efisien.

Seorang juru bicara menambahkan bahwa pemangkasan pekerjaan akan berdampak pada 4.500 dari total 15.000 staf maskapai di perusahaan tersebut. Dalam beberapa hari ke depan juga perusahaan akan melakukan proses konsultasi karyawan mengenai pengurangan tersebut.



Kepala eksekutif EasyJet Johan Lundgren, sebagaimana diberitakan oleh BBC Internasional mengatakan pihaknya menyadari bahwa ini adalah masa yang sangat sulit. "Kami harus mempertimbangkan keputusan yang sangat sulit yang akan berdampak pada karyawan kami, tetapi kami ingin melindungi sebanyak mungkin pekerjaan untuk jangka panjang," katanya.

Lundgren juga mengatakan EasyJet juga berencana mengurangi ukuran armadanya dan akan terus memangkas biaya. "Kami ingin memastikan bahwa kami muncul dari pandemi bisnis yang bahkan lebih kompetitif dari sebelumnya sehingga EasyJet dapat berkembang di masa depan," katanya lagi.

EasyJet, yang memiliki operasi besar di bandara Gatwick dan Luton, mengkonfirmasi akan memulai kembali penerbangan pada 15 Juni. Namun, tingkat permintaan pasar pada 2019 tidak mungkin tercapai hingga tahun 2023.

Selain itu, maskapai yang sempat mendapatkan pinjaman 600 juta poundsterling dari pemerintah Inggris pada awal April lalu juga akan merilis hasil pendapatan setengah tahun, mencakup enam bulan hingga akhir Maret, pada 30 Juni mendatang.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Bantu Petani & Nelayan, Pemerintah Beri Insentif Rp 600.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular