
Kalau Status Istimewa Hong Kong Dicabut, Apa Sih Dampaknya?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 May 2020 16:52

"Keputusan Pompeo membuka pintu bagi berbagai kemungkinan seperti tarif impor dari Hong Kong, pembatasan visa atau pembekuan aset untuk pejabat tinggi. China sebelumnya telah memperingatkan akan membalas jika AS ikut campur dalam urusannya," tulis Rodrigo Catril dari National Australia Bank dalam sebuah catatan pada Kamis pagi, melansir CNBC International.
Dampak ke Sektor Perdagangan AS-Hong Kong
Jika AS tak lagi memandang Hong Kong tak lagi otonom, maka kemungkinan AS juga akan mengenakan bea impor untuk Hong Kong. Aktivitas perdagangan antara kedua belah pihak pun akan terkena dampak yang signifikan.
Menurut Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR), perdagangan barang dan jasa AS dengan Hong Kong mencapai lebih dari US$ 66 miliar pada 2018. Ekspor AS ke Hong Kong mencapai US$ 50,1 miliar, sedangkan impornya sebesar US$ 16,8 miliar. Barang-barang teratas yang diimpor dari Hong Kong termasuk mesin dan plastik.
Jika mengacu pada data Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Hong Kong, kota itu merupakan pasar terbesar ketiga Amerika untuk ekspor anggur, pasar terbesar keempat untuk daging sapi dan terbesar ketujuh untuk produk pertanian pada 2018.
"Risiko yang lebih besar adalah hilangnya status khusus membuat AS membatasi penjualan teknologi sensitif ke perusahaan-perusahaan Hong Kong," Mark Williams, kepala ekonom Asia di Capital Economics, menulis dalam sebuah catatan yang dikirim pada Kamis pagi, mengutip CNBC International.
"Produk-produk berteknologi tinggi dari AS hanya sekitar 5% dari total impor Hong Kong. Namun membatasi kemampuan perusahaan-perusahaan yang berbasis di Hong Kong untuk mencari produk-produk yang sensitif tersebut akan menghilangkan salah satu keunggulan yang membedakan Hong Kong sebagai lokasi bisnis relatif dari China," tulisnya.
Dampak ke Sektor Perdagangan AS-Hong Kong
Jika AS tak lagi memandang Hong Kong tak lagi otonom, maka kemungkinan AS juga akan mengenakan bea impor untuk Hong Kong. Aktivitas perdagangan antara kedua belah pihak pun akan terkena dampak yang signifikan.
Jika mengacu pada data Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Hong Kong, kota itu merupakan pasar terbesar ketiga Amerika untuk ekspor anggur, pasar terbesar keempat untuk daging sapi dan terbesar ketujuh untuk produk pertanian pada 2018.
"Risiko yang lebih besar adalah hilangnya status khusus membuat AS membatasi penjualan teknologi sensitif ke perusahaan-perusahaan Hong Kong," Mark Williams, kepala ekonom Asia di Capital Economics, menulis dalam sebuah catatan yang dikirim pada Kamis pagi, mengutip CNBC International.
"Produk-produk berteknologi tinggi dari AS hanya sekitar 5% dari total impor Hong Kong. Namun membatasi kemampuan perusahaan-perusahaan yang berbasis di Hong Kong untuk mencari produk-produk yang sensitif tersebut akan menghilangkan salah satu keunggulan yang membedakan Hong Kong sebagai lokasi bisnis relatif dari China," tulisnya.
Dampak ke Sektor Bisnis
Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri AS, ada lebih dari 1.300 perusahaan AS yang beroperasi di Hong Kong, serta 85.000 orang AS yang tinggal di kota itu. Persepsi komunitas internasional tentang Hong Kong sebagai tempat yang otonom dan menarik untuk melakukan bisnis juga akan ikut terdampak.
"Survei terbaru yang dilakukan oleh Kamar Dagang Amerika menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan AS sudah berencana untuk mengurangi investasi mereka di kota itu [Hong Kong]," kata Capital Economics.
"Banyak keberhasilan Hong Kong didasarkan pada kemampuannya untuk menarik FDI dan menikmati dividen produktivitas yang berasal dari hosting perusahaan-perusahaan multinasional."
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, Kamar Dagang AS mengatakan bahwa otonomi Hong Kong di bawah kerangka “satu negara, dua sistem” telah “lama menjadi salah satu aset terbesarnya” dalam membentuk ekonominya yang transparan dan dan dilindungi oleh hukum.
"Ini akan menjadi kesalahan serius di banyak tingkatan untuk membahayakan status khusus Hong Kong, yang mendasar bagi perannya sebagai tujuan investasi yang menarik dan pusat keuangan internasional," tulisnya, mendesak pemerintah Trump untuk memprioritaskan hubungan positif dengan Hong Kong.
Saat ini, orang AS juga menikmati perjalanan bebas visa ke wilayah China. Namun pembatasan visa bisa muncul jika ketegangan itu memburuk, kata para analis.
Dampak ke China Bagaimana?
Hong Kong tetap menjadi pintu gerbang utama Cina ke seluruh dunia. Namun peranan Hong Kong untuk China semakin kecil seiring dengan berjalannya waktu. Pada tahun 2019, sebanyak 12% ekspor China pergi ke atau melalui Hong Kong. Porsinya turun dari 45% pada tahun 1992.
China juga semakin tak bergantung pada arus masuk modal asing dan berbagai keahlian dari Hong Kong. Meskipun begitu, kota ini masih jadi penting bagi China. Transparansi Hong Kong dan kepatuhan terhadap standar tata kelola internasional menjadikannya sebagai basis penting bagi bank dan perusahaan perdagangan internasional, melansir Bloomberg. Sehingga pencabutan status istimewa Hong Kong juga akan berdampak bagi China.
Implikasi dari pencabutan status tersebut memang beragam. Semua tergantung opsi mana yang mau dipilih oleh AS. Namun yang pasti mengingat hubungan AS, China dan Hong Kong dibangun atas dasar saling membutuhkan maka jelas keputusan pencabutan status istimewa Hong Kong akan jadi kerugian bagi pihak-pihak yang berseteru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/miq)
Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri AS, ada lebih dari 1.300 perusahaan AS yang beroperasi di Hong Kong, serta 85.000 orang AS yang tinggal di kota itu. Persepsi komunitas internasional tentang Hong Kong sebagai tempat yang otonom dan menarik untuk melakukan bisnis juga akan ikut terdampak.
"Survei terbaru yang dilakukan oleh Kamar Dagang Amerika menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan AS sudah berencana untuk mengurangi investasi mereka di kota itu [Hong Kong]," kata Capital Economics.
"Banyak keberhasilan Hong Kong didasarkan pada kemampuannya untuk menarik FDI dan menikmati dividen produktivitas yang berasal dari hosting perusahaan-perusahaan multinasional."
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, Kamar Dagang AS mengatakan bahwa otonomi Hong Kong di bawah kerangka “satu negara, dua sistem” telah “lama menjadi salah satu aset terbesarnya” dalam membentuk ekonominya yang transparan dan dan dilindungi oleh hukum.
"Ini akan menjadi kesalahan serius di banyak tingkatan untuk membahayakan status khusus Hong Kong, yang mendasar bagi perannya sebagai tujuan investasi yang menarik dan pusat keuangan internasional," tulisnya, mendesak pemerintah Trump untuk memprioritaskan hubungan positif dengan Hong Kong.
Saat ini, orang AS juga menikmati perjalanan bebas visa ke wilayah China. Namun pembatasan visa bisa muncul jika ketegangan itu memburuk, kata para analis.
Dampak ke China Bagaimana?
Hong Kong tetap menjadi pintu gerbang utama Cina ke seluruh dunia. Namun peranan Hong Kong untuk China semakin kecil seiring dengan berjalannya waktu. Pada tahun 2019, sebanyak 12% ekspor China pergi ke atau melalui Hong Kong. Porsinya turun dari 45% pada tahun 1992.
China juga semakin tak bergantung pada arus masuk modal asing dan berbagai keahlian dari Hong Kong. Meskipun begitu, kota ini masih jadi penting bagi China. Transparansi Hong Kong dan kepatuhan terhadap standar tata kelola internasional menjadikannya sebagai basis penting bagi bank dan perusahaan perdagangan internasional, melansir Bloomberg. Sehingga pencabutan status istimewa Hong Kong juga akan berdampak bagi China.
Implikasi dari pencabutan status tersebut memang beragam. Semua tergantung opsi mana yang mau dipilih oleh AS. Namun yang pasti mengingat hubungan AS, China dan Hong Kong dibangun atas dasar saling membutuhkan maka jelas keputusan pencabutan status istimewa Hong Kong akan jadi kerugian bagi pihak-pihak yang berseteru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Most Popular