
Sinarmas Somasi APERD, Ramayana PHK 421 Pegawai & Potong Gaji

Jakarta, CNBC Indonesia - Di akhir perdagangan Rabu kemarin (27/5/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat 0,31% ke 4.641,55 jelang penutupan perdagangan setelah sepanjang hari sempat bergerak di zona merah.
Penurunan IHSG kemarin di awal perdagangan memang disebabkan oleh semakin meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China menyusul konflik yang terjadi di Hong Kong terlepas dari banyaknya sentimen positif lain dari pasar global, hal ini yang menyebabkan IHSG pada sesi 2 pelan-pelan mencoba merangkak naik ke zona hijau.
Laporan Bloomberg News mengatakan AS sedang mempertimbangkan sanksi terhadap perusahaan dan pejabat China atas situasi di Hong Kong.
Selain kabar tersebut, simak juga peristiwa emiten yang terjadi sepanjang perdagangan kemarin. Berikut kompilasinya:
1. Via Hotman Paris, Sinarmas AM Somasi Agen Penjual Reksa Dana
Kasus pembekuan sementara produk reksa dana PT Sinarmas memasuki babak baru. Kali ini, manajemen menempuh jalur hukum atas informasi yang disampaikan agen penjual reksa dana yang dinilai menyesatkan.
Sinarmas Asset menunjuk Hotman Paris sebagai kuasa hukum dan memberikan somasi secara terbuka kepada PT Bibit Tumbuh Bersama, salah satu agen penjual efek reksa dana (APERD) produk kelolaan PT Sinarmas Asset Management.
2. Tenggat 31 Oktober, BEI Bakal Depak Emiten Batu Bara Sinarmas
Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan tenggat waktu kepada emiten tambang batu bara Grup Sinar Mas, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) untuk segera memenuhi Ketentuan V.1 Peraturan Bursa Nomor I-A sampai dengan tanggal 31 Oktober 2020.
BEI menegaskan pihaknya akan mempertimbangkan untuk melakukan proses delisting (menghapus pencatatan) atas efek perseroan di Bursa apabila sampai dengan 31 Oktober 2020 GEMS masih belum dapat memenuhi Ketentuan V.1. Peraturan Bursa Nomor I-A.
3. Ramayana PHK 421 Pegawai, 2.700 Terkena Pemotongan Gaji
Pandemi virus corona (Covid-19) berdampak pada lesunya penjualan emiten ritel, salah satunya adalah PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS). Manajemen RALS menyatakan jumlah karyawan tetap dan tidak tetap hingga saat ini mencapai 5.475 orang.
Suryanto, Direktur Keuangan Perseroan RALS, mengatakan pandemi Covid-19 berdampak pada pembatasan operasional hampir di seluruh bisnis department store selama bulan April-Mei. Jangka waktu pembatasan tersebut diprediksi memakan waktu antara 3 bulan.
4. Omzet Nihil & Karyawan Nol, Emiten Ini Mau Didepak Bursa
Satu lagi emiten berpotensi terdepak (delisting) dari papan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI). Kali ini BEI mengumumkan potensi delisting saham perusahaan perdagangan batu bara PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (AIMS) setelah otoritas bursa menghentikan perdagangan saham AIMS sejak 29 Oktober 2018.
"Saham Akbar Indo Makmur Stimec telah disuspensi selama 19 bulan dan masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 29 Oktober 2020," kata Vera Florida, Kadiv Penilaian Perusahaan 2 BEI dan Irvan Susandy, Kadiv Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI, dalam pengumuman bursa, dikutip Rabu (27/5).
Berdasarkan ketentuan III.3.1.2 tentang penghapusan pencatatan (delisting) dan pencatatan kembali (relisting) saham di bursa, perusahaan yang tercatat di BEI bisa didepak jika sahamnya telah disuspensi selama 24 bulan.
5. Usai Tiphone, Giliran Rating PP Properti Dipangkas Pefindo
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) lagi-lagi menurunkan rating atau peringkat utang emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) seiring dengan mulai naiknya risiko kredit di tengah kondisi ekonomi yang terpapar virus corona (Covid-19).
Setelah sebelumnya Pefindo memangkas rating PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) dari BBB+ menjadi BB+, kali ini giliran anak usaha BUMN yakni PT PP Properti Tbk (PPRO).
6. Kuartal I-2020, Laba BCA Naik 8,5% Jadi Rp 6,58 T
Bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 6,58 triliun selama kuartal I-2020, atau naik 8,58% dari periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 6,06 triliun.
Sementara laba bersih bank only atau individual BCA pada periode 3 bulan pertama tahun ini yakni sebesar Rp 6,10 triliun, naik 8,61% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 5,62 triliun.
7. Saham Duo Indofood Terjun Bebas Lagi, Investor Harus Apa?
Harga saham dua emiten konsumer milik Grup Salim yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan induk usahanya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), lagi-lagi kompak ambles pada perdagangan sesi I, Rabu ini (27/5/2020) setelah manajemen ICBP mengumumkan akuisisi Pinehill Corpora Limited.
Sentimen akuisisi dengan nilai mencapai US$ 2,99 miliar atau sekitar Rp 44,55 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$) itu juga membuat duo Indofood ini juga terjun bebas sahamnya pada penutupan Selasa kemarin (26/5).
8. Ini Alasan Indocement Tutup 7 Pabrik & Potong Gaji Direksi
Emiten produsen semen Grup HeidelbergCement AG asal Jerman, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), menyampaikan kegiatan operasional mulai terganggu terdampak pandemi virus corona (covid-19). Perseroan menghentikan operasional beberapa pabrik dan memotong gaji direksi serta honorarium komisaris.
Melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur dan Sekretaris Perusahaan INTP Oey Marcos mengatakan dampak pandemi berimbas pada penghentian operasional sebagian pabrik perusahaan dan unit operasional entitas anak perusahaan akibat penurunan permintaan, dampak dari penerapan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) di beberapa wilayah di Indonesia.
(tas/tas) Next Article Deg-Degan! Ledakan Corona Picu Gelombang PHK & Dirumahkan
