
Kurva Corona RI Belum Landai, Beneran Mau New Normal?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 May 2020 06:23

Akan tetapi, tetap #dirumahaja juga bukan tanpa konsekuensi. Aktivitas publik yang sangat terbatas karena harus bekerja, belajar, dan beribadah di rumah membuat ekonomi seakan mati suri.
Pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sampai 3%, terendah sejak 2001. Bahkan sepertinya kondisi bakal lebih parah pada kuartal II-2020.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi April-Juni 2020 adalah 0,4%, tetapi tidak sedikit yang memperkirakan bakal ada kontraksi (pertumbuhan negatif). Moody's Analytics memperkirakan ekonomi terkontraksi -3,9% pada kuartal II-2020. Mirae Asset juga memperkirakan terjadi kontraksi pada kuartal II-2020, tepatnya di -1,5%.
Ekonomi yang menyusut mencerminkan lapangan kerja yang mengkerut. Ini bisa terlihat dari jumlah iklan lowongan kerja.
BPS mencatat iklan lowongan kerja di berbagai sektor selama Januari-April konsisten mengalami penurunan. Apa mau dikata, aktivitas ekonomi sedang lesu sehingga dunia usaha sebisa mungkin berhemat apa yang bisa dihemat. Salah satunya adalah biaya gaji pegawai, sehingga rekrutmen karyawan baru menjadi berkurang drastis.
Tidak hanya itu, BPS juga mengungkapkan bahwa pencarian kata 'Kartu Prakerja' mengalami peningkatan. Artinya semakin banyak orang yang tertarik dengan program tersebut karena sudah tidak lagi memiliki penghasilan.
Apabila situasi macam ini berkepanjangan, maka keresahan ekonomi akan menjelma menjadi keresahan sosial (social unrest). Rasa frustrasi dan ketidakpuasan bisa mendorong orang-orang untuk melakukan hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Seperti kalimat yang diucapkan Joker dalam film The Dark Knight, kegilaan itu seperti gravitasi. Hanya butuh satu dorongan kecil untuk jatuh ke sana.
Oleh karena itu, bagaimana pun aktivitas masyarakat dan roda ekonomi harus berputar lagi. Jangan sampai menunggu terlalu lama, sebab bisa memicu apa yang dikatakan Joker. Madness...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sampai 3%, terendah sejak 2001. Bahkan sepertinya kondisi bakal lebih parah pada kuartal II-2020.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi April-Juni 2020 adalah 0,4%, tetapi tidak sedikit yang memperkirakan bakal ada kontraksi (pertumbuhan negatif). Moody's Analytics memperkirakan ekonomi terkontraksi -3,9% pada kuartal II-2020. Mirae Asset juga memperkirakan terjadi kontraksi pada kuartal II-2020, tepatnya di -1,5%.
Ekonomi yang menyusut mencerminkan lapangan kerja yang mengkerut. Ini bisa terlihat dari jumlah iklan lowongan kerja.
BPS mencatat iklan lowongan kerja di berbagai sektor selama Januari-April konsisten mengalami penurunan. Apa mau dikata, aktivitas ekonomi sedang lesu sehingga dunia usaha sebisa mungkin berhemat apa yang bisa dihemat. Salah satunya adalah biaya gaji pegawai, sehingga rekrutmen karyawan baru menjadi berkurang drastis.
Tidak hanya itu, BPS juga mengungkapkan bahwa pencarian kata 'Kartu Prakerja' mengalami peningkatan. Artinya semakin banyak orang yang tertarik dengan program tersebut karena sudah tidak lagi memiliki penghasilan.
![]() |
Apabila situasi macam ini berkepanjangan, maka keresahan ekonomi akan menjelma menjadi keresahan sosial (social unrest). Rasa frustrasi dan ketidakpuasan bisa mendorong orang-orang untuk melakukan hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Seperti kalimat yang diucapkan Joker dalam film The Dark Knight, kegilaan itu seperti gravitasi. Hanya butuh satu dorongan kecil untuk jatuh ke sana.
Oleh karena itu, bagaimana pun aktivitas masyarakat dan roda ekonomi harus berputar lagi. Jangan sampai menunggu terlalu lama, sebab bisa memicu apa yang dikatakan Joker. Madness...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular