Internasional

Dilaporkan Australia ke WTO, Ini Komentar Terbaru China

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 May 2020 15:22
Australian Foreign Minister Julie Bishop, left, shakes hands with Chinese Foreign Minister Wang Yi as she arrives for a meeting at the Ministry of Foreign Affairs in Beijing, Wednesday, Feb. 17, 2016. (Wu Hong/Pool Photo via AP)
Foto: File Photo: Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop, kiri, berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi. AP/Wu Hong

Jakarta, CNBC Indonesia - Ribut-ribut antara China dan Australia dalam hal perdagangan makin menjadi. China yang baru-baru ini dituduh sengaja menerapkan tarif tinggi pada produk pertanian Australia sebagai hukuman atas sengketa diplomatik yang dipicu Australia, akhirnya buka suara.

Menteri Perdagangan China Zhong Shan mengatakan tarif tinggi yang diterapkan China pada biji barley (sejenis gandum) Australia bukanlah pembalasan atas sengketa diplomatik yang terjadi antar kedua negara. Zhong juga mengatakan tarif 80,5% yang diterapkan China pada impor biji barley dari Australia memenuhi aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Lebih lanjut, Zhong menyebut bahwa dibanding China, Australia telah meluncurkan lebih banyak penyelidikan terhadap negaranya. Jumlah penyelidikannya 100 kali lebih banyak, kata Zhong.



"Sejak berdirinya hubungan diplomatik antara China dan Australia, kasus barley Australia ini adalah satu-satunya investigasi perdagangan yang diluncurkan oleh China terhadap Australia," kata Zhong kepada wartawan di Beijing, Senin (25/5/2020).

"Pada periode yang sama, Australia telah meluncurkan 100 investigasi perdagangan terhadap China, termasuk tiga kasus terhadap China pada tahun ini."

Menurut Reuters, Zhong telah menolak permintaan untuk berbicara dengan Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham tentang kasus gandum tersebut.

Hubungan antara China dan Australia telah memanas dalam beberapa waktu terakhir setelah Negeri Kanguru berniat meluncurkan penyelidikan internasional terhadap sumber asli pandemi virus corona (COVID-19).

Meski virus yang sudah menginfeksi lebih dari 5,5 juta orang itu diklaim pemerintah China berasal dari hewan buas yang dijual di sebuah pasar ikan di Wuhan, China, namun Australia mengatakan ingin tetap melakukan penyelidikan untuk mengetahui asal-usul sebenarnya dari virus tersebut.

Sebelum ini, hubungan diplomatik kedua negara juga telah diketahui kurang harmonis. Menurut WTO, Australia telah banyak mengajukan investigasi terhadap China melalui Komisi Anti-Dumping meski belum pernah meluncurkan perselisihan satu sama lain melalui organisasi antar pemerintah.

Komisi tersebut bahkan telah memprakarsai tiga penyelidikan terhadap produk aluminium dan baja China atas permintaan perusahaan Australia tahun ini, menurut catatan WTO.



"Ya, Australia memiliki sistem anti-dumping dan keputusan kami terbuka untuk naik banding melalui Organisasi Perdagangan Dunia," kata Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham di Sky News. "China memilih untuk tidak melakukan hal itu dengan keputusan kami sejauh ini, tetapi tetap menjadi hak mereka untuk melakukannya."

Pemerintah Australia baru-baru ini juga mengatakan sedang mempertimbangkan membawa kasus kenaikan tarif gandum ke WTO karena mencurigai kebijakan itu ada kaitannya dengan keinginannya menyelidiki asal-usul COVID-19. Meski demikian China menentang tuduhan itu.

"China menyangkal ada kaitan," kata Birmingham, dikutip dari The Sydney Morning Herald, Selasa (19/5/2020). "Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan dalam membela petani kita adalah terlibat dalam proses ini, sekonstruktif yang kita bisa."

Sebelumnya, Australia dengan dukungan Amerika Serikat (AS) dan 101 negara lainnya, ingin melakukan penyelidikan independen soal asal-usul COVID-19. Pemerintah China tidak terima dan mengancam pemboikotan komoditas Australia.

[Gambas:Video CNBC]


(res) Next Article Terancam Perang Dagang, Australia Nego Sapi dengan China?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular