Kala Tensi AS-China Meningkat, 'Cash is King'

Haryanto, CNBC Indonesia
25 May 2020 12:44
Ilustrasi Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar AS alias greenback bisa menguat minggu ini karena meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing, kata Commonwealth Bank of Australia (CBA), mengutip dari Dow Jones Newswires. 

Pernyataan CBA mengacu pada peringatan terhadap AS oleh menteri luar negeri China pada akhir pekan bahwa Gedung Putih tidak boleh mencoba mengubah China dan bahwa warga Amerika memberikan risiko perang dingin baru. "Ketegangan yang meningkat dapat menempatkan kesepakatan perdagangan tahap satu antara AS-China dalam risiko," kata CBA.

CBA juga menuturkan "meskipun bukan otoritas kami, jika AS atau China menarik diri dari kesepakatan fase satu,  akan sangat mendorong penguatan greenback, sementara CNY, AUD dan NZD akan menurun." AUD/USD berada di 0,6532 pada awal perdagangan hari Senin, sedangkan NZD/USD pada 0,6096.

Hubungan AS-China kembali memanas setelah merebaknya virus corona menjadi pandemi global. Presiden AS Donald Trump menuding China telah menutup-nutupi fakta asal muasal virus dan telah gagal menangani wabah sehingga bisa menjadi pandemi yang menjangkiti lebih dari 200 negara dan teritori seperti sekarang ini.


Trump yang geram terus mengambil berbagai manuver, mulai dari rencana menerapkan tarif, menghapus China dari rantai pasok global hingga mengancam putus hubungan dengan Negeri Tirai Bambu.

Pada perdagangan pasar spot pagi ini (25/5/2020) mayoritas mata uang negara kawasan Asia melemah di hadapan dolar AS. Ini menjadi salah satu sentimen negatif yang berpotensi membuat nilai tukar rupiah juga ikut melemah di hadapan greenback.



Sementara nilai tukar rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR menguat lebih dari 1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.680/US$ di pekan kemarin, dan berada di level terkuat sejak 13 Maret lalu. Perdagangan di pekan kemarin terbilang pendek, hanya tiga kali, Senin-Rabu, dan rupiah mampu menyapu bersih semua perdagangan.

Rupiah sebenarnya sudah dalam tren menguat sejak awal April, total penguatan yang dibukukan nyaris 10% hingga perdagangan Rabu (20/5/2020) lalu.

Meskipun demikian, kekhawatiran ketegangan antara AS-China yang berlanjut serta risiko resesi yang semakin nyata dari hari ke hari akibat pandemi virus corona, membuat investor untuk menahan diri dari aset-aset berisiko. Lebih baik bermain sangat aman dengan memegang uang tunai. Cash is king, lebih baik pegang uang untuk jaga-jaga jika kondisi memburuk.

Cash yang dipegang pun bukan sembarang cash, pilihan jatuh kepada dolar AS. Maklum, dolar AS adalah mata uang global. Segala urusan seperti perdagangan, investasi, sampai pembayaran utang dan dividen bisa selesai kalau punya dolar AS.

Permintaan dolar AS yang meningkat membuat nilai tukar mata uang ini menguat. Akibatnya, aset-aset di pasar keuangan melemah karena kurang peminat.

 

 

Bahkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pernah mengatakan investor global saat ini tengah menghadapi tekanan ketidakpastian yang begitu tinggi akibat dampak virus corona (COVID-19) yang berimbas juga ke Tanah Air.

"Investor global ini memang sedang menghadapi tekanan ketidakpastian yang sangat tinggi, bagaimana kami pantau premi risiko meningkat sangat-sangat tinggi dan kami juga menghadapi, semua negara hadapi bahwa investor melepas asetnya baik saham maupun SBN [surat berharga negara]," kata Pery dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Maret 2020.

"...dan sekarang cash is the king. mereka pindah ke yang aman bukan masalah fundamental ekonomi, tapi memang kecenderungan kepanikan dan ini disebabkan premi risiko yang tinggi, dan sebabkan tekanan yang ada, kita dan negara lain menghadapi pembalikan modal besar dalam waktu yang sama," tegas Perry.

 

[Gambas:Video CNBC]



 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/hps) Next Article Harga Emas Antam Hari ini Tak akan Bikin Emak-emak Happy!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular