
Kasus Corona di Jatim 'Terbang', karena TKI Pulang?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 May 2020 06:42

Namun, persoalan ini tidak hanya mempengaruhi aspek kesehatan melainkan juga ekonomi. Mengutip kajian Bank Dunia, tahun ini pengiriman uang dari luar negeri (remitansi) oleh para pekerja migran di negara-negara berpendapatan menengah dan sedang diperkirakan turun 20%. Khusus Indonesia, kiriman remitansi diperkirakan turun 13%.
"Penurunan ini akan mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga di rumah tangga yng rentan. Penurunan remitansi akan membuat rumah tangga kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan lain-lain.
"Ke depan, prospek remitansi masih penuh ketidakpastian karena dampak Covid-19 terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dan upaya penanggulangan virus. Dulu, remitansi bisa menjadi solusi ketika krisis di mana pekerja migran bisa mencari pekerjaan di luar negeri dan mengirimkan uang kepada keluarganya. Namun sekarang, pandemi telah menyebar ke hampir seluruh negara," papar kajian Bank Dunia.
Mengutip data Bank Indonesia (BI), total pengiriman remitansi pada kuartal I-2020 adalah US$ 2,57 miliar. Turun 10,28% dibandingkan kuartal sebelumnya dan berkurang 7,51% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Pengiriman remitansi masuk di pos pendapatan sekunder dalam transaksi berjalan (current account). Bahkan remitansi mendominasi pos tersebut.
Walau transaksi berjalan secara keseluruhan terus saja defisit, tetapi pendapatan sekunder selalu surplus. Pada kuartal I-2020, transaksi berjalan membukukan defisit US$ 3,92 miliar tetapi pendapatan sekunder surplus US$ 1,63 miliar.
Andai pendapatan sekunder tidak surplus, pasti defisit transaksi berjalan bakal lebih dalam lagi. Dengan suramnya pendapatan remitansi, maka prospek pendapatan sekunder untuk menopang transaksi berjalan menjadi penuh tanda tanya. Pada akhirnya, tekanan di transaksi berjalan akan mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji)
"Penurunan ini akan mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga di rumah tangga yng rentan. Penurunan remitansi akan membuat rumah tangga kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan lain-lain.
"Ke depan, prospek remitansi masih penuh ketidakpastian karena dampak Covid-19 terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dan upaya penanggulangan virus. Dulu, remitansi bisa menjadi solusi ketika krisis di mana pekerja migran bisa mencari pekerjaan di luar negeri dan mengirimkan uang kepada keluarganya. Namun sekarang, pandemi telah menyebar ke hampir seluruh negara," papar kajian Bank Dunia.
Pengiriman remitansi masuk di pos pendapatan sekunder dalam transaksi berjalan (current account). Bahkan remitansi mendominasi pos tersebut.
Walau transaksi berjalan secara keseluruhan terus saja defisit, tetapi pendapatan sekunder selalu surplus. Pada kuartal I-2020, transaksi berjalan membukukan defisit US$ 3,92 miliar tetapi pendapatan sekunder surplus US$ 1,63 miliar.
Andai pendapatan sekunder tidak surplus, pasti defisit transaksi berjalan bakal lebih dalam lagi. Dengan suramnya pendapatan remitansi, maka prospek pendapatan sekunder untuk menopang transaksi berjalan menjadi penuh tanda tanya. Pada akhirnya, tekanan di transaksi berjalan akan mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji)
Pages
Most Popular