
Internasional
Perang Dagang China-Australia Mungkin Terjadi, Ini Pemicunya!
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 May 2020 14:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain dengan Amerika Serikat, China juga bersitegang soal perdagangan dengan Australia. Bahkan mungkin saja keduanya akan terjebak dalam perang dagang.
Sejauh ini Pemerintah China sudah sudah menangguhkan impor dari empat pemasok daging sapi utama Australia. Mereka adalah Kilcoy Pastoral Company, Beef City, Dinmore dan Northern Cooperative Meat Company yang menghasilkan sekitar 35% dari ekspor daging Australia ke China.
Tak tanggung-tanggung, nilainya mencapai US$ 1,1 miliar. Bukan hanya daging, China juga menetapkan kenaikan tarif hingga lebih dari 80% pada impor gandum Australia karena tuduhan dumping.
China juga berencana menerapkan "sejumlah hukuman" pada produk susu, makanan laut, oatmeal, dan buah-buahan, termasuk anggur. Mulai dari pengetatan pengawasan, penyelidikan dumping, hingga kenaikan tarif.
Hal ini pun dibalas Australia dengan rencana melaporkan China ke organisasi perdagangan dunia (WTO). China menganggap alasan boikot Australia, pada daging sapi misalnya, mengada-ngada karena menggunakan kasus lama.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Hubungan yang memanas terjadi akibat Australia menuntut penyelidikan independen soal asal-usul virus corona (COVID-19). Pemerintah Negeri Kanguru telah meminta penyelidikan begitu wabah ini menjangkau negaranya dan merebak di ratusan negara lainnya di dunia.
Bersama-sama negara-negara Eropa, Australia kemudian menggalang dukungan untuk membuat mosi yang diketuai UE. Mosi itu menyerukan dilakukannya "evaluasi yang tidak memihak, independen dan komprehensif" dari "respons kesehatan internasional terkoordinasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk COVID-19".
Meski demikian, mosi itu tidak secara khusus menyebutkan China atau Wuhan, kota yang diyakini sebagai tempat wabah pertama kali ditemukan. Mosi itu hanya meminta WHO untuk bekerja sama dengan Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan untuk melakukan "misi lapangan ilmiah dan kolaboratif" dan "mengidentifikasi sumber zoonosis virus dan rute penyebaran ke populasi manusia, termasuk kemungkinan peran inang perantara".
Sumber-sumber Australia mengatakan bahasa itu cukup kuat untuk memastikan bahwa penyelidikan yang tepat dan menyeluruh dapat dilaksanakan. Mereka menyebut ini sebagai langkah pertaman untuk memastikan transparansi atas awal mula pandemi ini.
Pemerintah China yang tidak terima dengan rencana penyelidikan itu mengancam memboikot sejumlah komoditas Australia. Duta Besar China di Australia sempat mengatakan akan ada konsekuensi atas apa yang dilakukan pemerintah Scott Morrison.
Panas dingin hubungan China dan Australia terjadi sejak 2018 lalu. Pada 2019, China juga sempat memperingatkan Australia karena kritik pada penanganan etnis Uighur di Xinjiang.
Menurut data Parliament of Australia, China adalah pasar bagi sejumlah komoditas Australia. Seperti bahan wol, gandum, termasuk sejumlah batu bara, bijih besi dan gas. China juga tujuan luar negeri terbesar Australia untuk anggur dan produk susu.
China juga menjadi pasar bagi sejumlah produk manufaktur yang komplek seperti perangkat medis dan pariwisata. Namun dari segi investasi, proporsi China hanya 3% dari seluruh total investasi asing di Australia atau menduduki peringkat kesembilan.
(sef/sef) Next Article China Ngamuk, Boikot Produk Australia, Perang Dagang Baru?
Sejauh ini Pemerintah China sudah sudah menangguhkan impor dari empat pemasok daging sapi utama Australia. Mereka adalah Kilcoy Pastoral Company, Beef City, Dinmore dan Northern Cooperative Meat Company yang menghasilkan sekitar 35% dari ekspor daging Australia ke China.
Tak tanggung-tanggung, nilainya mencapai US$ 1,1 miliar. Bukan hanya daging, China juga menetapkan kenaikan tarif hingga lebih dari 80% pada impor gandum Australia karena tuduhan dumping.
Hal ini pun dibalas Australia dengan rencana melaporkan China ke organisasi perdagangan dunia (WTO). China menganggap alasan boikot Australia, pada daging sapi misalnya, mengada-ngada karena menggunakan kasus lama.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Hubungan yang memanas terjadi akibat Australia menuntut penyelidikan independen soal asal-usul virus corona (COVID-19). Pemerintah Negeri Kanguru telah meminta penyelidikan begitu wabah ini menjangkau negaranya dan merebak di ratusan negara lainnya di dunia.
Bersama-sama negara-negara Eropa, Australia kemudian menggalang dukungan untuk membuat mosi yang diketuai UE. Mosi itu menyerukan dilakukannya "evaluasi yang tidak memihak, independen dan komprehensif" dari "respons kesehatan internasional terkoordinasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk COVID-19".
Meski demikian, mosi itu tidak secara khusus menyebutkan China atau Wuhan, kota yang diyakini sebagai tempat wabah pertama kali ditemukan. Mosi itu hanya meminta WHO untuk bekerja sama dengan Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan untuk melakukan "misi lapangan ilmiah dan kolaboratif" dan "mengidentifikasi sumber zoonosis virus dan rute penyebaran ke populasi manusia, termasuk kemungkinan peran inang perantara".
Sumber-sumber Australia mengatakan bahasa itu cukup kuat untuk memastikan bahwa penyelidikan yang tepat dan menyeluruh dapat dilaksanakan. Mereka menyebut ini sebagai langkah pertaman untuk memastikan transparansi atas awal mula pandemi ini.
Pemerintah China yang tidak terima dengan rencana penyelidikan itu mengancam memboikot sejumlah komoditas Australia. Duta Besar China di Australia sempat mengatakan akan ada konsekuensi atas apa yang dilakukan pemerintah Scott Morrison.
Panas dingin hubungan China dan Australia terjadi sejak 2018 lalu. Pada 2019, China juga sempat memperingatkan Australia karena kritik pada penanganan etnis Uighur di Xinjiang.
Menurut data Parliament of Australia, China adalah pasar bagi sejumlah komoditas Australia. Seperti bahan wol, gandum, termasuk sejumlah batu bara, bijih besi dan gas. China juga tujuan luar negeri terbesar Australia untuk anggur dan produk susu.
China juga menjadi pasar bagi sejumlah produk manufaktur yang komplek seperti perangkat medis dan pariwisata. Namun dari segi investasi, proporsi China hanya 3% dari seluruh total investasi asing di Australia atau menduduki peringkat kesembilan.
(sef/sef) Next Article China Ngamuk, Boikot Produk Australia, Perang Dagang Baru?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular