
Jika Perang Dagang Australia-China Terjadi, Siapa Menang?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 May 2020 14:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) berbuntut panjang. Berawal dari gangguan kesehatan, pandemi ini membuat hubungan antar-negara memburuk.
Serangan virus corona bermula di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Musim mudik Tahun Baru Imlek di Negeri Tirai Bambu membuat virus menyebar begitu cepat ke penjuru negeri bahkan ke mancanegara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 19 Mei 2020 adalah 4,73 juta orang. Virus sudah menyebar ke lebih dari 200 negara dan teritori di dunia, hampir tidak ada tempat yang aman.
Wabah virus corona adalah krisis kesehatan dan kemanusiaan. Namun tidak perlu waktu lama untuk membuatnya menjadi krisis sosial-ekonomi.
Pasalnya, pemerintahan di berbagai negara terpaksa memberlakukan pembatasan sosial (social distancing) untuk membatasi ruang gerak penyebaran virus. Kantor dan pabrik tutup sementara, sekolah diliburkan, pusat perbelanjaan dilarang beroperasi, restoran tidak boleh melayani makan-minum di tempat, transportasi publik dibatasi, perbatasan negara ditutup, dan berbagai larangan lainnya.
Akibatnya, roda ekonomi berjalan sangat lambat. Kontraksi (pertumbuhan negatif) terjadi di mana-mana, belum lagi angka pengangguran yang melonjak akibat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Situasi ini membuat berbagai negara resah, tidak nyaman, bahkan mungkin marah. Semua mata tertuju kepada China, asal-muasal penyebaran virus corona.
Salah satu negara yang cukup keras meminta China untuk bertanggung jawab adalah Australia. Bersama lebih dari 100 lain, Australia berhasil menggolkan penyelidikan terhadap asal-usul penyebaran virus corona ke Mahkamah Kesehatan Dunia (WHA).
"Sekarang sangat wajar jika dunia ingin ada kajian independen tentang bagaimana ini semua bisa terjadi. Jadi ke depan kita bisa mencegah situasi serupa terulang kembali," kata Scott Morrison, Perdana Menteri Australia.
Belum lama ini, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne menegaskan bahwa China harus transparan dan membuka semua yang mereka ketahui tentang virus corona. "Perhatian saya terhadap transparansi dari China saat ini sangat tinggi. Saya percaya kepada China, tetapi perhatian saya adalah memastikan bahwa kami layak untuk saling membuka diri," tegas Payne dalam wawancara bersama ABC, yang dikutip oleh Reuters.
China tentu tidak terima. Beijing menyebut Australia sedang memainkan trik murahan dengan mencari kambing hitam.
"China tidak memainkan trik murahan, ini bukan budaya kami. Namun jika yang lain memainkannya, maka kami harus membalas," tegas keterangan tertulis Kedutaan Besar China untuk Australia, beberapa waktu lalu.
Serangan virus corona bermula di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Musim mudik Tahun Baru Imlek di Negeri Tirai Bambu membuat virus menyebar begitu cepat ke penjuru negeri bahkan ke mancanegara.
![]() |
Wabah virus corona adalah krisis kesehatan dan kemanusiaan. Namun tidak perlu waktu lama untuk membuatnya menjadi krisis sosial-ekonomi.
Pasalnya, pemerintahan di berbagai negara terpaksa memberlakukan pembatasan sosial (social distancing) untuk membatasi ruang gerak penyebaran virus. Kantor dan pabrik tutup sementara, sekolah diliburkan, pusat perbelanjaan dilarang beroperasi, restoran tidak boleh melayani makan-minum di tempat, transportasi publik dibatasi, perbatasan negara ditutup, dan berbagai larangan lainnya.
Akibatnya, roda ekonomi berjalan sangat lambat. Kontraksi (pertumbuhan negatif) terjadi di mana-mana, belum lagi angka pengangguran yang melonjak akibat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Situasi ini membuat berbagai negara resah, tidak nyaman, bahkan mungkin marah. Semua mata tertuju kepada China, asal-muasal penyebaran virus corona.
Salah satu negara yang cukup keras meminta China untuk bertanggung jawab adalah Australia. Bersama lebih dari 100 lain, Australia berhasil menggolkan penyelidikan terhadap asal-usul penyebaran virus corona ke Mahkamah Kesehatan Dunia (WHA).
"Sekarang sangat wajar jika dunia ingin ada kajian independen tentang bagaimana ini semua bisa terjadi. Jadi ke depan kita bisa mencegah situasi serupa terulang kembali," kata Scott Morrison, Perdana Menteri Australia.
Belum lama ini, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne menegaskan bahwa China harus transparan dan membuka semua yang mereka ketahui tentang virus corona. "Perhatian saya terhadap transparansi dari China saat ini sangat tinggi. Saya percaya kepada China, tetapi perhatian saya adalah memastikan bahwa kami layak untuk saling membuka diri," tegas Payne dalam wawancara bersama ABC, yang dikutip oleh Reuters.
China tentu tidak terima. Beijing menyebut Australia sedang memainkan trik murahan dengan mencari kambing hitam.
"China tidak memainkan trik murahan, ini bukan budaya kami. Namun jika yang lain memainkannya, maka kami harus membalas," tegas keterangan tertulis Kedutaan Besar China untuk Australia, beberapa waktu lalu.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular