Jika Perang Dagang Australia-China Terjadi, Siapa Menang?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 May 2020 14:38
Kebakaran Hutan di Australia. REUTERS/John Mair
Ilustrasi Opera House di Sydney (REUTERS/John Mair)
Ambil contoh barley tadi. China adalah negara tujuan ekspor barley terbesar buat Australia. Ekspor barley Australia ke China mencapai AU$ 1,5-2 miliar, lebih dari setengah dari total ekspor barley Negeri Kanguru.

"Tidak banyak pasar alternatif. Bisa saja dijual ke Arab Saudi tetapi dengan harga yang lebih rendah," kata seorang pejabat pemerintah Australia, seperti diwartakan Reuters.

Sementara China bisa dengan mudah mendatangkan barley dari negara lain seperti Prancis, Kanada, atau Argentina. "Jadi sangat mudah tergantikan," ujar Andreis De Groen, Direktur Pelaksana Evergrain, seperti dikutip dari Reuters.

Lebih luas lagi, China adalah negara tujuan ekspor utama bagi Australia. Pada tahun fiskal 2017-2018, nilai ekspor Australia ke China mencapai AU$ 106,3 miliar dan berada di peringkat pertama. Jepang, sebagai negara tujuan ekspor kedua terbesar, 'hanya' AU$ 49,1 miliar. Wow...



Lima produk ekspor utama Australia adalah bijih besi dan konsentrat (AU$ 96,57 miliar), batu bara (AU$ 64,35 miliar), gas alam (AU$ 48,8 miliar), emas (AU$23,37 miliar), dan daging sapi (AU$ 10,8 miliar). Apesnya, negara tujuan ekspor komoditas utama itu banyak yang menyertakan nama China.

China adalah pembeli terbesar bijih besi dan daging sapi Australia, dengan nilai masing-masing AU$ 79,48 miliar dan AU$ 2,67 miliar. Untuk batu bara, China adalah pembeli terbesar kedua (AU$ 13,84 miliar), hanya kalah dari Jepang (AU$ 17,05 miliar).

China juga pembeli terbesar kedua untuk gas alam (AU$ 16,16 miliar), lagi-lagi hanya di bawah Jepang (AU$ 20,02 miliar). Kemudian untuk emas, China adalah pembeli terbesar ketiga (AU$ 2,99 miliar), di bawah Inggris (AU$ 11,99 miliar) dan Hong Kong (AU$ 4,1 miliar).

Bagaimana dengan China? Buat China, jualan ke Australia mungkin hanya seujung kuku...

Mitra dagang terbesar China adalah Amerika Serikat (AS). Pada 2018, nilai perdagangan AS ke China mencapai US$ 479,7 miliar.

Berapa ekspor China ke Australia? US$ 47,55 miliar saja. Bahkan Australia tidak masuk 10 besar.



Jadi kalaupun Australia membalas dengan memboikot produk made in China sepertinya tidak terlalu masalah. China masih punya banyak pasar lain untuk dimasuki.

Namun perang dagang bukan soal siapa yang menang dan yang kalah. Ini soal risiko kelumpuhan rantai pasok.

Misalnya saat bijih besi Australia sulit masuk pasar China, mungkin harga produk turunan bijih besi bisa naik karena kekurangan pasokan bahan baku atau kalaupun ada harganya lebih mahal karena kena bea masuk. Ketika China menjual produk turunan bijih besi ke berbagai negara, harganya pun bakal lebih mahal.

Siapa yang menyangka makhluk tidak kasat mata seperti virus corona bisa mengubah tatanan dunia...



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular