
Eropa Buka Lockdown dan Aman Saja, RI Boleh Longgarkan PSBB?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 May 2020 03:55

Spanyol dan Italia menjadi contoh sukses bahwa virus corona bisa dijinakkan. Belajar dari dua negara ini, apakah Indonesia juga sudah bisa mengendurkan pembatasan sosial (social distancing)?
Well, Italia dan Spanyol bisa mengendurkan lockdown setelah bersakit-sakit lumayan parah. Ada momen di mana jumlah kasus corona di dua negara tersebut naik ratusan persen dalam sehari.
Boleh dibilang Italia dan Spanyol sudah dekat dengan puncak pandemi corona di negaranya. Ketika puncak itu terlewati, mungkin dalam waktu tidak lama lagi, jumlah kasus bukannya naik tetapi akan terkontraksi (tumbuh negatif).
Sayangnya, Indonesia sepertinya belum sampai ke sana. Kasus corona di Tanah Air rasanya masih jauh dari puncak. Ini terlihat dari laju pertumbuhan yang masih belum stabil, kadang terjadi lonjakan.
Per 18 Mei, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah pasien positif corona adalah 18.010 orang. Bertambah 2,83% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Pertumbuhan 2,83% memang melambat dibandingkan laju 17 Mei yaitu 2,87%. Namun perlambatan belum terjadi secara konsisten, masih ada risiko akselerasi.
Misalnya pada 13 Mei, laju pertumbuhan kasus kala itu mencapai 4,67%. Ini adalah laju tertinggi sejak 28 April.
Ke depan, risiko lonjakan seperti ini masih ada karena jumlah uji corona di Indonesia masih relatif minim. Mengutip data Worldometer, jumlah tes corona di Indonesia adalah 190.660. Masih kalah dibandingkan negara-negara ASEAN-6 yang jumlah penduduknya jauh lebih sedikit yaitu Filipina (224.800), Singapura (246.254), Vietnam (275.000), Thailand (286.008), dan Malaysia (443.263).
Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 270 juta jiwa, hanya 698 dari 1 juta penduduk yang sudah menjalani tes corona. Angka ini jauh dibandingkan negara-negara ASEAN-6.
Data ini menunjukkan bahwa Indonesia masih punya pekerjaan untuk melakukan uji terhadap lebih banyak penduduk. Semakin banyak tes dilakukan, maka semakin banyak pula kemungkinan jumlah pasien positif bakal bertambah. Sepertinya puncak masih lumayan jauh.
"Kebijakan social distancing yang ketat mungkin masih akan berlaku di beberapa negara berkembang karena jumlah kasus yang terus bertambah. Misalnya di Rusia, Peru, Arab Saudi, Meksiko, Pakistan, Qatar, Belarusia, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, dan Indonesia," sebut riset Citi.
Oleh karena itu, rencana pemerintah untuk melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan mengembalikan hidup normal mulai bulan depan perlu dipikirkan masak-masak. Jangan sampai langkah tersebut menjadi blunder, membuat Indonesia semakin lama menuju puncak karena terus terjadi peningkatan kasus corona.
Aspek ekonomi memang perlu dijadikan pertimbangan, karena PSBB membuat aktivitas ekonomi mati suri sehingga terjadi tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namun kalau membuka kembali keran aktivitas publik harus dibayar dengan ribuan nyawa, susah juga...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Well, Italia dan Spanyol bisa mengendurkan lockdown setelah bersakit-sakit lumayan parah. Ada momen di mana jumlah kasus corona di dua negara tersebut naik ratusan persen dalam sehari.
Boleh dibilang Italia dan Spanyol sudah dekat dengan puncak pandemi corona di negaranya. Ketika puncak itu terlewati, mungkin dalam waktu tidak lama lagi, jumlah kasus bukannya naik tetapi akan terkontraksi (tumbuh negatif).
Per 18 Mei, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah pasien positif corona adalah 18.010 orang. Bertambah 2,83% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Pertumbuhan 2,83% memang melambat dibandingkan laju 17 Mei yaitu 2,87%. Namun perlambatan belum terjadi secara konsisten, masih ada risiko akselerasi.
Misalnya pada 13 Mei, laju pertumbuhan kasus kala itu mencapai 4,67%. Ini adalah laju tertinggi sejak 28 April.
Ke depan, risiko lonjakan seperti ini masih ada karena jumlah uji corona di Indonesia masih relatif minim. Mengutip data Worldometer, jumlah tes corona di Indonesia adalah 190.660. Masih kalah dibandingkan negara-negara ASEAN-6 yang jumlah penduduknya jauh lebih sedikit yaitu Filipina (224.800), Singapura (246.254), Vietnam (275.000), Thailand (286.008), dan Malaysia (443.263).
Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 270 juta jiwa, hanya 698 dari 1 juta penduduk yang sudah menjalani tes corona. Angka ini jauh dibandingkan negara-negara ASEAN-6.
Data ini menunjukkan bahwa Indonesia masih punya pekerjaan untuk melakukan uji terhadap lebih banyak penduduk. Semakin banyak tes dilakukan, maka semakin banyak pula kemungkinan jumlah pasien positif bakal bertambah. Sepertinya puncak masih lumayan jauh.
"Kebijakan social distancing yang ketat mungkin masih akan berlaku di beberapa negara berkembang karena jumlah kasus yang terus bertambah. Misalnya di Rusia, Peru, Arab Saudi, Meksiko, Pakistan, Qatar, Belarusia, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, dan Indonesia," sebut riset Citi.
Oleh karena itu, rencana pemerintah untuk melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan mengembalikan hidup normal mulai bulan depan perlu dipikirkan masak-masak. Jangan sampai langkah tersebut menjadi blunder, membuat Indonesia semakin lama menuju puncak karena terus terjadi peningkatan kasus corona.
Aspek ekonomi memang perlu dijadikan pertimbangan, karena PSBB membuat aktivitas ekonomi mati suri sehingga terjadi tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namun kalau membuka kembali keran aktivitas publik harus dibayar dengan ribuan nyawa, susah juga...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular