Jelang Lebaran Gerai Matahari Buka Lagi, Pasar Pakaian Juga?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
13 May 2020 15:58
Efek berantai dari wabah virus corona di China sudah terasa dalam hal perdagangan khususnya rantai pasok bahan baku tekstil dan produk tekstil ke Indonesia. Produsen pakaian di dalam negeri yang selama ini bergantung dari kain dan pewarna dari China mulai kena dampaknya.

Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno yang juga pemilik pabrik pakaian dan tekstil, mengatakan baru-baru ini dampak virus corona sudah terasa terhadap pasokan barang. Saat ini proses produksi barang masih memakai stok yang lama, tapi untuk bahan baku bulan depan sudah mengkhawatirkan.  

Ada sebagian belum bisa berangkat dari China, produksi belum Stop. Karena bahan baku yang belum bisa berangkat untuk produksi bulan April.
Jenis barang Kain dan zat Pewarna," kata Benny kepada CNBC Indonesia.   

Ia mengatakan bila produsen hanya mengandalkan pasokan bahan baku dari China maka dampaknya pada produksi Maret terganggu dan selanjutnya ekspor bulan April akan terpengaruh. Dampak rentetan adalah harga jual ke konsumen, seperti produk pakaian.

"Hukum pasar kalau barang langka harga naik. Kalau nggak ada bahan baku, ganti sumber bahan baku Yang lain hanya jual nya belum tentu naik, atau tutup pabrik," katanya.

Benny bilang cara alternatif adalah mencari sumber bahan dari dalam negeri sebagai pengganti dari China atau dari India , Taiwan , Korsel, atau Vietnam.

Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil, mengatakan harga pemasok-pemasok di luar China lebih mahal. Perbedaan harga sampai 20% lebih mahal.   

Risma salah satu pedagang Lantai Dasar Blok C pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat  mersakan sepinya pengunjung sejak virus corona masuk ke Indonesia, " biasanya sehari bisa terima 1,5 jt hingga 3juta, sekarang 500 ribu pun sulit, jelasnya.  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Penjualan Busana (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah toko modern sudah mulai kembali membuka gerainya, misalnya PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF). Bagaimana dengan pasar tradisional? Pasar tradisional yang berbasis pakaian di Jakarta seperti Tanah Abang sudah lama ditutup sementara karena PSBB.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ferry Juliantono menyebut pasar tradisional memang tetap membuka operasional khususnya yang menjual kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sayangnya, protokol kesehatan yang disediakan oleh pemerintah dirasa masih sangat minim.

"Pasar itu tempat rentan penyebaran virus corona. Namun pemerintah sangat tidak cukup memperhatikan protokol kesehatan di Pasar. Dari sejak awal, rumah sakit dan pasar harus tetap buka, tapi rumah sakit itu perhatian dari pemerintah dan masyarakat besar. Tapi pasar meski harus buka melayani kebutuhan, dari sisi kelengkapan perlindungan, protokol kurang banget," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/5).



Ferry mengungkapkan sebenarnya sudah ada kesepakatan dalam memberi perhatian lebih kepada pedagang pasar. Salah satu poinnya adalah menjaga jarak antar pedagang atau kios, caranya dengan menggunakan lahan kosong seperti parkir sebagai tempat berjualan. Agar jarak antar pedagang tetap terjaga. Namun, penerapannya masih terasa compang-camping.

"Kita sebenarnya satu minggu lalu lakukan pertemuan zoom antara Mendag, Ketua komisi 6, Pak Doni Monardo (Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19), Asosiasi, Pemerintah Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia, sebetulnya sudah sepakat menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat di pasar," katanya.

"Namun, Terus terang karena perhatian pemerintah pusat, provinsi sangat dirasa kurang, pedagang secara swadaya melakukan penggunaan alat untuk masker. Tapi kan terbatas," lanjut Ferry yang menjabat ketua Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkopas).

Jika pasar tradisional mengalami hal demikian, maka ritel modern sebaliknya. Pusat perbelanjaan dinilai paling siap dalam menyiapkan SOP (prosedur operasi standar). Selain karena manajemen yang lebih rapi, perhatian pemerintah pun dirasa lebih besar.

Matahari bahkan mulai membuka sejumlah gerai di seluruh Indonesia. Padahal, banyak daerah yang masih menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dengan aturan melarang perusahaan tekstil atau fesyen untuk kembali buka.

"Ada beberapa yang sudah buka [gerai Matahari]. Ini sebagai respons agar produktivitas bangkit lagi," kata Wakil Komisaris Matahari Departemen Store Roy N Mandey kepada CNBC Indonesia melalui sambungan telepon, Rabu (13/5/2020).

Roy menjelaskan sudah melakukan koordinasi dengan pemda untuk membuka gerai Matahari yang selama tutup mengantisipasi penyebaran Covid-19.
Selain itu, pihak Matahari juga meminta izin kepada pengelola mal untuk memastikan sudah mulai kemungkinan beroperasi.

"Bahkan di Jayapura, gerai kita paling ujung Indonesia, juga sudah buka. Pemerintah daerah cukup baik merespons situasi agar banyak masyarakat yang kembali bekerja," jelas Roy.

Roy menyebutkan ada sekitar 10 gerai Matahari yang sudah mulai dibuka di seluruh Indonesia. Sementara untuk di Jakarta belum ada yang buka, sedangkan di wilayah Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) sudah ada yang uji coba dan persiapan buka.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Corona DKI Meledak: Anies Tak Tarik 'Rem Darurat', Kenapa?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular