Jokowi Buka Ekonomi Kala Covid, Pengusaha Ramal Tetap Minus

Savira Wardoyo, CNBC Indonesia
08 May 2020 21:02
Pelantikan dan Pengucapan Sumpah Kepala PPATK Dian Ediana di Istana Negara, Rabu (6/5/2020). Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Foto: Pelantikan dan Pengucapan Sumpah Kepala PPATK Dian Ediana di Istana Negara, Rabu (6/5/2020). Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha mendukung dibukanya lagi geliat ekonomi pada awal Juni 2020. Ini karena dengan dibukanya ekonomi dalam waktu dekat, maka perputaran ekonomi masih bisa menggeliat meski dalam kondisi sedikit minus. Presiden Jokowi sempat mengungkapkan soal  'berdamai' dengan covid-19.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani berpendapat, jika sampai bulan Juni tidak melakukan hal yang signifikan, ia meyakini bahwa kondisi perekonomian, jelas akan semakin berat dari ramalan menkeu.  

"Kita harus realistis, mau tidak mau, kita harus hidup berdampingan dengan virus corona ini. Tinggal kita pikirkan, bagaimana faktor keselamatan, protokol kesehatan, tetap bisa dijalankan secara optimal, tapi juga aktivitas ekonominya juga harus jalan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, melalui Skype Jumat (8/5).



Menurutnya, jika kondisinya terus seperti ini alias tak ada perubahan atau membuka ekonomi kembali, dirinya berpendapat sama, dengan apa yang diprediksikan oleh bank dunia bahwa ekonomi Indonesia berada di sekitar -3,5 persen pada tahun ini.

Sebaliknya, jika pemerintah mulai menggerakkan ekonomi dalam waktu satu bulan ke depan dengan melakukan protokol kesehatan yang maksimal, ia optimistis, pertumbuhan minus yang lebih dalam bisa ditekan hanya menjadi -0,4 persen saja. Pemerintah memang sedang menyiapkan skenario membuka ekonomi pada awal Juni 2020.

"Paling tidak masih di bawah 0. Mendekati prediksinya Ibu Menkeu -0,4," jelasnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dalam rapatnya dengan DPR mengatakan, skenario berat ekonomi Indonesia tahun ini adalah masih bisa tumbuh positif 2,3%. Ada juga skenario sangat beratnya, yaitu ekonomi Indonesia tumbuh minus 0,4% pada tahun ini.

Dalam "skenario berat" , dijelaskan bahwa, ekonomi diprediksi masih bisa tumbuh positif 2,3%. Jumlah orang miskin akan bertambah 1,16 juta orang, dari perhitungan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2019 yaitu 24,79 juta orang (9,22% dari jumlah penduduk). Kemudian jumlah pengangguran juga akan bertambah 2,92 juta orang, dari perhitungan terakhir BPS per Februari 2020 sebanyak 6,88 juta orang.

Sedangkan pada paparan "skenario sangat berat" dijelaskan, ekonomi diprediksi tumbuh negatif 0,4%. Jumlah orang miskin akan bertambah 3,78 juta orang, dari perhitungan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2019 yaitu 24,79 juta orang (9,22% dari jumlah penduduk). Kemudian jumlah pengangguran juga akan bertambah 5,23 juta orang, dari perhitungan terakhir BPS per Februari 2020 sebanyak 6,88 juta orang.


[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Jokowi Happy Soal Indikator Ekonomi RI, Apa Saja?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular