
Ekspor China Tinggi di Tengah COVID-19, Gegara Jual Alkes

Jakarta, CNBC Indonesia - China mencatatkan lonjakan ekspor di tengah pandemi virus corona (COVID-19) pada bulan April. Ekspor China naik 3,5% pada April, mengejutkan dan mengalahkan ekspektasi pasar yang memproyeksikan penurunan 11%.
Namun, para analis menyebut lonjakan yang mengejutkan pada ekspor China tidak akan berumur panjang. Salah satu alasannya adalah karena China telah mengambil peluang di tengah pandemi dan kesempatan serupa belum tentu ada lagi. Sebagaimana diketahui, di saat aktivitas produksi negara lain di dunia banyak yang terhenti karena wabah corona, China telah kembali menggenjot produksinya di bulan Maret dan April untuk memenuhi pesanan yang telah dibuat dalam dua bulan pertama tahun 2020.
Oleh karena itu, kenaikan itu bukan merupakan indikasi kekuatan yang mendasarinya, kata para ekonom. Mereka juga memproyeksikan bahwa pengiriman di bulan Mei akan turun di tengah ramainya penguncian (lockdown) yang terjadi di banyak pasar ekspor utama China.
"Permintaan eksternal China menderita dari dampak lockdown dan aturan jarak sosial di seluruh dunia," kata Louis Kuijs, seorang analis China di Oxford Economics. "Tapi pengiriman April mungkin telah didorong oleh eksportir untuk menutupi kekurangan pada kuartal pertama karena kendala pasokan saat itu."
Apalagi, salah satu produk yang paling banyak di ekspor China pada masa itu adalah alat-alat medis, yang belum tentu akan kembali dibutuhkan dalam beberapa waktu mendatang, terutama saat wabah COVID-19 tertangani.
Menurut South China Morning Post, China banyak mengirim alat kesehatan seperti masker, alat tes, sarung tangan dan jubah medis di bulan Maret dan April. Ekspor peralatan medis naik 11% pada periode Januari-April dibandingkan tahun sebelumnya setelah mengalami kontraksi 3,4% pada kuartal pertama.
"Nilai ekspor rata-rata harian pasokan medis antivirus melonjak dari sekitar 1 miliar yuan (US$ 141 juta) dari 1 April hingga 10 April menjadi lebih dari 3 miliar yuan pada akhir April. Dari 1 hingga 30 April, ekspor pasokan medis China mencapai sekitar 71,2 miliar yuan (US$ 10 miliar), terhitung 2,6% dari total ekspor pada Maret dan April, termasuk di antaranya 27,8 miliar masker dan 130 juta jas pelindung," kata analis Nomura dalam sebuah catatan.
Analis Nomura memperkirakan bahwa tanpa lonjakan ekspor di pasokan medis, ekspor China di April akan turun 1,5% dari tahun sebelumnya.
Sementara itu menurut Julian Evans-Pritchard, analis Capital Economics di China, pertumbuhan ekspor Negeri Tirai bambu juga tidak akan lama karena akan dipengaruhi oleh kekacauan ekonomi parah yang banyak terjadi di berbagai belahan bumi saat ini.
Hal ini diprediksi akan mengurangi persentase poin dari nilai ekspor China sebanyak dua digit selama beberapa bulan ke depan.
"Eksportir tidak mungkin kebal dari perlambatan tajam dalam aktivitas global untuk waktu yang lama. Ekspor Korea Selatan, proksi tepat waktu dari permintaan global yang biasanya mengikuti lintasan serupa dengan ekspor China, anjlok 24% pada April, kontraksi paling tajam dalam 11 tahun," kata Julian.
Berbanding terbalik dengan ekspornya, impor China anjlok 14,2% pada April, angka yang jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan pasar. Ini menunjukkan bahwa menggantungkan harapan pemulihan jangka panjang pada konsumsi domestik, yang sekitar 60% dari total ekonominya, mungkin terlalu dini.
"Data impor yang lebih buruk dari yang diperkirakan pada bulan April mencerminkan fakta bahwa permintaan domestik China masih lemah. Indeks services purchasing managers Caixin yang dirilis [pada hari Kamis] juga menunjukkan bahwa konsumsi mungkin berada di bawah tekanan yang meningkat, karena pertumbuhan upah yang lebih lambat dan pengangguran yang lebih tinggi," kata ekonom Euler Hermes Francoise Huang.
Indeks services purchasing managers Caixin/Markit naik sedikit dari bulan Maret, tetapi masih menunjukkan aktivitas di sektor itu mengalami kontraksi pada bulan April karena hanya meningkat menjadi 44,4 dari 43,0.
Dengan ekspor meningkat dan impor menurun, neraca perdagangan China meningkat menjadi US$ 45,34 miliar pada April, naik dari US$ 19,9 miliar pada Maret.
(res) Next Article Surplus Perdagangan China Meroket di Juni, Tembus Rp 1.400 T
