
Ekonomi RI & ASEAN Babak Belur Dihajar Corona, Q2 Lebih Ngeri
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 May 2020 09:57

Indonesia juga tak sendirian, perekonomian global pun luluh lantak akibat pandemi COVID-19 yang kini sudah menjangkiti 3,8 juta orang di lebih dari 200 negara dan teritori di berbagai penjuru dunia.
"Penyebaran COVID-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi," kata Suhariyanto. Pria yang akrab disapa Ketjuk ini juga menambahkan, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas atau lockdown untuk mengendalikan penyerbaran Covid-19.
Ekonomi China minus 6,8% (yoy) di sepanjang kuartal satu, bahkan itu ekonomi Hong Kong anjlok lebih dalam sampai negatif 8,9% (yoy). Di kawasan Asia Tenggara, sebenarnya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbilang mending. Hal ini patut disyukuri agar tidak jadi kufur nikmat. Namun juga jangan langsung berbangga.
Singapura yang ekonominya sudah rapuh sejak 2019 mengalami kontraksi 2,2% pada 1Q20. Hal serupa juga dialami oleh Filipina yang menerapkan lockdown. Pembatasan ini membuat perekonomian Filipina mengalami kontraksi yang cukup dalam hingga minus 0,2% (yoy).
Tak ada seorang pun yang bisa meramal bahwa tahun 2020 akan menjadi tahun yang sangat berat. Padahal di awal tahun atau tepatnya pada 15 Januari lalu ancaman terbesar bagi perekonomian global yakni perang dagang antara AS dengan China sudah lumayan mereda dengan ditandatanganinya kesepakatan dagang fase satu.
Namun semua berubah ketika kasus infeksi COVID-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah melonjak signifikan yang membuat pemerintah pusat memutuskan untuk menutup (lockdown) Wuhan dan kota sekitar.
Walau episentrum virus sudah dikarantina, tetapi musuh tak kasat mata tersebut sudah terlanjur merebak. Sehingga episentrum yang tadinya di China kemudian berpindah ke Eropa hingga terakhir AS.
Karena saking cepatnya virus ini menular dari satu orang ke orang lain, maka pemerintah berbagai negara seperti Italia, Spanyol dan Perancis bahkan mengikuti langkah China dengan menerapkan lockdown.
Lockdown jelas menyisakan konsekuensi yang serius bagi perekonomian. Akibat lockdown, pabrik-pabrik tutup tak beroperasi, produksi menurun, rantai pasok global terganggu hingga permintaan melemah. Perputaran roda perekonomian pun jadi seret.
Pada akhirnya, tak ada yang benar-benar tangguh dan mampu melawan pandemi COVID-19. Angka pertumbuhan ekonomi kuartal satu sudah sangat jelas menggambarkan betapa dahsyatnya dampak ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya musuh tak kasat mata yang bernama virus corona. (twg)
"Penyebaran COVID-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi," kata Suhariyanto. Pria yang akrab disapa Ketjuk ini juga menambahkan, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas atau lockdown untuk mengendalikan penyerbaran Covid-19.
Ekonomi China minus 6,8% (yoy) di sepanjang kuartal satu, bahkan itu ekonomi Hong Kong anjlok lebih dalam sampai negatif 8,9% (yoy). Di kawasan Asia Tenggara, sebenarnya pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbilang mending. Hal ini patut disyukuri agar tidak jadi kufur nikmat. Namun juga jangan langsung berbangga.
Tak ada seorang pun yang bisa meramal bahwa tahun 2020 akan menjadi tahun yang sangat berat. Padahal di awal tahun atau tepatnya pada 15 Januari lalu ancaman terbesar bagi perekonomian global yakni perang dagang antara AS dengan China sudah lumayan mereda dengan ditandatanganinya kesepakatan dagang fase satu.
Namun semua berubah ketika kasus infeksi COVID-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah melonjak signifikan yang membuat pemerintah pusat memutuskan untuk menutup (lockdown) Wuhan dan kota sekitar.
Walau episentrum virus sudah dikarantina, tetapi musuh tak kasat mata tersebut sudah terlanjur merebak. Sehingga episentrum yang tadinya di China kemudian berpindah ke Eropa hingga terakhir AS.
Karena saking cepatnya virus ini menular dari satu orang ke orang lain, maka pemerintah berbagai negara seperti Italia, Spanyol dan Perancis bahkan mengikuti langkah China dengan menerapkan lockdown.
Lockdown jelas menyisakan konsekuensi yang serius bagi perekonomian. Akibat lockdown, pabrik-pabrik tutup tak beroperasi, produksi menurun, rantai pasok global terganggu hingga permintaan melemah. Perputaran roda perekonomian pun jadi seret.
Pada akhirnya, tak ada yang benar-benar tangguh dan mampu melawan pandemi COVID-19. Angka pertumbuhan ekonomi kuartal satu sudah sangat jelas menggambarkan betapa dahsyatnya dampak ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya musuh tak kasat mata yang bernama virus corona. (twg)
Next Page
Awas! Kuartal Kedua Bisa Lebih Buruk
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular