
Fakta Terbaru: Pasien Sembuh Corona di RI Tambah Terus
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 May 2020 06:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik terus berdatangan dalam upaya memerangi pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia. Pasien positif corona yang yang sembuh semakin banyak sementara yang meninggal dunia dalam laju yang melambat.
Mengutip data Kementerian Kesehatan per 6 Mei 2020, jumlah pasien positif corona di Tanah Air adalah 12.438 orang. Bertambah dari posisi per hari sebelumnya yaitu 12.071 orang.
Walau masih terus ada penambahan, penularan masih terus terjadi, tetapi sebenarnya dalam tren yang melambat. Persentase laju penambahan kasus sejak 13 April sudah stabil di kisaran satu digit dengan kecenderungan menurun.
Jika tren ini terus bertahan, maka bukan tidak mungkin wabah virus corona akan mencapai puncaknya dalam waktu dekat. Setelah puncak terlalui, semoga kita bisa melihat jumlah pasien yang menurun. Amin...
Kabar baik lainnya adalah jumlah pasien yang sembuh kian bertambah. Per 6 Mei, mereka yang berhasil mengalahkan serangan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu tercatat 2.317 orang. Bertambah dari posisi per hari sebelumnya yaitu 2.197 orang.
Persentase jumlah pasien yang sembuh pun terus meningkat. Jumlah pasien yang sembuh per 6 Mei adalah 18,63% dari total pasien. Naik dari posisi per hari sebelumnya yaitu 18,2%.
Kabar baik selanjutnya adalah jumlah pasien yang meninggal berada dalam tren turun, meski masih bertambah secara nominal. Per 6 Mei, jumlah pasien yang meninggal adalah 895 orang, bertambah dari hari sebelumnya yakni 872 orang.
Akan tetapi, rasio pasien meninggal dari keseluruhan jumlah pasien terus menurun. Pada 6 Mei, rasionya adalah 7,2%. Turun dibandingkan hari sebelumnya yang sebesar 7,22%.
Berbagai kabar baik itu tentu membawa harapan bahwa Indonesia akan bisa segera keluar dari 'badai' pandemi virus corona. Apabila 'mata badai' sudah terlihat dan bisa dijinakkan, maka badai akan berlalu.
Ketika ini terjadi, maka pemerintah bisa lebih tenang dan punya alasan kuat untuk melonggarkan pembatasa sosial (social distancing) dalam bentuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun untuk saat ini, sepertinya kewaspadaan belum boleh dikendurkan karena ada satu risiko penyebaran virus bernama mudik lebaran.
Sudah menjadi tradisi di Indonesia bahwa Idul Fitri menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga dan handai taulan di kampung halaman. Tidak terkecuali tahun ini.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang sudah melarang mudik. Aparat keamanan berjaga di banyak titik masuk/keluar untuk mencegah warga melakukan mobilitas di luar daerah domisilinya.
Namun seketat apapun penjagaan, pasti ada saja yang 'kebobolan'. Pasti ada saja warga yang berhasil lolos dari razia dan sampai di kampung halaman.
Belum lagi sudah ada ribuan warga yang 'mencuri start' dengan pulang kampung sebelum larangan diterapkan. Warga yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya itu sangat berisiko menjadi pembawa (carrier) virus corona. Daerah yang sebelumnya adem-ayem bisa saja mengalami lonjakan kasus setelah kedatangan para pemudik.
"Kita nggak tahu orang tanpa gangguan, kita nggak bisa liat, nggak bisa tandai dengan cara biasa. Sangat mungkin bertemu mereka. Upayakan di rumah, hindari pertemuan jangan mudik. Kita nggak bisa memberi jaminan yang pasti sepanjang perjalanan mudik aman untuk tidak tertular Covid-19," tegas Achmad Yurianto, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Kemudian selepas libur lebaran, para pemudik ini tentu kembali ke Jakarta dan daerah-daerah penyangganya. Lagi-lagi Jakarta akan kedatangan warga berisiko.
Oleh karena itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menegaskan bahwa pemudik yang kembali ke Jakarta akan menjalani pemantauan ketat. Anies setengah mengancam, mereka yang nekat mudik tidak akan bisa kembali ke Jakarta dalam waktu singkat.
"Belum tentu bisa kembali ke Jakarta dengan cepat, jadi hati-hati. Kita sedang menyusun regulasinya. Nanti kalau sudah selesai, akan dikeluarkan dan akan pembatasan amat ketat untuk masuk Jakarta," kata mantan menteri pendidikan dan kebudayaan tersebut.
Jadi untuk saat ini, Indonesia rasanya harus terus menegakkan PSBB jika ingin membatasi ruang gerak penyebaran virus corona. Jika setelah musim mudik lebaran kasus corona terus tumbuh melambat, bahkan kalau bisa terkontraksi (tumbuh negatif), maka mungkin kita baru bisa bicara soal pelonggaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Mengutip data Kementerian Kesehatan per 6 Mei 2020, jumlah pasien positif corona di Tanah Air adalah 12.438 orang. Bertambah dari posisi per hari sebelumnya yaitu 12.071 orang.
Walau masih terus ada penambahan, penularan masih terus terjadi, tetapi sebenarnya dalam tren yang melambat. Persentase laju penambahan kasus sejak 13 April sudah stabil di kisaran satu digit dengan kecenderungan menurun.
Jika tren ini terus bertahan, maka bukan tidak mungkin wabah virus corona akan mencapai puncaknya dalam waktu dekat. Setelah puncak terlalui, semoga kita bisa melihat jumlah pasien yang menurun. Amin...
Kabar baik lainnya adalah jumlah pasien yang sembuh kian bertambah. Per 6 Mei, mereka yang berhasil mengalahkan serangan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu tercatat 2.317 orang. Bertambah dari posisi per hari sebelumnya yaitu 2.197 orang.
Persentase jumlah pasien yang sembuh pun terus meningkat. Jumlah pasien yang sembuh per 6 Mei adalah 18,63% dari total pasien. Naik dari posisi per hari sebelumnya yaitu 18,2%.
Kabar baik selanjutnya adalah jumlah pasien yang meninggal berada dalam tren turun, meski masih bertambah secara nominal. Per 6 Mei, jumlah pasien yang meninggal adalah 895 orang, bertambah dari hari sebelumnya yakni 872 orang.
Akan tetapi, rasio pasien meninggal dari keseluruhan jumlah pasien terus menurun. Pada 6 Mei, rasionya adalah 7,2%. Turun dibandingkan hari sebelumnya yang sebesar 7,22%.
Berbagai kabar baik itu tentu membawa harapan bahwa Indonesia akan bisa segera keluar dari 'badai' pandemi virus corona. Apabila 'mata badai' sudah terlihat dan bisa dijinakkan, maka badai akan berlalu.
Ketika ini terjadi, maka pemerintah bisa lebih tenang dan punya alasan kuat untuk melonggarkan pembatasa sosial (social distancing) dalam bentuk Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun untuk saat ini, sepertinya kewaspadaan belum boleh dikendurkan karena ada satu risiko penyebaran virus bernama mudik lebaran.
Sudah menjadi tradisi di Indonesia bahwa Idul Fitri menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga dan handai taulan di kampung halaman. Tidak terkecuali tahun ini.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang sudah melarang mudik. Aparat keamanan berjaga di banyak titik masuk/keluar untuk mencegah warga melakukan mobilitas di luar daerah domisilinya.
Namun seketat apapun penjagaan, pasti ada saja yang 'kebobolan'. Pasti ada saja warga yang berhasil lolos dari razia dan sampai di kampung halaman.
Belum lagi sudah ada ribuan warga yang 'mencuri start' dengan pulang kampung sebelum larangan diterapkan. Warga yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya itu sangat berisiko menjadi pembawa (carrier) virus corona. Daerah yang sebelumnya adem-ayem bisa saja mengalami lonjakan kasus setelah kedatangan para pemudik.
"Kita nggak tahu orang tanpa gangguan, kita nggak bisa liat, nggak bisa tandai dengan cara biasa. Sangat mungkin bertemu mereka. Upayakan di rumah, hindari pertemuan jangan mudik. Kita nggak bisa memberi jaminan yang pasti sepanjang perjalanan mudik aman untuk tidak tertular Covid-19," tegas Achmad Yurianto, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Kemudian selepas libur lebaran, para pemudik ini tentu kembali ke Jakarta dan daerah-daerah penyangganya. Lagi-lagi Jakarta akan kedatangan warga berisiko.
Oleh karena itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menegaskan bahwa pemudik yang kembali ke Jakarta akan menjalani pemantauan ketat. Anies setengah mengancam, mereka yang nekat mudik tidak akan bisa kembali ke Jakarta dalam waktu singkat.
"Belum tentu bisa kembali ke Jakarta dengan cepat, jadi hati-hati. Kita sedang menyusun regulasinya. Nanti kalau sudah selesai, akan dikeluarkan dan akan pembatasan amat ketat untuk masuk Jakarta," kata mantan menteri pendidikan dan kebudayaan tersebut.
Jadi untuk saat ini, Indonesia rasanya harus terus menegakkan PSBB jika ingin membatasi ruang gerak penyebaran virus corona. Jika setelah musim mudik lebaran kasus corona terus tumbuh melambat, bahkan kalau bisa terkontraksi (tumbuh negatif), maka mungkin kita baru bisa bicara soal pelonggaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular