Ditemukan 3 Kasus Positif COVID-19, KRL Tetap Operasi

Muhammad Choirul, CNBC Indonesia
06 May 2020 08:47
Pengunjung mengugunakan transportasi KRL di Stasiun Tujuan Bogor-Jakarta Kota, Kamis,12/3/2020. Paparan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait risiko penyebaran virus corona yang menyebabkan Covid-19 via transportasi salah satunya KRL commuterline rute Bogor-Depok-Jakarta Kota berisiko tinggi menjadi area penyebaran virus corona terbesar. Beberapa penumpang juga menggunakan masker guna antisipasi penyebaran virus. Pantauan CNBC Indonesia Penumpang yang telah menumpuk mulai berjalan merangsek mendekati arah datangnya kereta. Jam-jam sibuk kendaraan umum dimana banyak para pekerja yang memulai aktivitasnya sehingga terlihat tidak ada tempat untuk bergerak.   (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Penumpang KRL (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 3 penumpang KRL Jabodetabek diketahui positif terjangkit virus corona (COVID-19). Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pasang badan dan menegaskan bahwa KRL tetap akan beroperasi.

"KRL tetap boleh beroperasi namun dengan pembatasan penumpang yang ketat. KRL tidak dihentikan operasinya, karena memperhatikan penumpang-penumpang yang sangat membutuhkannya, seperti dijelaskan tersebut," kata Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati, Selasa (5/5/2020) dalam keterangan resmi.

Dia juga mengklaim bahwa kepadatan penumpang telah dikendalikan, dengan seoptimal mungkin menerapkan jaga jarak antar penumpang. Caranya, seluruh kereta telah dilengkapi dengan marka pada bangku dan tempat duduk untuk mengatur posisi pengguna.

"Pentingnya mengatur posisi ini juga senantiasa diingatkan kepada pengguna melalui pengumuman di stasiun di dalam kereta, hingga melalui petugas pengawalan kereta yang berpatroli. Berbagai papan informasi berkaitan dengan pentingnya jaga jarak juga telah dilakukan," jelasnya.

Protokol kesehatan itu juga dijalankan untuk menjaga para penumpang yang masih harus bekerja atau beraktivitas, dan sangat mengandalkan KRL sebagai moda tranportasi mereka. Mereka antara lain petugas medis, office boy, penjaga pom bensin dan sebagainya.

Adita menyampaikan bahwa KRL bukan satu-satunya sarana yang memungkinkan adanya penularan COVID-19. Terlebih bagi orang-orang yang berkategori tanpa gejala.

"Perlu dipahami bahwa penularan Covid-19 bisa terjadi dimana saja, tidak hanya di KRL," kata Adita.

Dia bilang, Kemenhub terus memastikan pelaksanaan protokol kesehatan di berbagai moda transportasi termasuk di KRL. Menurutnya, Permenhub No. 18/2020 secara tegas telah menyatakan bahwa penumpang wajib menggunakan masker.

Petugas juga diwajibkan mengecek suhu tubuh penumpang. Adita menyebut, pada 10 stasiun juga telah dipasang thermal scanner yang mampu mendeteksi suhu tubuh ratusan pengguna dalam waktu bersamaan.

"Telah disediakan wastafel tambahan yang dipasang pada lokasi-lokasi yang sering dilalui pengguna KRL agar dapat digunakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum maupun sesudah naik KRL di 40 stasiun," tegasnya.

Selain di stasiun, di dalam gerbong KRL pun disediakan hand sanitizer. Ia menegaskan, semua ketentuan ini telah dilaksanakan dengan baik oleh PT KCI sebagai operator KRL.

Terpisah, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menilai, jika ada usulan setop operasi KRL, harus dibarengi dengan penyediaan layanan transportasi alternatif.

"Jika KRL dihentikan, Pemda yang mengusulkan harus mencarikan angkutan alternatif," ungkapnya kepada CNBC Indonesia.

Pasalnya, warga yang masih banyak memakai KRL ini menurutnya merupakan para pelanggan yang bekerja di Jakarta pada sektor strategis. Dengan begitu, dia menilai, kalau KRL dihentikan tanpa adanya alternatif, maka akan ada masalah baru di Jakarta.

"Jika mereka bekerja di sektor kesehatan, perbankan, energi tentunya akan membuat lumpuh aktivitas Kota Jakarta," tegasnya.

Apalagi, bagi pekerja sektor tersebut, selama masa pandemi Covid-19 ini tidak ada penyediaan tempat tinggal di dekat lokasi bekerja. Artinya, setiap hari mereka harus pulang pergi ke rumah dan tempat kerja.

"Tidak semua yang bekerja di sektor kesehatan mendapat tempat tinggal di Jakarta, yang dapat tempat tinggal itu kan yang melayani pasien Covid-19," ujarnya.

Di sisi lain, layanan kesehatan di luar penanganan Covid-19 tetap dibutuhkan. Terutama bagi warga Jakarta, sedangkan pekerja medisnya bukanlah orang yang tinggal di Jakarta.

"Ada warga Jakarta yang rutin transfusi darah bagi yang sakit ginjal, bisa tidak terlayani," katanya.

Tak hanya di sektor kesehatan, para pengguna KRL juga berasal dari sektor strategis lainnya. Sektor ini tidak bisa dihentikan karena tetap harus memberikan layanan publik.

"Yang bekerja di PLTU Tanjung Priok tidak masuk kerja, Jakarta bisa padam bahkan se-Pulau Jawa nantinya. Pegawai pemadam kebakaran tidak bisa bekerja, tiba-tiba ada kebakaran di Jakarta, tidak ada yang memadamkan," jelasnya lagi.

[Gambas:Video CNBC]






(sef/sef) Next Article Bodebek Kompak Minta KRL Setop Operasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular