Harga Minyak Ambrol: Industri Migas & APBN RI Megap-megap

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 April 2020 18:00
Presiden Joko Widodo Jokowi
Foto: Presiden Joko Widodo (BPMI Setpres/Rusman
Dampak anjloknya harga minyak ini juga merembet ke APBN. Walaupun Indonesia adalah negara net importir minyak, anjloknya harga si emas hitam tak serta merta membawa faedah bagi Indonesia.

Lagipula nilai tukar rupiah juga ikut anjlok signifikan terhadap dolar AS. Sehingga ongkos impor yang minim pun hanya di awang-awang semata alias mustahil.



Di sisi lain amblesnya harga minyak akan membebani APBN RI. Dalam APBN 2020, pemerintah mengasumsikan rata-rata ICP dalam setahun di US$ 63/barel. ICP dekat dengan brent, sejauh ini harga rata-rata minyak jenis itu ada di US$ 50,03/barel. Ada selisih US$ 12,97/barel.



Analisis sensitivitas asumsi makro APBN 2020 menyebutkan, setiap penurunan ICP rata-rata US$ 1/barel setahun akan menurunkan pendapatan negara dalam kisaran Rp 3,6-4,2 triliun.

Belanja negara juga berkurang, tetapi lebih sedikit dari penurunan pendapatan yaitu Rp 3,1-3,9 triliun. Jadi secara neto ada defisit Rp 0,3-0,5 triliun. Bagi APBN, penurunan harga minyak lebih menjadi mudarat ketimbang manfaat.

Jelas dengan kondisi seperti ini asumsi makro dan APBN 2020 diubah oleh pemerintah untuk menyesuaikan dengan kondisi terkini. Dengan begitu, berbagai dampak negatif (seperti penurunan harga minyak) bisa dimitigasi.

Kini nasib industri migas RI memang sedang mengalami ujian berat. Mau bagaimana lagi, malapetaka yang dibawa pandemi COVID-19 tak satu pun orang bisa meramalkan kedatangannya. Sekarang yang bisa dilakukan adalah berusaha semaksimal mungkin untuk menangani wabah serta berdoa agar semua ini cepat berakhir. Amin….




TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular