Harga Minyak Ambrol: Industri Migas & APBN RI Megap-megap

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 April 2020 18:00
Kilang Minyak Cilacap. Kilang Cilacap merupakan kilang minyak terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 348 ribu barel/hari atau 33,4% dari total kapasitas kilang nasional. (CNBC Indonesia/Gustidha Budiarti)
Foto: Kilang Minyak Cilacap. Kilang Cilacap merupakan kilang minyak terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 348 ribu barel/hari atau 33,4% dari total kapasitas kilang nasional. (CNBC Indonesia/Gustidha Budiarti)
Tepat pada 9 Maret lalu OPEC+ sepakat pangkas 9,7 juta bpd atau hampir setara 10% output global. Namun itu baru dilakukan pada Mei dan Juni nanti. Ditambah dengan pemangkasan produksi negara lain, maka kalau ditotal bisa mencapai 20 juta bpd.

Mendengar kabar tersebut, harga minyak yang sempat melesat harus anjlok lagi. Pasar masih diliputi nada skeptis bahwa pemangkasan produksi tersebut dapat menutup anjloknya permintaan pasar yang terlampau besar.

Bahkan harga minyak mentah acuan AS, West Texas Intermediate, hari ini ambles lebih dari 15% dalam sehari ke level di bawah US$ 15/barel. Pemicunya adalah kemungkinan banjir pasokan yang terjadi di Negeri Paman Sam.



Harga minyak mentah yang terlampau murah otomatis akan memaksa pengebor memangkas produksinya lantaran mulai tidak ekonomis lagi. Industri minyak mentah global benar-benar sedang digoyang dengan adanya fenomena ini.

Industri minyak RI juga tak luput dari dampaknya. Harga minyak mentah Indonesia atau Indoenesia Crude Price (ICP) juga anjlok lebih dari 30%. Anjloknya harga minyak ICP ini membuat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) mulai kelimpungan.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan anjloknya harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) bulan Maret berdampak pada kontraktor migas yang ramai-ramai merevisi target produksi. "Di bawah ICP US$ 35, mulai banyak yang mereschedule program pengembangan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin, (06/04/2020).

Hal ini berpotensi besar menyebabkan target lifting minyak RI gagal tercapai. Hal ini dibenarkan oleh Julia Wiratno selaku Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)

Diperkirakan lifting akan lebih rendah 5% dari target. Seperti diketahui target lifting minyak tahun ini sebesar 755 ribu barel per hari.

Artinya jika lifting hanya 95% maka capaiannya sekitar 717,2 ribu barel per hari. "Mostl ikely akan ada dampak juga terhadap lifting. Perkiraan saya sekitar kurang lebih 5% (berkurangnya)," papar Julius.



Ia juga menyebut sebanyak 14 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) bakal merevisi program kerjanya tahun ini. "Sudah ada sekitar 14 KKKS sampai minggu lalu yang review scenarionya, tapi  maaf saya nggak hafal," kata Julius  kepada CNBC Indonesia, Senin, (14/04/2020).

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular