
Internasional
Digaet WHO, Malaysia Mulai Uji Klinis Obat Untuk COVID-19
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 April 2020 13:30

Jakarta, CNBC Indonesia - KeterlibatanĀ Malaysia dalam program "Solidaritas" akan segera dimulai. Program ini diluncurkanĀ WHO guna menguji beberapa obat untuk mengobati COVID-19.
Direktur Jenderal Kesehatan Datuk Noor Hisham Abdullah mengatakan nantinya akan dilakukan uji klinis pada pasien lokal. Sebanyak sembilan rumah sakit pemerintah dan pasien yang memenuhi kriteria yang diperlukan untuk uji coba sudah disiapkan.
Uji klinis tersebut akan menggunakan kombinasi berbeda dari Remdesivir, obat yang awalnya dirancang untuk mengobati Ebola; kombinasi dua obat HIV, Lopinavir/Ritonavir; Interferon-beta; serta obat antimalaria Chloroquine dan Hydroxychloroquine.
Noor Hisham juga mengatakan penggunaan obat-obatan akan dievaluasi oleh badan pengawas National Pharmaceutical Regulatory Agency dan Medical Research and Ethics Committee (MREC).
"Evaluasi obat akan dilakukan berdasarkan tiga aspek utama, yaitu keamanan, kualitas dan efektivitas awal sesuai dengan data yang diberikan," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan setidaknya ada lima kelompok pasien yang akan dipertimbangkan untuk uji coba. "Namun, kami mungkin tidak termasuk pasien yang dites positif tetapi tidak memiliki gejala (kelompok pertama), hanya mereka yang memiliki gejala (kelompok kedua)," ujarnya.
"Kelompok ketiga bisa melibatkan mereka yang mengalami peradangan tetapi tidak membutuhkan bantuan oksigen. Yang keempat adalah mereka yang mengalami peradangan dan membutuhkan oksigen dan terakhir, mereka yang datang terlambat untuk perawatan dan membutuhkan bantuan pernapasan."
Ditanya apakah Malaysia akan meniru langkah Amerika Serikat untuk mendistribusikan alat tes rumah untuk mendeteksi virus, Noor Hisham mengatakan itu akan tergantung pada alat itu sendiri.
"Jika ini merupakan test kit, kami akan menggunakan teknik antigen yang membutuhkan penyeka," katanya, menambahkan bahwa mungkin akan sulit untuk masyarakat biasa menggunakan alat tes tersebut. Jika sudah seperti ini, hasil tes akan menunjukkan kekeliruan.
"Adalah mungkin untuk menggunakan alat tes antibodi karena ini berbasis darah, tetapi metode ini bukan untuk mendeteksi virus, tetapi untuk memberi tahu kami jika kami memiliki antibodi yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus," katanya.
Noor Hisham mengatakan partisipasi Malaysia dalam upaya penelitian global yang diluncurkan oleh WHO diharapkan dapat membantu menghasilkan obat yang aman dan efektif untuk penyakit COVID-19.
Sejauh ini Malaysia memiliki 5.389 kasus positif, 89 kasus meninggal, dan 3.197 kasus sembuh per Senin (20/4/2020), menurut data Worldometers. Sebelumnya, negeri jiran melaporkan kasus baru yang melibatkan mahasiswa Malaysia yang baru saja pulang dari Indonesia.
(sef/sef) Next Article Bukan RI, WHO Pilih Malaysia buat Uji Coba Obat Corona
Direktur Jenderal Kesehatan Datuk Noor Hisham Abdullah mengatakan nantinya akan dilakukan uji klinis pada pasien lokal. Sebanyak sembilan rumah sakit pemerintah dan pasien yang memenuhi kriteria yang diperlukan untuk uji coba sudah disiapkan.
Uji klinis tersebut akan menggunakan kombinasi berbeda dari Remdesivir, obat yang awalnya dirancang untuk mengobati Ebola; kombinasi dua obat HIV, Lopinavir/Ritonavir; Interferon-beta; serta obat antimalaria Chloroquine dan Hydroxychloroquine.
"Evaluasi obat akan dilakukan berdasarkan tiga aspek utama, yaitu keamanan, kualitas dan efektivitas awal sesuai dengan data yang diberikan," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan setidaknya ada lima kelompok pasien yang akan dipertimbangkan untuk uji coba. "Namun, kami mungkin tidak termasuk pasien yang dites positif tetapi tidak memiliki gejala (kelompok pertama), hanya mereka yang memiliki gejala (kelompok kedua)," ujarnya.
"Kelompok ketiga bisa melibatkan mereka yang mengalami peradangan tetapi tidak membutuhkan bantuan oksigen. Yang keempat adalah mereka yang mengalami peradangan dan membutuhkan oksigen dan terakhir, mereka yang datang terlambat untuk perawatan dan membutuhkan bantuan pernapasan."
Ditanya apakah Malaysia akan meniru langkah Amerika Serikat untuk mendistribusikan alat tes rumah untuk mendeteksi virus, Noor Hisham mengatakan itu akan tergantung pada alat itu sendiri.
"Jika ini merupakan test kit, kami akan menggunakan teknik antigen yang membutuhkan penyeka," katanya, menambahkan bahwa mungkin akan sulit untuk masyarakat biasa menggunakan alat tes tersebut. Jika sudah seperti ini, hasil tes akan menunjukkan kekeliruan.
"Adalah mungkin untuk menggunakan alat tes antibodi karena ini berbasis darah, tetapi metode ini bukan untuk mendeteksi virus, tetapi untuk memberi tahu kami jika kami memiliki antibodi yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus," katanya.
Noor Hisham mengatakan partisipasi Malaysia dalam upaya penelitian global yang diluncurkan oleh WHO diharapkan dapat membantu menghasilkan obat yang aman dan efektif untuk penyakit COVID-19.
Sejauh ini Malaysia memiliki 5.389 kasus positif, 89 kasus meninggal, dan 3.197 kasus sembuh per Senin (20/4/2020), menurut data Worldometers. Sebelumnya, negeri jiran melaporkan kasus baru yang melibatkan mahasiswa Malaysia yang baru saja pulang dari Indonesia.
(sef/sef) Next Article Bukan RI, WHO Pilih Malaysia buat Uji Coba Obat Corona
Most Popular