
Awas, Social Distancing Bisa Menjadi Social Unrest!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 April 2020 07:03

Amerika Serikat (AS) baru merilis data jumlah klaim tunjangan pengangguran atau unemployment benefits. Pada pekan yang berakhir 11 April, jumlah klaim unemployment benefits tercatat 5,24 juta.
Memang turun dibandingkan pekan sebelumnya yang sebanyak 6,61 juta. Namun dalam sebulan terakhir, jumlah klaim yang masuk mencapai hampir 22 juta.
"Laporan ini menunjukkan dampak dari pentingnya langkah-langkah kesehatan untuk menanggulangi virus corona. Rakyat AS membuat pengorbanan bagi negaranya, dan pemerintahan Presiden Donald Trump bergerak cepat untuk mendukung dunia usaha serta pekerja dalam masa sulit ini.
"Kementerian Ketenagakerjaan sudah menerbitkan panduan untuk memperluas tunjangan pengangguran dengan memberikan dana US$ 600 per pekan. Kementerian telah menyalurkan lebih dari setengah juta dolar kepada negara bagian untuk membantu lonjakan klaim. Selagi AS masih menerapkan disiplin untuk menahan laju penyebaran virus, Kementerian akan terus bekerja untuk mendukung pekerja dan dunia usaha," papar Eugene Scallia, Menteri Ketenagakerjaan AS, seperti dikutip dari siaran tertulis.
Meski pemerintah AS memberikan tunjangan, tetapi tidak menghapus fakta bahwa 22,03 orang telah kehilangan pekerjaan dalam sebulan terakhir. Angka 22,03 juta setara dengan hampir 13,5% angkatan kerja di Negeri Paman Sam.
"Skala hilangnya lapangan kerja begitu luar biasa. Mungkin nyaris seluruh lapangan kerja yang tercipta sejak krisis keuangan 2008-2009 sekarang sudah lenyap hanya dalam hitungan minggu," kata James Knightley, Chief International Economist di ING yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.
Sebelumnya, kabar serupa juga datang dari Australia. Biro Statistik Australia (ABS) mengumumkan, tingkat pengangguran pada Maret 2020 adalah 5,2%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,1%.
"Kami terus memonitor dampak Covid-19 terhadap pasar tenaga kerja. Data Maret hanya menunjukkan bukti kecil, karena survei dilakukan sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi global," sebut pernyataan tertulis ABS.
Pelaku pasar pun sepakat. Kaixin Owyong, Ekonom National Australia Bank, memperkirakan tingkat pengangguran di Negeri Kanguru bisa menyentuh 11,75% pada tengah tahun ini.
"Sudah banyak laporan bahwa pekerja dirumahkan atau jam kerjanya dikurangi karena dunia usaha semakin sulit bertahan di tengah penurunan permintaan. Ini akan membuat angka pengangguran naik tajam," kata Owyong, seperti dikutip dari Reuters.
(aji/aji)
Memang turun dibandingkan pekan sebelumnya yang sebanyak 6,61 juta. Namun dalam sebulan terakhir, jumlah klaim yang masuk mencapai hampir 22 juta.
![]() |
"Laporan ini menunjukkan dampak dari pentingnya langkah-langkah kesehatan untuk menanggulangi virus corona. Rakyat AS membuat pengorbanan bagi negaranya, dan pemerintahan Presiden Donald Trump bergerak cepat untuk mendukung dunia usaha serta pekerja dalam masa sulit ini.
Meski pemerintah AS memberikan tunjangan, tetapi tidak menghapus fakta bahwa 22,03 orang telah kehilangan pekerjaan dalam sebulan terakhir. Angka 22,03 juta setara dengan hampir 13,5% angkatan kerja di Negeri Paman Sam.
"Skala hilangnya lapangan kerja begitu luar biasa. Mungkin nyaris seluruh lapangan kerja yang tercipta sejak krisis keuangan 2008-2009 sekarang sudah lenyap hanya dalam hitungan minggu," kata James Knightley, Chief International Economist di ING yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.
Sebelumnya, kabar serupa juga datang dari Australia. Biro Statistik Australia (ABS) mengumumkan, tingkat pengangguran pada Maret 2020 adalah 5,2%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,1%.
"Kami terus memonitor dampak Covid-19 terhadap pasar tenaga kerja. Data Maret hanya menunjukkan bukti kecil, karena survei dilakukan sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi global," sebut pernyataan tertulis ABS.
Pelaku pasar pun sepakat. Kaixin Owyong, Ekonom National Australia Bank, memperkirakan tingkat pengangguran di Negeri Kanguru bisa menyentuh 11,75% pada tengah tahun ini.
"Sudah banyak laporan bahwa pekerja dirumahkan atau jam kerjanya dikurangi karena dunia usaha semakin sulit bertahan di tengah penurunan permintaan. Ini akan membuat angka pengangguran naik tajam," kata Owyong, seperti dikutip dari Reuters.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular