
Internasional
Rusia Bisa Buat Corona Bangkit di China?
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
14 April 2020 15:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah melakukan penguncian (lockdown) kota Wuhan selama lebih dari dua bulan dan membukanya pada 8 April lalu, China masih belum bisa bernafas lega. Pasalnya kebangkita corona terus membayangi negara itu.
Angka kasus terjangkit naik dua kali lipat akibat kasus impor dari negara tetangga. Rusia menjadi salah satu sumber terbesar kasus terinfeksi impor di China, dengan total 409 kasus berasal dari Negeri Tirai Bambu itu.
"Rusia adalah contoh terbaru dari kegagalan mengendalikan kasus impor dan dapat berfungsi sebagai peringatan bagi orang lain," tulis surat kabar Global Times dalam sebuah tajuk rencana, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (13/4/2020).
Lebih lanjut, surat kabar yang dikelola oleh Harian Rakyat Partai Komunis ini mengatakan "Orang-orang Cina telah menyaksikan Rusia menjadi negara yang sangat terpengaruh. Ini seharusnya membunyikan alarm: Cina harus benar-benar mencegah masuknya kasus dan menghindari wabah kedua".
Dari data terbaru di Provinsi Heilongjiang, yang dekat dengan Rusia, setidaknya ada 79 kasus baru corona yang diimpor kemarin. Semua kasus baru adalah warga China yang bepergian kembali ke negara itu dari Rusia.
Akibatnya ada 89 kasus tambahan pada hari ini, meski tidak ada laporan kematian dalam 24 jam terakhir. China sendiri telah melaporkan 82.249 kasus virus corona dengan 3.341 kematian.
Ini pun membuat Perdana Menteri Li Keqiang, sebagai panglima perang melawan corona, memutuskan untuk mengerahkan lebih banyak sumber daya kesehatan di perbatasan. China akan membangun rumah sakit dan titik isolasi di Heilongjiang termasuk memperkuat kerja sama lalu lintas orang dengan negeri tetangganya itu.
Namun, para pejabat mengakui bahwa perbatasan China yang panjang, bukan cuma lautan tapi melewati gunung membuat upaya ini akan sangat sulit. Untuk memastikan tidak ada orang terinfeksi menyelinap melintasi perbatasan Rusia-China, pemerintah akhirnya melakukan pengetatan di kota Suifenhe, sebuah kota kecil di Heilongjiang yang berbagi pos pemeriksaan dengan Rusia.
Piao Minghua, wakil kepala bea cukai Harbin, yang mengawasi kontrol perbatasan Suifenhe, mengatakan kepada Reuters bahwa setiap orang yang memasuki Suifenhe harus diuji untuk virus corona. Mereka juga wajib memberikan pelacakan kontak secara terperinci, dan kemudian menjalani karantina.
Sampel dari wisatawan yang masuk dibawa ke dalam wadah berventilasi yang dipasang di pos pemeriksaan untuk meminimalkan infeksi silang. Pengujian dilakukan sepanjang waktu untuk meminimalkan waktu tunggu.
Meskipun perbatasan timur laut tetap menjadi prioritas China, media pemerintah juga melaporkan bahwa lebih dari 100 orang telah ditangkap pada bulan Maret karena datang ke China secara ilegal melalui perbatasan barat daya di provinsi Yunnan. Polisi Yunnan telah berjanji untuk meningkatkan kontrol atas perbatasan.
Ribuan orang, sebagian besar pekerja dan pedagang Cina, membanjiri kembali ke Yunnan dari Laos dan Myanmar awal bulan ini. Hal itu memberikan tekanan besar pada daerah perbatasan seperti Xishuangbanna.
(sef/sef) Next Article Karena Rusia, China Takut Gelombang Kedua Corona, Kok Bisa?
Angka kasus terjangkit naik dua kali lipat akibat kasus impor dari negara tetangga. Rusia menjadi salah satu sumber terbesar kasus terinfeksi impor di China, dengan total 409 kasus berasal dari Negeri Tirai Bambu itu.
"Rusia adalah contoh terbaru dari kegagalan mengendalikan kasus impor dan dapat berfungsi sebagai peringatan bagi orang lain," tulis surat kabar Global Times dalam sebuah tajuk rencana, sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (13/4/2020).
Dari data terbaru di Provinsi Heilongjiang, yang dekat dengan Rusia, setidaknya ada 79 kasus baru corona yang diimpor kemarin. Semua kasus baru adalah warga China yang bepergian kembali ke negara itu dari Rusia.
Akibatnya ada 89 kasus tambahan pada hari ini, meski tidak ada laporan kematian dalam 24 jam terakhir. China sendiri telah melaporkan 82.249 kasus virus corona dengan 3.341 kematian.
Ini pun membuat Perdana Menteri Li Keqiang, sebagai panglima perang melawan corona, memutuskan untuk mengerahkan lebih banyak sumber daya kesehatan di perbatasan. China akan membangun rumah sakit dan titik isolasi di Heilongjiang termasuk memperkuat kerja sama lalu lintas orang dengan negeri tetangganya itu.
Namun, para pejabat mengakui bahwa perbatasan China yang panjang, bukan cuma lautan tapi melewati gunung membuat upaya ini akan sangat sulit. Untuk memastikan tidak ada orang terinfeksi menyelinap melintasi perbatasan Rusia-China, pemerintah akhirnya melakukan pengetatan di kota Suifenhe, sebuah kota kecil di Heilongjiang yang berbagi pos pemeriksaan dengan Rusia.
Piao Minghua, wakil kepala bea cukai Harbin, yang mengawasi kontrol perbatasan Suifenhe, mengatakan kepada Reuters bahwa setiap orang yang memasuki Suifenhe harus diuji untuk virus corona. Mereka juga wajib memberikan pelacakan kontak secara terperinci, dan kemudian menjalani karantina.
Sampel dari wisatawan yang masuk dibawa ke dalam wadah berventilasi yang dipasang di pos pemeriksaan untuk meminimalkan infeksi silang. Pengujian dilakukan sepanjang waktu untuk meminimalkan waktu tunggu.
Meskipun perbatasan timur laut tetap menjadi prioritas China, media pemerintah juga melaporkan bahwa lebih dari 100 orang telah ditangkap pada bulan Maret karena datang ke China secara ilegal melalui perbatasan barat daya di provinsi Yunnan. Polisi Yunnan telah berjanji untuk meningkatkan kontrol atas perbatasan.
Ribuan orang, sebagian besar pekerja dan pedagang Cina, membanjiri kembali ke Yunnan dari Laos dan Myanmar awal bulan ini. Hal itu memberikan tekanan besar pada daerah perbatasan seperti Xishuangbanna.
(sef/sef) Next Article Karena Rusia, China Takut Gelombang Kedua Corona, Kok Bisa?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular