
China Laporkan Kematian Baru Covid-19, Perdana dalam 8 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - China pada hari Kamis (14/1/2021) melaporkan kematian akibat Covid-19. Ini merupakan yang pertama dalam delapan bulan terakhir.
Kematian ini merupakan rangkaian dari gelombang kedua virus corona yang kembali menyerang negara itu. Namun AFP menulis tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan oleh otoritas kesehatan tentang kematian terbaru ini.
Hal sama juga terlihat dalam data Worldometers, situs yang mengumpulkan data kasus corona global. Namun tak ada keterangan lebih lanjut. Hanya data +1 untuk kematian dan +138 untuk kasus baru.
Sebelumnya, pemerintah China mencatat lonjakan harian terbesar dalam kasus Covid-19 dalam lima bulan terakhir. Ini merupakan kebangkitan corona setelah kehidupan di China berangsur normal dan kasus bisa dimitigasi sejak pertengahan 2020 lalu.
Akibatnya pemerintah meningkatkan aturan pembatasan sosial bahkan me-lockdown sejumlah kota di empat provinsi dengan kasus corona terbanyak. Sejumlah media barat menyebut, China kini memasuki gelombang kedua corona.
Pada Rabu (13/1/2021), China mengunci tiga kota dengan penduduk 17 juta orang, Shijianzhuang dan Xintai di provinsi Hebei. Pemerintah memerintahkan test secara massif di semua pemukiman, yang diyakini selesai dalam beberapa hari.
Transportasi juga ditiadakan di dua kota itu, Sementara sejumlah acara seperti pernikahan hingga pemakaman dibatalkan di provinsi tempat Konferensi Partai Komunis China ini biasa berlangsung.
Karena provinsi ini menjadi sentral kasus, pemerintah setempat memberlakukan 'status perang'. Belum ada kemungkinan status itu dicabut dalam waktu dekat.
China juga mengunci kota dekat ibu kota Beijing di provinsi yang sama Langfang. Di hari yang sama Provinsi Heilongjiang juga mengumumkan keadaan darurat Covid-19 di kota Suihua dan me-lockdown 5,2 juta penduduknya.
Ibu kota Beijing sendiri sudah melakukan lockdown ke sejumlah distrik. Di Shunyi, sebuah distrik di timur laut Beijing yang mencakup Bandara Internasional Beijing serta desa-desa pedesaan, penduduk telah diperintahkan untuk tetap berada di dalam rumah sejak lonjakan kasus sebelum tahun baru.
Selain itu, dua provinsi lain yakni Shanxi dan Jilin telah memerintahkan warga tidak meninggalkan kota. Karantina juga diberlakukan bagi semua orang yang melakukan perjalanan jauh selama dua minggu di fasilitas pemerintah dan boleh meninggalkan kota setelah dua kali tes dilakukan.
Gelombang infeksi datang menjelang liburan Tahun Baru Imlek, ketika ratusan juta orang China biasanya melakukan perjalanan ke kota asal mereka. Namun pembatasan yang dilakukan pemerintah diyakini menekan jumlah pemudik tahun ini, banyak provinsi telah meminta pekerja migran untuk tetap diam selama waktu liburan.
Feng Zijian, wakil direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDC), optimistis kebangkitan besar-besaran tidak mungkin terjadi selama liburan. "Jika tindakan pengendalian dan pencegahan diterapkan dengan benar," ujarnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Sembuh dari Corona, Sekolah di Episentrum Wuhan Dibuka!
