China Berhasil Terapkan Lockdown, Negara Lain Apa Kabar?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 April 2020 17:01
China Berhasil Terapkan Lockdown, Negara Lain Apa Kabar?
Foto: Kondisi terkini kota Wuhan usai Lockdown dicabut. (AP/Ng Han Guan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga hari ini, Sabtu (11/4/2020), jumlah orang yang terinfeksi virus corona secara global mencapai angka 1,7 juta. Demi menekan penyebaran virus yang tak terkendali, beberapa negara memilih melakukan karantina wilayah atau lockdown.

Virus corona yang diyakini berasal dari Wuhan, China kini telah merebak ke 185 negara dan teritori di seluruh dunia. Saat terjadi lonjakan kasus yang signifikan di Kota Wuhan, pemerintah China memutuskan untuk menutup akses dari dan ke Wuhan pada 23 Januari 2020.



Tepat pada tanggal itu Wuhan dikarantina. Awalnya orang-orang di Wuhan masih diperbolehkan beraktivitas. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan semakin pesatnya pertambahan jumlah pasien membuat pemerintah China semakin ketat. Orang-orang di Wuhan diminta tetap tinggal di rumah.

Di saat jalanan menjadi sepi, tenaga medis mendatangi satu per satu rumah warga di kota tersebut dan beberapa kota lainnya yang dikarantina untuk melakukan tes pengecekan corona. Tes corona dilakukan secara masif di China kala itu.

Seiring dengan masifnya tes yang dilakukan, kasus di China juga bertambah dengan pesat. Namun dengan deteksi sedini mungkin, orang-orang yang terinfeksi tetapi tak menunjukkan gejala dan berpotensi menjadi penular dapat segera diisolasi atau bahkan dirawat.

Karantina yang kekat membuat Wuhan dan beberapa kota lainnya benar-benar menjadi seperti kota mati dalam kurun waktu kurang lebih dua bulan. Hingga pada akhirnya upaya ini mulai membuahkan hasil dan status karantina Wuhan resmi dicabut pada akhir Maret lalu. Orang-orang di kota tersebut mulai kembali melakukan aktivitasnya.




Ketika pada akhir Februari pertambahan jumlah kasus baru di China mulai tak signifikan, episentrum penyebaran virus justru bergeser ke Eropa. Kala itu Italia menjadi negara dengan lonjakan kasus terbanyak bahkan mengungguli Korea Selatan.

Tak hanya di Italia saja, negara-negara Eropa lain seperti Spanyol, Perancis, Inggris dan Jerman juga ikut terjangkiti. Virus ini meluas ke berbagai penjuru dunia mulai dari Amerika Serikat (AS) hingga Australia.

Beberapa negara akhirnya memilih menempuh jalan seperti China dengan memberlakukan karantina. Bahkan karantina atau lockdown tersebut berskala nasional. Negara-negara tersebut antara lain Spanyol, Italia, Perancis, India, Malaysia dan Filipina.

Saat ini Spanyol merupakan negara Eropa dengan jumlah kasus terbanyak pertama mencapai lebih dari 158 ribu kasus. Spanyol mulai memberlakukan karantina nasional sejak 14 Maret 2020. Sejak awal April, pertumbuhan jumlah kasus baru di Spanyol mulai berangsur menurun.



Beralih ke Italia, negeri asal Liga Serie A ini sekarang menyandang status sebagai runner up di klasemen jumlah kasus corona terbanyak di Eropa. Per hari ini jumlah kasus di Italia sudah mencapai lebih dari 147 ribu. Italia sendiri merupakan negara Eropa pertama yang menyatakan lockdown tepatnya pada 9 Maret 2020.

Saat ini, jumlah kasus di Italia juga mulai menunjukkan tren yang sama seperti Spanyol yakni mengalami penurunan. Jika di akhir Maret pertambahan jumlah kasus per harinya bisa mencapai angka 6.500, kini tinggal 4.000-an kasus per hari.



Perancis sebagai negara yang terkenal dengan fashion pun tak luput menjadi korban pandemi corona. Saat ini jumlah kasus kumulatif infeksi corona di Perancis mencapai cari 126 ribu. Perancis juga menyatakan lockdown nasional pada 17 Maret 2020.

Saat ini jumlah kasus di Perancis juga ada kecenderungan turun jika dibanding pada periode akhir Maret yang jumlah kasusnya bertambah lebih dari 7.000 dalam sehari.



Beberapa negara di Eropa tersebut memang sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa wabah corona sudah mulai memuncak. Jika memang benar seperti itu atau setidaknya dalam satu minggu ke depan jumlah kasus baru cenderung turun sehingga kasus kumulatifnya flat, maka hal ini bisa mengindikasikan wabah akan segera usai. Sekarang mari beralih ke Asia. Setidaknya ada tiga negara di Asia yang juga memberlakukan lockdown. Mereka adalah India, Malaysia dan Filipina. Di bawah kepemimpinan Narendra Modi, India menetapkan lockdown nasional pada 25 Maret 2020. Ketika kasus mulai melebihi angka 500.

Saat ini India sudah dua minggu berada dalam karantina, jumlah kasus masih berpotensi untuk terus bertambah. Lockdown di India juga sempat diwarnai kekacauan yang membuat Perdana Menteri Narendra Modi meminta maaf ke rakyatnya.



Di Malaysia, lockdown di tetapkan pada 18 Maret lalu. Kala itu lockdown ditetapkan hingga akhir Maret. Namun akhirnya Malaysia memilih untuk memperpanjang durasi lockdown hingga setidaknya sampai pertengahan April.

Jumlah pertambahan kasus di Malaysia memang ada kecenderungan menuru setelah lockdown diberlakukan dan tes corona secara masif digalakkan



Nah sekarang giliran Filipina. Presiden Filipina Rodrigo Duterte mulai menetapkan lockdown di negaranya pada 17 Maret 2020 atau sehari sebeum Malaysia. Sejak kasus bertambah signifikan pada 1 April 2020, saat ini pertambahan jumlah kasus di Filipina per hari cenderung menurun.

Memang masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa lockdwon di negara-negara tersebut berhasil. Namun jika berkaca pada China, lockdown berhasil dilakukan karena ada beberapa poin.

Pertama, tidak perlu menunggu kasus berkembang secara masif. Saat itu jumlah kasus kumulatif di China sudah mencapai angka cari 700. Kemudian akses dari dan ke episentrum penyebaran virus ditutup.

Selain itu, monitor dan pengawasan dilakukan secara ketat semasa karantina. Wuhan benar-benar disulap menjadi kota mati kala itu. Hal ini sukses membuat adanya jarak sosial di kalangan masyarakat.

Tak sampai di situ saja tim medis China juga secara sigap melakukan tes corona secara masif ke rumah-rumah warga. Terutama di kota-kota yang menjadi pusat penyebaran virus.

Akibat tiga langkah sigap ini China akhirnya bisa menekan kasus corona di bawah angka 100 ribu. Tingkat kematian yang lebih rendah daripada tingkat kematian global (4% vs 6%). Dan kini kasus aktif yang tersisa di China kurang dari 2.000.

Nah bagaimana dengan Indonesia? Terutama Jakarta yang mengimplementasikan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) per kemarin?

Indonesia memang tidak memilih lockdown. Indonesia atau Jakarta tepatnya lebih memilih PSBB atau secara umum lenih dikenal dengan social distancing yang diberlakukan selama 14 hari.

PSBB yang diberlakukan di Jakarta jika tidak dibarengi dengan pengawasan dan tindakan yang tegas serta adanya tes corona yang masif, cepat dan sensitif ujung-ujungnya tidak akan berdampak signifikan.

Ada setidaknya beberapa poin yang bisa membuat PSBB di Jakarta efektif. 1) aturan yang jelas dan tegas, 2) sosialisasi ke semua lapisan elemen masyarakat, 3) koordinasi yang kuat antar lembaga baik pemda, aparat sipil, hingga kelurahan, RT & RW, 4) penyelenggaraan tes corona yang rapid, massive & sensitive 5) fungsi surveilansi dan pengawasan yang berjalan efektif hingga 6) pasokan pangan maupun medis yang aman.

Semua hal tersebut mutlak dibutuhkan jika memang Indonesia ingin segera menamatkan babak paling pahit yang dialami saat ini. Kembali lagi semua tergantung dari seberapa besar komitmen dan ikhtiar kita.

Hingga hari ini, mengacu pada data Kementerian Kesehatan RI jumlah kasus corona di tanah air bertambah 330 kasus menjadi 3.,842. Laju pertambahan kasus per hari makin berlari kencang. Pekan lalu jumlah pertambahan kasus per hari hanya di kisaran 100. Sekarang sudah tiga kali lipatnya.

Dari total kasus tersebut, sebanyak 286 orang dinyatakan sembuh dan sebanyak 326 orang meninggal dunia. Artinya tingkat kematian di RI termasuk tinggi bahkan lebih tinggi dari tingkat mortalitas global (8,4% vs 6%).







TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular