
Internasional
Hasil Survei, Ekonomi AS Dikatakan Sudah Resmi Resesi?
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
11 April 2020 16:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah survei yang dirilis oleh National Association for Business Economics (NABE) menuliskan bahwa perekonomian Amerika Serikat (AS) sudah dalamĀ resesi dan akan tetap terkontraksi lebih dalam selama semester I-2020. Hal ini diakibatkan mewabahnya virusĀ corona atau COVID-19 di negara tersebut.
"Konsensus adalah PDB riil (produk domestik bruto) menurun pada tingkat tahunan sebesar 2,4% pada kuartal pertama 2020, dan akan menyusut pada tingkat tahunan sebesar 26,5% pada kuartal kedua," ujar Presiden NABE dan Kepala Ekonom KPMG Constance Hunter dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Xinhuanet, Sabtu (11/4/2020).
Namun, pada semester II-2020, para panelis yang melakukan konsensus yakin perekonomian akan kembali bangkit. Setidaknya para kuartal III tahun ini PDB AS bisa mencapai 2%.
Adapun survei ini dilakukan terhadap 45 ekonom pada 3-7 April ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran AS diperkirakan akan melonjak hingga 12% pada kuartal kedua, dengan hilangnya rata-rata 4,58 juta pekerjaan untuk pekerjaan penggajian bulanan non-pertanian. Tetapi tingkat pengangguran diperkirakan akan turun kembali menjadi 9,5% pada akhir tahun 2020.
"Meskipun ada penurunan tajam dalam kondisi pasar tenaga kerja, perkiraan median menunjukkan kondisi akan membaik pada akhir tahun dengan dukungan dari stimulus fiskal dan moneter yang agresif, karena panelis memperkirakan Federal Reserve akan tetap stabil pada suku bunga mendekati nol persen hingga 2021," kata Hunter.
Survei itu dilakukan setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa 6,6 juta orang AS mengajukan klaim pengangguran awal pekan lalu, menjadikan total pengangguran AS selama tiga minggu menjadi 16,8 juta.
Federal Reserve pada hari Kamis juga meluncurkan program-program baru dengan menyediakan hingga US$ 2,3 triliun dalam bentuk pinjaman untuk membantu rumah tangga, bisnis, negara bagian dan pemerintah daerah untuk mengatasi pandemi.
"Peran The Fed adalah untuk memberikan bantuan dan stabilitas sebanyak yang kami bisa selama periode aktivitas ekonomi yang terbatas ini," kata Ketua Fed Jerome Powell.
Ia menambahkan bahwa bank sentral akan terus menggunakan kebijakan-kebijakannya dari sisi moneter untuk membantu perekonomian melalui masa sulit akibat COVID-19 ini.
AS sendiri merupakan negara dengan kasus corona terbanyak di dunia. Sebanyak 502.876 warga terinfeksi corona, di mana 18.747 meninggal dan 27.314 sembuh.
(sef/sef) Next Article Ekonomi Amerika KO! Sinyal Resesi Makin Kuat?
"Konsensus adalah PDB riil (produk domestik bruto) menurun pada tingkat tahunan sebesar 2,4% pada kuartal pertama 2020, dan akan menyusut pada tingkat tahunan sebesar 26,5% pada kuartal kedua," ujar Presiden NABE dan Kepala Ekonom KPMG Constance Hunter dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Xinhuanet, Sabtu (11/4/2020).
Adapun survei ini dilakukan terhadap 45 ekonom pada 3-7 April ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran AS diperkirakan akan melonjak hingga 12% pada kuartal kedua, dengan hilangnya rata-rata 4,58 juta pekerjaan untuk pekerjaan penggajian bulanan non-pertanian. Tetapi tingkat pengangguran diperkirakan akan turun kembali menjadi 9,5% pada akhir tahun 2020.
"Meskipun ada penurunan tajam dalam kondisi pasar tenaga kerja, perkiraan median menunjukkan kondisi akan membaik pada akhir tahun dengan dukungan dari stimulus fiskal dan moneter yang agresif, karena panelis memperkirakan Federal Reserve akan tetap stabil pada suku bunga mendekati nol persen hingga 2021," kata Hunter.
Survei itu dilakukan setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa 6,6 juta orang AS mengajukan klaim pengangguran awal pekan lalu, menjadikan total pengangguran AS selama tiga minggu menjadi 16,8 juta.
Federal Reserve pada hari Kamis juga meluncurkan program-program baru dengan menyediakan hingga US$ 2,3 triliun dalam bentuk pinjaman untuk membantu rumah tangga, bisnis, negara bagian dan pemerintah daerah untuk mengatasi pandemi.
"Peran The Fed adalah untuk memberikan bantuan dan stabilitas sebanyak yang kami bisa selama periode aktivitas ekonomi yang terbatas ini," kata Ketua Fed Jerome Powell.
Ia menambahkan bahwa bank sentral akan terus menggunakan kebijakan-kebijakannya dari sisi moneter untuk membantu perekonomian melalui masa sulit akibat COVID-19 ini.
AS sendiri merupakan negara dengan kasus corona terbanyak di dunia. Sebanyak 502.876 warga terinfeksi corona, di mana 18.747 meninggal dan 27.314 sembuh.
(sef/sef) Next Article Ekonomi Amerika KO! Sinyal Resesi Makin Kuat?
Most Popular