Internasional

China Mau Dituntut Rp 7.000 T karena Corona?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 April 2020 10:53
China Mau Dituntut Rp 7.000 T karena Corona?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah lembaga pemerhati kebijakan pemerintah di Inggris, meminta pemerintah negeri kerjaan itu, untuk mengajukan kompensasi ke China karena virus corona (COVID-19). Bahkan, China diminta membayar hingga 351 miliar pound (Rp 7.000 triliun).

Sebagaimana dikutip dari Express.co.uk, Henry Jackson Society mengklaim menemukan bukti bahwa China harus bertanggung jawab pada isu kesehatan global ini. Ini ditulis lembaga itu dalam kajian berjudul "Coronavirus Compensation: Assessing China's potential culpability and avenues of legal response".

"Sekarang China telah menanggapi (penyebaran virus) dengan mengerahkan kampanye disinformasi dan secara canggih meyakinkan dunia bahwa bukan penyebab krisis, dan (membuat) dunia seharusnya berterima kasih atas semua yang dilakukan China," tulis Express mengutip penelitian itu.

"Yang benar adalah bahwa China bertanggung jawab untuk COVID-19 dan jika ada tuntutan hukum ke Beijing mereka harus membayar triliunan pound."

"Biaya ke Inggris mungkin, seperti yang dilaporkan oleh laporan Henry Jackson Society... lebih dari 350 miliar pound."

Provinsi Hubei, tepatnya kota Wuhan, merupakan tempat pertama penyebaran virus corona di Desember 2019 lalu. Penyebaran bertepatan dengan libur tahun baru imlek, di mana warga China melakukan mudik dan rekreasi ke luar negeri.

China pun mengunci Wuhan dan sejumlah kota lain yang berdekatan dari 23 Januari lalu. Organisasi ini menilai seharusnya China melakukan travel screening dari awal, karena berdasarkan data University of Southampton, hal itu bisa mengurangi penyebaran hingga 95%.

Inggris sendiri mencatat 51.608 kasus positif corona, di mana ada 5.373 kematian dan 135 pasien sembuh. Pangeran Charles dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson merupakan dua figur publik yang terinfeksi corona.

Bukan cuma Inggris, salah seorang politisi Amerika Serikat (AS) menyerukan hal yang sama. Seorang anggota DPR AS mengatakan China harus membayar kompensasi pada AS dan negara lainnya yang terdampak corona.

"COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru, terus menyapu seluruh dunia, merenggut ribuan nyawa dan menghancurkan ekonomi global," kata Mark Green, anggota DPR AS dari Partai Republik, dalam sebuah artikel opini di National Interest.

Menurut Green, akibat virus corona, Kongres AS telah meloloskan tiga pendanaan dengan total lebih dari US$ 2,26 triliun. Pertama, Kongres mengalokasikan US$ 8,3 miliar pada awal Maret, lalu Presiden Donald Trump memberi otorisasi senilai US$ 50 miliar lagi ketika ia mengumumkan keadaan darurat nasional, dan kemudian Kongres membelanjakan US$ 2,2 triliun lagi pada Jumat lalu.

"Itu belum termasuk biaya yang disebut Family First Coronavirus Response Act, disahkan pada 18 Maret, di mana kami masih belum memiliki estimasi yang andal." kata pria yang bertugas di komite Homeland Security and Oversight and Reform DPR AS itu.

"Alih-alih mengumpulkan miliaran lagi dengan membebankan biaya yang luar biasa besar kepada pembayar pajak Amerika, kita harus menguangkan cek dari pihak yang bertanggung jawab. China harus membayar dampak virus corona baru."

Amerika Serikat telah menjadi episentrum baru virus corona. Per Selasa ini, totalnya sudah ada 367.004 kasus, 10.871 kematian dan 19.671 orang sembuh di AS akibat COVID-19, menurut Worldometers.

[Gambas:Video CNBC]



Sementara itu, Pemerintah China mengaku telah membantu sejumlah negara yang kesusahan karena corona. Di saat negara lain bergelut dengan semakin tingginya kasus, China terus mencatat penurunan jumlah penderita COVID-19.

Dalam catatan pemerintah China, sebagai mana dilansir AFP, China telah mengekspor 3,86 miliar masker, 37,5 juta keping pakaian pelindung, 16 ribu ventilator, dan 2,84 juta COVID-19 test kit sejak 1 Maret 2020. Pejabat Bea Cukai China Jin Hai, mengatakan ekspor tersebut ke lebih dari 50 negara.

Dia menambahkan ekspor pasokan medis negara itu bernilai 10,2 miliar yuan ($ 1,4 miliar). Namun banyak negara mengeluhkan produk medis yang dikirim dari negeri itu.

Dia menambahkan ekspor pasokan medis negara itu bernilai 10,2 miliar yuan ($ 1,4 miliar). Namun banyak negara mengeluhkan produk medis yang dikirim dari negeri itu.

Dalam tulisan BBC, pemerintah Belanda menarik 600 ribu masker China dari total 1,3 juta yang dikirimkan karena tidak memenuhi standar kualitas. "Seakarang sudah diputuskan untuk tidak menggunakan kiriman ini," tulis media itu mengutip salah satu pernyataan.

Spanyol juga menolak ribuan alat tes yang dikirim oleh perusahaan China, karena tak sesuai kualifikasi. Di mana hampir 600 ribu alat dinilai tidak akurat.

Hal senada juga terjadi pada Turki. Di mana otoritas menemukan beberapa alat uji yang dipesan tidak akurat, meski 350 ribu di natranya bekerja dengan baik.

Meski demikian, pejabat China menilai laporan tersebut tidak sepenuhnya benar. "Tidak mencerminkan fakta lengkap," ujar seorang pejabat di Kementerian Perdagangan bernama Jiang Fan, .

"Pada kenyataannya ada berbagai faktor, seperti China memiliki standar yang berbeda dan kebiasaan penggunaan yang berbeda dengan negara lain. Bahkan penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan keraguan atas kualitas,".

Komentar senada juga dikatakan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying. Bahkan ia mendesak media Barat untuk tidak memolitisasi dan memperburuk masalah.

Meski demikian, Beijing memang memperketat peraturan untuk peralatan medis coronayang diekspor, dengan meningkatkan syarat produk sesuai standar lisensi domestik dan negara tujuan mereka. "China juga telah meningkatkan kapasitas produksi test kit COVID-19 menjadi lebih dari 4 juta per hari," kata seorang pejabat Administrasi Produk Medis Nasional kata Zhang Qi.

Secara global corona telah menginfeksi 1,3 juta warga dunia, di mana 74 ribu pasien meninggal dan 278 ribu pasien sembuh. Corona menyebar di 209 negara dan teritori di dunia.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular