Corona Dekat dengan PHK, Kapan Ini Berakhir?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2020 14:21
Corona Dekat dengan PHK, Kapan Ini Berakhir?
CNBC Indonesia/Aristya Rahadian krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak pandemi virus corona alias Coronavirus Desease-2019 (Covid-19) betul-betul luar biasa. Dalam arti negatif, bukan positif.

Pada Minggu (5/4/2020) pukul 10:11 WIB, pasien corona di seluruh dunia berjumlah 1.202.827 orang. Korban meninggal terus bertambah menjadi 64.771 orang.

Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sudah menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia. Hampir tidak ada tempat yang aman.

 


Penyebaran virus yang begitu cepat membuat pemerintah di berbagai negara membatasi aktivitas masyarakat. Sebab, penularan virus sangat rawan terjadi seiring kontrak dan interaksi antar-manusia. Sejumlah negara juga menutup pintu bagi masuknya warga asing untuk meredam risiko penularan dari luar (imported case).

Akibatnya, kantor dan pabrik tutup, sekolah libur, restoran dan pusat perbelanjaan sepi, tempat wisata apalagi. Aktivitas ekonomi lumpuh, dan mustahil akan ada pertumbuhan. Kontraksi ekonomi dan resesi sepertinya menjadi keniscayaan.


Kelesuan ekonomi membuat tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak bisa dihindari. Ini terjadi bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat (AS).

Pada Maret 2020, US Bureau of Labor Statistics melaporkan perekonomian AS kehilangan 701.000 lapangan kerja. Ini adalah kontraksi pertama sejak September 2010 dan menjadi yang terburuk sejak Maret 2009.

 

Hilangnya lapangan kerja membuat angka pengangguran di Negeri Paman Sam melonjak ke 4,4%. Ini menjadi yag tertinggi sejak Agustus 2017.

 

"Pada dua bulan pertama 2020, rata-rata lapangan kerja bertambah 245.000 sebelum penurunan tajam akibat virus corona. Pengurangan lapangan kerja terbanyak ada di sektor hiburan dan rekreasi yaitu sebanyak 417.000 karena banyak restoran dan bar menutup operasi. Ini menghapus kenaikan dalam dua tahun terakhir," sebut William Beach, Komisioner US Bureau of Labor Statistics, seperti dikutip dari keterangan resmi.




[Gambas:Video CNBC]



Ke depan, kondisi bukannya akan membaik tetapi memburuk. Trading Economics memperkirakan angka pengangguran di Negeri Adidaya akan melonjak menjadi 9% pada April. Kemudian pada Mei naik lagi ke 12,5%, dan Juni bertambah ke 15%.

"Kami memperkirakan angka pengangguran di AS akan berada di 19% dalam 12 bulan ke depan. Namun pada 2021 akan ada penurunan ke arah 15% dan 2022 turun lagi menjadi 12,9%," sebut keterangan tertulis Trading Economics.

Proyeksi ini masuk akal mengingat AS adalah negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia yaitu 312.076. Ini akan membuat warga semakin khawatir keluar rumah, dan pemerintah bisa memberlakukan aturan social distancing yang lebih ketat. Aktivitas ekonomi tambah lesu, pengangguran tambah banyak. 


Selain AS, Australia juga mencatatkan penurunan penciptaan lapangan kerja. Pada Februari 2020, penciptaan lapangan kerja di Negeri kanguru adalah 226.500, turun 1,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.



"ABS (Australian Bureau of Statistics) terus memonitor dampak Covid-19 terhadap penciptaan lapangan kerja. Data Februari belum mengidentifikasi adanya dampak yang signifikan. Perlu dicatat bahwa pada Februari kasus Covid-19 di Australia masih rendah dan belum ada penetapan Covid-19 sebagai pandemi global," sebut keterangan tertulis ABS.

Situasi di Jepang pun setali tiga uang. Pada Februari 2020, jumlah penganggur di Negeri Matahari Terbit adalah 1,59 juta orang, naik 30.000 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.


Gara-gara virus corona, kabar buruk terus berdatangan. Mari berharap semoga pandemi ini cepat berlalu sehingga perekonomian dunia bisa bangkit berdiri...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular