Krisis 2008-2009 Memang Seram, Tapi Kalah Ngeri dari Corona

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 April 2020 06:05
Krisis Finansial Global Tak Sampai Bikin Ekonomi RI Kontraksi
Foto: Investigasi Corona Virus di Indonesia. (CNBC Indoensia/Andrean Kristianto)
Kali terakhir perekonomian Indonesia mengalami tekanan yang cukup berat adalah pada saat krisis keuangan global (Global Financial Crisis/GFC) 2008-2009. Pada 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 4,63%, terendah sejak 2002.

Episentrum GFC ada di Amerika Serikat. Biang keladinya adalah kejatuhan sebuah instrumen investasi bernama sub-prime mortgage, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dibungkus sedemikian rupa sampai tidak tahu di mana ujung dan di mana pangkalnya.

Apesnya, ternyata sub-prime mortgage begitu menggurita. Banyak institusi keuangan besar di Negeri Paman Sam yang duitnya nyangkut di instrumen ini. Lehman Brothers, bank investasi yang berusia lebih dari 100 tahun, sampai harus bangkrut. Sistem keuangan AS pun kolaps karena sub-prime mortgage berdampak sangat sistemik.

AS adalah pusat keuangan dunia, sehingga kejatuhan sistem keuangan AS membuat efek domino di seluruh negara. Pasar keuangan global dilanda kepanikan.

Krisis di sektor keuangan kemudian menjalar ke sektor riil. Kondisi perbankan yang sulit menyalurkan kredit karena ambruknya pasar keuangan membuat sektor riil kekurangan 'darah'.

Indonesia juga merasakan dampaknya. Ekspor dan investasi melemah, sehingga pertumbuhan ekonomi praktis hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga.

So, kondisi saat GFC ternyata cukup parah dan pelik juga ya. Namun separah-parahnya GFC, dampak ke Indonesia relatif terjaga. Ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh, bahkan menjadi salah satu yang terbaik di antara negara-negara G20.




(aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular