DKI-Jabar-Banten Sumbang 73,9% Kasus Corona, Perlu Lockdown?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 March 2020 14:12
Imbauan Bagus, Tapi Perlu Ketegasan
Foto: Antisipasi Penyebaran Virus Corona di Stasiun Senen, Jakarta, Senin (9/3/2020). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Pemerintah dan berbagai memang sudah menyerukan kampanye kerja, belajar, dan beribadah di rumah. Lumayan efektif, terlihat dari jalanan Jakarta yang lengang selama sekitar dua pekan terakhir.

Ada pula kampanye social/physical distancing. Menjaga jarak dengan orang lain minimal satu meter agar tidak mudah terpapar virus.


Namun karena sifatnya masih imbauan, masih banyak warga dari provinsi tetangga yang menyambangi Jakarta untuk bekerja. Mereka masih menaiki transportasi umum yang berdesakan. Mana ada social/physical distancing.

Ini mungkin yang menyebabkan kasus corona terus bertambah, terutama di DKI-Jawa Barat-Banten. Imbauan yang ada belum cukup untuk mempersempit ruang gerak virus corona, sehingga penularan terus terjadi.

Oleh karena itu, boleh jadi Indonesia (minimal DKI-Jawa Barat-Banten yang memiliki kasus corona tertinggi di Indonesia) sudah perlu menerapkan kebijakan yang lebih ekstrem. Lockdown bisa menjadi solusi.

Beberapa negara dengan kasus yang lebih sedikit sudah menerapkan lockdown. Di Asia Tenggara, contohnya adalah Filipina. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis pada Jumat (27/3/2020) pukul 12:59 WIB, jumlah kasus corona di Filipina adalah 707 dengan korban jiwa 45 orang.


Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengumumkan negaranya memulai lockdown pada 12 Maret dan sampai sekarang masih berlaku. Hasilnya lumayan.

Sebelum lockdown, Filipina sempat mengalami pertumbuhan jumlah pasien corona mencapai 230% dalam sehari. Setelah lockdown, pertumbuhannya bisa ditekan ke dua digit.

 

Virus corona tidak seperti vampir, werewolf, atau zombie yang keluyuran mencari korban untuk ditulari. Adalah pergerakan manusia yang membuat virus bisa menyebar.

Jadi, kunci untuk meredam dan menurunkan jumlah pasien (dan korban meninggal) adalah dengan membatasi aktivitas manusia untuk sementara. Imbauan sudah bagus, tetapi agar semakin kuat ada baiknya perlu dipertegas dengan larangan legal-formal. Ini adalah tujuan utama lockdown, 'memagari' pergerakan manusia agar penyebaran virus tidak semakin luas.

Tidak bisa dipungkiri, lockdown memang membuat aktivitas ekonomi melambat atau bahkan berhenti sama sekali. Namun dalam situasi seperti ini, ekonomi adalah pertimbangan kedua. Sebab menyelamatkan nyawa harus menjadi prioritas pertama dan yang paling utama.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular