Digempur Corona, Apakah Ekonomi Dunia Sudah Resesi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 March 2020 20:26
Digempur Corona, Apakah Ekonomi Dunia Sudah Resesi?
Foto: Produksi Masker di China meningkat akibat banyaknya permintaan karena virus Corona (Chinatopix via AP)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian dunia benar-benar terpukul akibat penyebaran virus corona yang semakin masif. Pelaku pasar menilai tren pertumbuhan ekonomi global akan terhenti pada kuartal I-2020, dan tanda-tanda resesi semakin kuat.

Berdasarkan jajak pendapat Reuters yang melibatkan 41 institusi di Benua Amerika dan Eropa, 31 di antaranya memperkirakan ekspansi ekonomi akan berhenti pada kuartal I tahun ini. Kali terakhir perekonomian dunia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) adalah pada 2009.

 


"Tidak ada keraguan. Ekspansi ekonomi terpanjang sepanjang sejarah akan berakhir kuartal ini. Sekarang masalahnya apakah kontraksi akan berlangsung lama sehingga menciptakan resesi?" kata Bruce Kasman, Head of Global Economic Research di JP Morgan, seperti dikutip dari Reuters.

Resesi bisa diartikan sebagai kontraksi ekonomi dalam dua kuartal beruntun pada tahun yang sama. Survei Reuters menunjukkan perekonomian global masih tumbuh 1,6% tahun ini, jauh melambat dibandingkan pencapaian tahun lalu.

Namun bukan berarti tidak ada resesi. Bisa saja kontraksi terjadi secara beruntun pada kuartal I dan II, kemudian baru bangkit pada dua kuartal berikutnya. Kontraksi pada kuartal I dan II sudah masuk kategori resesi.

Reuters
 
"Kami memperkirakan ekonomi global tahun ini masih tumbuh 1,25%. Lebih baik dibandingkan saat resesi 1981-1982 atau 2008-2009, tetapi lebih buruk dibandingkan resesi ringan pada 1991 dan 2001," sebut riset Goldman Sachs.



Ya, virus corona memang membuat perekonomian dunia porak-poranda. Pasalnya, virus ini membuat aktivitas publik menjadi terbatas sehingga menghambat laju perekonomian.

Maklum saja, virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini menyebar dengan sangat cepat. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Minggu (22/3/2020) pukul 16:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 307.341. Korban jiwa semakin bertambah menjadi 13.049 orang.


Akibat virus corona, berbagai negara menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat. Plus menutup akses keluar dan masuk negaranya. Semua dilakukan demi membatasi pergerakan virus agar tidak terus menular.

"Ini adalah momentum yang mengharuskan koordinasi kebijakan yang terkoordinasi, cepat, dan inovatif dari berbagai negara. Kita sedang dalam situasi luar biasa, yang biasa-biasa saja tidak bisa diterapkan," tehas Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), seperti diberitakan Reuters.

Kebijakan terkoordinasi itu sudah ditunjukkan Uni Eropa. Pekan ini, 26 negara anggota uni Eropa sepakat untuk menutup perbatasan. Tidak ada pendatang dari luar negeri yang diperkenankan masuk, dan warga negara domestik tidak bisa bepergian ke luar negeri.

"Keputusan paling tepat saat ini adalah tetap di rumah. Masa depan berada di tangan kita semua. Tangan ini harus memikul tanggung jawab lebih besar dari sebelumnya," tegas Giuseppe Conte, Perdana Menteri Italia, seperti diberitakan Reuters.

Penutupan perbatasan dan karantina wilatyah (lockdown) di banyak negara membuat pergerakan masyarakat menjadi terbatas. Semua orang dianjurkan tinggal di rumah untuk membatasi ruang gerak penyebaran virus corona. Pemerintah juga melarang aktivitas yang melibatkan kerumunan atau banyak orang.

Memang nyawa adalah prioritas pertama dan paling utama. Namun tidak bisa dipungkiri keterbatasan aktivitas masyarakat membuat roda perekonomian berjalan lambat, bahkan mungkin berhenti sama sekali. Mau bagaimana lagi, memangnya ekonomi bisa bergerak saat kantor, pabrik, sampai restoran ditutup?

Oleh karena itu, wajar pelaku pasar sudah bersiap dengan skenario terburuk. Sebelum virus corona berhasil dijinakkan, sepertinya perlambatan ekonomi yang mengarah ke resesi adalah kenyataan pahit yang harus bisa diterima.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular