
Corona Sebabkan Gelombang PHK, Waspada Keresahan Sosial!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 March 2020 15:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan penyebaran virus corona sebagai pandemi global. Selain kesehatan, virus ini juga menimbulkan dampak negatif di bidang ekonomi dan sosial.
Pada Minggu (22/3/2020) pukul 13:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 307.280, berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis. Sedangkan korban jiwa sudah di atas 13.000, tepatnya 13.049 orang.
Akibat virus mematikan yang sedang bergentayangan, aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Kantor, pabrik, sekolah, sampai tempat hiburan tutup untuk mencegah penularan virus lebih lanjut.
Akibatnya, sektor pariwisata, transportasi, hingga industri manufaktur merasakan dampaknya. Pendapatan yang turun drastis membuat dunia usaha mulai melakukan efisiensi, termasuk pengurangan karyawan. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) melanda dunia.
Di Amerika Serikat (AS), jumlah klaim tunjangan pengangguran atau unemployment benefits pada pekan yang berakhir 14 Maret tercatat 281.000. Melonjak 70.000 dibandingkan pekan sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak September 2017.
"Data ini memberi konfirmasi bahwa ekonomi AS sudah terjun ke jurang dan menuju resesi. Konsumsi dan penciptaan lapangan kerja tidak akan pulih sebelum penyebaran virus berhenti, sesuatu yang membuat orang-orang kembali memadati jalanan, pertokoan, dan restoran," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, seperti dikabarkan Reuters.
Pada Minggu (22/3/2020) pukul 13:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 307.280, berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis. Sedangkan korban jiwa sudah di atas 13.000, tepatnya 13.049 orang.
Akibat virus mematikan yang sedang bergentayangan, aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Kantor, pabrik, sekolah, sampai tempat hiburan tutup untuk mencegah penularan virus lebih lanjut.
Di Amerika Serikat (AS), jumlah klaim tunjangan pengangguran atau unemployment benefits pada pekan yang berakhir 14 Maret tercatat 281.000. Melonjak 70.000 dibandingkan pekan sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak September 2017.
"Data ini memberi konfirmasi bahwa ekonomi AS sudah terjun ke jurang dan menuju resesi. Konsumsi dan penciptaan lapangan kerja tidak akan pulih sebelum penyebaran virus berhenti, sesuatu yang membuat orang-orang kembali memadati jalanan, pertokoan, dan restoran," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, seperti dikabarkan Reuters.
Next Page
Waspada Gelombang PHK Global!
Pages
Most Popular