Saat Ini Jadi Seorang Sri Mulyani Itu Berat, Berat Sekali...!

Herdaru Purnomo & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 March 2020 12:42
Ekonomi Global yang Gloomy dan Indonesia yang Kena Getah
Foto: Sri Mulyani (CNBC Indonesia/ Lidya Kembaren)
Awan mendung tengah menggelayuti perekonomian China. Setelah tahun lalu nelangsa gara-gara perang dagang lawan Amerika Serikat (AS), kini China menghadapi tantangan baru yang bernama virus corona.

Virus yang menyebabkan gejala seperti influenza ini berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Seiring libur panjang Tahun Baru Imlek, virus corona menyebar dengan luas dan cepat karena tingginya mobilitas masyarakat. Imlek memang momen puncak pergerakan warga China, baik antar-kota maupun antar-negara.

Berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) biaya pengobatan untuk virus corona di seluruh dunia sudah mencapai US$ 675 juta (Rp 890,41 miliar dengan kurs saat ini). Angka ini belum termasuk dampak sosial dan ekonomi.

Ya, dampak ekonomi akibat penyebaran (outbreak) virus corona memang tidak bisa dianggap remeh. Pasalnya, virus ini membuat aktivitas ekonomi di Negeri Tirai Bambu seret.

Kalau ada virus mematikan sedang bergentayangan, tentu masyarakat berpikir ribuan kali untuk beraktivitas di luar rumah. Akibatnya, aktivitas produksi dan konsumsi pasti berkurang drastis.

"Awalnya pemerintah China menambah masa libur Imlek selama tiga hari. Namun sesudah itu, jumlah pabrik yang tidak berproduksi semakin banyak. Berbagai provinsi di China menunda aktivitas bisnis," sebut laporan IHS Markit yang dirilis 31 Januari lalu.

Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China hampir pasti melambat. Bahkan risiko pertumbuhan ekonomi di bawah 5% adalah sesuatu yang sangat nyata. ]

"Untuk saat ini, sulit melihat penyebaran virus Corona akan melambat. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2020 bisa turun ke bawah 5% dan ini kemungkinan masih berlanjut pada kuartal berikutnya," kata Wang Jun, Kepala Ekonom Zhongyuan Bank, seperti diberitakan Reuters.

Beberapa ekonom lain yang dimintai pendapat oleh Reuters juga mengemukakan proyeksi yang gloomy. Louis Kuijs, Ekonom Oxford Economics, memperkirakan pertumbuhan ekonomi China sebesar 5,4% pada 2020. Lumayan jauh melambat dibandingkan pencapaian 2019 yaitu 6,1%. Sementara Tao Wang, Ekonom UBS, memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I-2020 hanya 3,8% dan sepanjang 2020 adalah 5,4%.

Efek China ke Indonesia

China memainkan peran penting dalam globalisasi. Bagi banyak negara, China adalah mitra dagang dan investasi utama. Salah satu negara itu adalah Indonesia.

Dari sisi perdagangan, China adalah negara tujuan ekspor utama Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor non-migas Indonesia ke China sepanjang 2019 adalah US$ 25,85 miliar. Jumlah itu mencapai 16,68% dari total ekspor non-migas Tanah Air.

Ketika aktivitas ekonomi di China lesu akibat virus Corona, permintaan produk-produk Indonesia juga tentu ikut menurun. Kala ekspor di China turun, kinerja ekspor secara keseluruhan pasti terganggu mengingat besarnya peranan China.

Melihat hubungan di bidang perdagangan dan investasi, ketergantungan Indonesia terhadap China cukup kuat. Oleh karena itu, jika ekonomi China melambat maka Indonesia pasti bakal kena getahnya.

Menurut kajian Bank Dunia, setiap penurunan pertumbuhan ekonomi di China sebesar 1 poin persentase, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terpangkas 0,3 poin persentase. Sayangnya, ekonomi China hampir pasti melambat akibat virus Corona.

Riset S&P menyebutkan, virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China tahun ini sekitar 1,2 poin persentase. Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 mengasumsikan pertumbuhan ekonomi tahun ini 5,3%. Jadi kalau ekonomi China melambat 1,2 poin persentase gara-gara virus Corona, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berkurang menjadi 4,94%, terendah sejak 2016.

Berdasarkan penghitungan pemerintah, pelemahan perekonomian China sebesar 1%, bisa membuat ekonomi Indonesia turun hingga 0,3%. Artinya, pertumbuhan ekonomi tahun ini kemungkinan hanya tumbuh di bawah 5%. Target pertumbuhan ekonomi 2020 dipatok 5,3%.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan, bahwa kondisi ini yang pada akhirnya membuat pemerintah mengobral berbagai stimulus untuk memberikan dorongan lebih bagi perekonomian.

"Kita berharap ini akan bersama-sama menetralisir dampak corona virus yang apabila pertumbuhan ekonomi RRT turun 1%, maka dampaknya ke dalam perekonomian sekitar 0,3%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Selasa (25/2/2020).

NEXT >> Stimulus Ekonomi dari Sri Mulyani

(dru/dru)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular