RI Bergantung Bawang Putih China: Ada Corona, Bersiap Merana

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 March 2020 16:15
Bawang putih impor sebagian besar diimpor dari China.
Foto: Bawang Putih di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketergantungan Indonesia terhadap produk hortikultura Negeri Tirai Bambu cukup tinggi seperti bawang putih. Namun, adanya virus corona akan menjadi potensi persoalan baru saat ini dan beberapa bulan ke depan bila pasokannya terganggu apalagi menjelang puasa.

Presiden Jokowi sudah mengingatkan agar persoalan bawang putih impor dan komoditas lainnya jadi perhatian agar prosesnya tak terhambat pasokannya kala China ada masalah distribusi karena corona.

Jokowi sempat jengkel dengan proses penyediaan kebutuhan pokok seperti bawang putih, gula, daging dan lainnya di masyarakat. Ia menegaskan bila harus impor maka proses harus diperlancar jangan sampai terhambat.

"Hati-hati tolong dihitung. Urusan bawang putih, urusan daging, urusan gula, ini jangan sampai membuat masyarakat khawatir. Sudah khawatir karena corona, khawatir lagi karena suplai barang yang tidak ada. Berbahaya. Tolong betul-betul ini rasa, feeling kita merespons keadaan harus betul-betul ada. Sekali lagi jangan rutinitas," kata Jokowi saat ratas di Istana, Rabu (4/3).



Kementerian Pertanian (Kementan) memang telah menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) untuk komoditas bawang putih sebesar 103.000 ton, sebelumnya sempat terhenti alokasi impornya.

Impor produk pertanian ke Indonesia yang paling besar adalah bawang putih dengan nilai impor US$ 529,96 juta sepanjang 2019. Seluruh bawang putih impor adalah dari China, tidak ada yang berasal dari negara lain. Ketergantungan yang luar biasa. Ini tentu harus jadi perhatian pemerintah apalagi belum ada kepastian masalah corona selesai.



Indonesia juga mengimpor cabai dan produk-produk turunannya dari China. Misalnya cabai segar dingin, dengan nilai impor US$ 4.050 sepanjang 2019. Tidak terlalu besar, karena produk dalam negeri sudah relatif mampu memenuhi permintaan.

Namun lagi-lagi terlihat ketergantungan terhadap China begitu tinggi. Negara asal impor cabai segar dingin selain China hanya dua yaitu Amerika Serikat (AS) dan Singapura. Akan tetapi, nilainya sangat jauh di bawah China.

Masih soal cabai, Indonesia juga mengimpor cabai awet sementara dari China senilai US$ 13.990 pada 2019. Kasusnya sama seperti cabai segar dingin, impor dari China jauh melampaui dari negara-negara lainnya.

Produk pertanian lainnya yang diimpor Indonesia dari China adalah tembakau. Maklum, China adalah negara produsen tembakau terbesar di dunia sehingga produksinya tentu menjangkau berbagai negara.

Sepanjang 2019, impor tembakau Indonesia dari China bernilai US$ 183,79 miliar. China menduduki peringkat pertama, tetapi jarak dengan Brasil di posisi kedua tidak terlampau lebar.

Akan tetapi, walau pasokan tembakau impor dari China seret pun sepertinya tidak banyak menyebabkan guncangan. Pasalnya tembakau dalam negeri relatif mumpuni untuk memenuhi permintaan.

Selain itu, impor tembakau juga sudah lebih terdiversifikasi. Kalau impor dari China seret, pasokan dari negara lain bisa menutupi.
(hoi/hoi) Next Article Mendag Mana! Impor Bebas, Harga Bawang Putih Masih Selangit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular