
Corona Masuk RI, Pemilik Hotel Makin Deg-Degan
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
05 March 2020 15:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis hotel babak belur dihantam dampak penyebaran virus corona (Covid-19). Banyak turis asing ogah melakukan perjalanan wisata ke Indonesia. Di sisi lain, pemerintah juga melarang warga negara China, Italia, Iran, dan Korea Selatan masuk wilayah Indonesia karena corona.
Pengusaha hotel makin khawatir dengan adanya kasus positif corona di Indonesia pada 1 Maret 2020. Mereka khawatir kunjungan turis domestik juga terancam ikut merosot.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran memberikan sejumlah catatan agar potensi turis domestik bisa dimaksimalkan.
"Ketika di Indonesia sudah diketahui ada yang positif Corona. Itu justru berimbas pada wisatawan domestik juga karena ini momentumnya masih baru. Rasa panik masih ada karena mungkin belum paham betul masyarakat, virus corona ini bagaimana penanggulangan dan antisipasinya seperti apa," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (5/3/20).
Namun, kepanikan tersebut diyakini hanya berlangsung dalam 2-3 minggu ke depan. Sejalan dengan itu, dia menegaskan, pemerintah dituntut untuk bisa lebih memberikan keyakinan kepada masyarakat.
"Contohnya bandara dan pelabuhan sebagai gerbang, pergerakan orang ada di situ. Nah, bandara itu jangan cuma dilihat thermal scanner wisman saja, jangan internasional saja, tapi juga termasuk domestik," katanya.
Menurutnya, setiap traveler perlu kenyamanan. Sehingga pemerintah untuk memberikan rasa nyaman harus ditingkatkan melalui kebijakan konkret terkait peningkatan pengawasan tersebarnya corona.
"Itu yang paling penting sebenarnya. Jadi semua bandara harus dilengkapi itu sehingga semua orang untuk bergerak merasa nyaman. Termasuk transportasi darat nanti kereta api, bus. Apalagi kita dua bulan lagu mau lebaran. Ini kan harus disiapkan dari sekarang secara massif. Ini yang harus dipertontonkan supaya orang nyaman untuk bergerak," katanya.
Dikatakan, karakteristik pergerakan turis domestik sebenarnya mudah diukur. Tinggal bagaimana pemerintah mengantisipasi agar potensi ini tidak lenyap begitu saja.
Belajar dari periode sebelumnya, pemerintah seharusnya fokus dengan program libur Lebaran. Hal ini guna menjaga agar pergerakan turis domestik tidak seperti tahun 2019 yang turun diakibatkan harga tiket mahal.
PHRI menggarisbawahi, harus diperhatikan kejadian tahun 2019, apa yang menyebabkan turis domestik turun dari 303 juta orang pada tahun 2018 menjadi 275 juta orang pada tahun 2019. Pergerakan turis domestik juga lebih didominasi perjalanan tanpa paket wisata, untuk itu peran Hotel dan Airlines akan lebih besar.
"Dua bulan lagi akan ada pergerakan wisatawan domestik terbesar. Kalau wisatawan domestik itu gampang lihatnya. Orang cuma 3 kali dalam setahun, libur lebaran, libur anak sekolah, dan tahun baru. Kita fail 2019 kan karena masalah tiket waktu itu. Tiket domestik yang mahal akhirnya orang pergi keluar," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Pengusaha hotel makin khawatir dengan adanya kasus positif corona di Indonesia pada 1 Maret 2020. Mereka khawatir kunjungan turis domestik juga terancam ikut merosot.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran memberikan sejumlah catatan agar potensi turis domestik bisa dimaksimalkan.
Namun, kepanikan tersebut diyakini hanya berlangsung dalam 2-3 minggu ke depan. Sejalan dengan itu, dia menegaskan, pemerintah dituntut untuk bisa lebih memberikan keyakinan kepada masyarakat.
"Contohnya bandara dan pelabuhan sebagai gerbang, pergerakan orang ada di situ. Nah, bandara itu jangan cuma dilihat thermal scanner wisman saja, jangan internasional saja, tapi juga termasuk domestik," katanya.
Menurutnya, setiap traveler perlu kenyamanan. Sehingga pemerintah untuk memberikan rasa nyaman harus ditingkatkan melalui kebijakan konkret terkait peningkatan pengawasan tersebarnya corona.
"Itu yang paling penting sebenarnya. Jadi semua bandara harus dilengkapi itu sehingga semua orang untuk bergerak merasa nyaman. Termasuk transportasi darat nanti kereta api, bus. Apalagi kita dua bulan lagu mau lebaran. Ini kan harus disiapkan dari sekarang secara massif. Ini yang harus dipertontonkan supaya orang nyaman untuk bergerak," katanya.
Dikatakan, karakteristik pergerakan turis domestik sebenarnya mudah diukur. Tinggal bagaimana pemerintah mengantisipasi agar potensi ini tidak lenyap begitu saja.
Belajar dari periode sebelumnya, pemerintah seharusnya fokus dengan program libur Lebaran. Hal ini guna menjaga agar pergerakan turis domestik tidak seperti tahun 2019 yang turun diakibatkan harga tiket mahal.
PHRI menggarisbawahi, harus diperhatikan kejadian tahun 2019, apa yang menyebabkan turis domestik turun dari 303 juta orang pada tahun 2018 menjadi 275 juta orang pada tahun 2019. Pergerakan turis domestik juga lebih didominasi perjalanan tanpa paket wisata, untuk itu peran Hotel dan Airlines akan lebih besar.
"Dua bulan lagi akan ada pergerakan wisatawan domestik terbesar. Kalau wisatawan domestik itu gampang lihatnya. Orang cuma 3 kali dalam setahun, libur lebaran, libur anak sekolah, dan tahun baru. Kita fail 2019 kan karena masalah tiket waktu itu. Tiket domestik yang mahal akhirnya orang pergi keluar," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Kenali Ciri & Gejala Virus Corona, Ini Penjelasan IDI
Most Popular