
Internasional
Eropa Ramai-ramai Kecam Erdogan, Ada Apa?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 March 2020 17:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Kanselir Austria Sebastian Kurz mengecam Turki karena mencoba menekan Uni Eropa untuk membuka perbatasannya untuk para pengungsi Suriah.
"Ini adalah serangan Turki melawan Uni Eropa dan Yunani. Manusia (pengungsi) digunakan oleh (Turki) untuk menekan Eropa ... UE tidak boleh terluka karena "blackmail" (Turki)," katanya pada wartawan sebagaimana dikutip dari AFP, Selasa (3/3/2020).
Turki telah memberi lampu hijau pada pengungsi dan migran asal Suriah ke wilayahnya, untuk melintas dan menuju Eropa. Padahal sudah ada perjanjian untuk membendung arus pengungsi di 2016.
Kurz mengatakan Erdogan tidak memenuhi janjinya karena mengarahkan pengungsi ke perbatasan Yunani untuk memasuki Eropa. Ini adalah ujian bagi UE, apakah bisa melindungi negerinya atau tidak.
"Aku bisa menggaransi satu hal: Jika perbatasan terluar Eropa tak bisa bekerja, lalu Eropa tanpa garis perbatasan di dalam tinggal sejarah," ujarnya.
Sebelumnya Kanselir Jerman Angela Merkel menilai tindakan Turki tak bisa diterima. Komisoner Migrasi UE mengatakan Turki mengintimidasi Eropa.
Turki kini terjebak perang dengan Suriah rezim Bashar al-Assad di provinsi Idlib. Suriah didukung militer Rusia.
Perang telah membuat warga sipil jadi korban. Ada 900 ribu orang mengungsi sejak kekerasan kembali naik di Desember 2019.
Awalnya di 2018, kedua kubu sepakat damai dengan perjanjian Sochi, di mana Turki mengawasi Idlib. Namun pasukan Assad makin gencar melakukan serangan sejak akhir tahun.
Turki pun membuka pintu perbatasan agar pengungsi bisa menyelamatkan diri dan masuk ke Eropa. Ini menjadi masalah baru lagi bagi Benua Biru yang sebelumnya juga kebanjiran pengungsi Suriah.
(sef/sef) Next Article 700 Ribu Orang Mengungsi Dari Idlib Akibat Perang Suriah
"Ini adalah serangan Turki melawan Uni Eropa dan Yunani. Manusia (pengungsi) digunakan oleh (Turki) untuk menekan Eropa ... UE tidak boleh terluka karena "blackmail" (Turki)," katanya pada wartawan sebagaimana dikutip dari AFP, Selasa (3/3/2020).
Turki telah memberi lampu hijau pada pengungsi dan migran asal Suriah ke wilayahnya, untuk melintas dan menuju Eropa. Padahal sudah ada perjanjian untuk membendung arus pengungsi di 2016.
"Aku bisa menggaransi satu hal: Jika perbatasan terluar Eropa tak bisa bekerja, lalu Eropa tanpa garis perbatasan di dalam tinggal sejarah," ujarnya.
Sebelumnya Kanselir Jerman Angela Merkel menilai tindakan Turki tak bisa diterima. Komisoner Migrasi UE mengatakan Turki mengintimidasi Eropa.
Turki kini terjebak perang dengan Suriah rezim Bashar al-Assad di provinsi Idlib. Suriah didukung militer Rusia.
Perang telah membuat warga sipil jadi korban. Ada 900 ribu orang mengungsi sejak kekerasan kembali naik di Desember 2019.
Awalnya di 2018, kedua kubu sepakat damai dengan perjanjian Sochi, di mana Turki mengawasi Idlib. Namun pasukan Assad makin gencar melakukan serangan sejak akhir tahun.
Turki pun membuka pintu perbatasan agar pengungsi bisa menyelamatkan diri dan masuk ke Eropa. Ini menjadi masalah baru lagi bagi Benua Biru yang sebelumnya juga kebanjiran pengungsi Suriah.
(sef/sef) Next Article 700 Ribu Orang Mengungsi Dari Idlib Akibat Perang Suriah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular