Kala Corona Bikin BI, The Fed, dkk Terpaksa 'Putbal'

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 March 2020 11:50
Corona Mengubah Segalanya
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Akan tetapi semuanya berubah. Ada petaka dari China yang membuat geger dunia. Namanya adalah virus corona.

Virus ini ditengarai bermula dari pasar perdagangan hewan liar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Kebetulan serangan virus ini datang kala masyarakat China merayakan Tahun Baru Imlek. Mobilitas masyarakat mencapai puncaknya, sehingga virus menyebar ke seantero China dan berbagai negara di Benua Asia, Afrika, Eropa, hingga Australia.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Selasa (3/3/2020) pukul 10:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 90.933. Korban jiwa pun semakin bertambah menjadi 3.117 orang.


Penyebaran virus corona membuat aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Siapa yang berani keluar rumah saat virus mematikan sedang mengancam? Akibatnya, produksi pabrik-pabrik belum kunjung optimal, pariwisata lesu, aktivitas perdagangan (termasuk ekspor-impor) terhambat.

Serangan virus corona terbanyak terjadi di China dengan 80.151 kasus. Aktivitas industri manufaktur China pun merosot tajam. Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur China versi Caxin/Markit pada Februari 2020 tercatat 40,3. Jauh di bawah bulan sebelumnya yaitu 51,1 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai pada 2004.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di bawah 50, berarti dunia usaha sedang tidak ekspansif, bahkan yang ada terkontraksi.

"Sektor industri manufaktur China sudah merasakan dampak epidemi pada bulan lalu. Pasokan dan permintaan sama-sama melemah, rantai pasok mengalami stagnasi, dan banyak pesanan yang belum terselesaikan," kata Zhenssheng Zhong, Direktur Analisis Makroekonomi di CEBM Group, seperti dikutip dari Reuters.

China adalah pemain besar dalam perekonomian global. Negeri Tirai Bambu merupakan perekonomian terbesar kedua di dunia, eksportir nomor satu, dan pemain kunci dalam rantai pasok dunia.

Kala pasokan dari China menurun seiring kelesuan industri manufaktur, maka dunia usaha di berbagai negara akan kesulitan memperoleh bahan baku/penolong. Oleh karena itu, rantai pasok global akan rusak dan industri manufaktur global terancam mengalami kontraksi.


(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular