Penyebaran Virus Corona Lebih Ekspres Gara-gara Mirip HIV?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 March 2020 17:05
Penyebaran Virus Corona Lebih Ekspres Gara-gara Mirip HIV?
Foto: Ilustrasi penanganan pasien terjangkit virus corona (Chinatopix via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona (Covid-19) ke berbagai negara memicu kecemasan pelaku pasar. Hal itu membuat koreksi bursa global terjadi sepekan terakhir. Virus itu terbukti lebih mudah menyebar ketimbang SARS, karena memiliki kemiripan genetik dengan virus HIV.

Sepekan, bursa dunia anjlok dan mencatatkan koreksi terparah sejak krisis 2008 melanda. Dow Jones kehilangan 3.500 poin dalam sepekan, dan menjadi koreksi mingguan yang terburuk dalam 12 tahun terakhir.

Kepanikan pasar tersebut agak beralasan, karena memang terjadi lonjakan penyebaran Covid-19 di tingkat dunia. Per Minggu (1/3/2020), secara total sudah ada 60 negara yang mengkonfirmasi keberadaan virus yang mulai merebak dari Wuhan tersebut.

Reuters melaporkan Armenia menjadi negara terbaru yang mencatat adanya infeksi virus mematikan tersebut di tanah mereka. Secara global, 85.000 orang terinfeksi dan sebanyak 2.943 orang meninggal dunia.

Dalam situs resminya, World Economic Forum (WEF) menunjukkan data perbandingan antara serangan Covid-19 dengan virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Dari situ, terlihat penyebaran virus corona memang jauh lebih cepat ketimbang dua "seniornya".

Ini Penyebab Virus Corona Menular Lebih Cepat Ketimbang SARSSumber: Reuters

Penyebaran yang luas itulah yang membuat nyali pelaku pasar ciut. Apalagi, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention/ CDC) di Amerika Serikat (AS) mengingatkan "risiko terhadap publik kian meningkat" dan bisa memicu pandemi global.

Sampai sekarang, modus penularan Covid-19 ke Negeri Adidaya itu masih menjadi misteri karena penderita tak memiliki riwayat pernah bersinggungan dengan China sebagai sumber wabah tersebut. Terbaru, satu warga AS dinyakan meninggal akibat virus nCoV-2019 tersebut.

Mengapa virus corona bisa menyebar begitu luas dan cepat? Jawabannya mungkin ada dalam temuan peneliti Universitas Nankai di China. Mereka menemukan Covid-19 secara genetis terkait dengan human immunodeficiency virus (HIV).

Penelitian yang dipublikasikan pada 14 Februari tersebut sejalan dengan temuan sebelumnya di makalah berjudul "Uncanny Similarity of Unique Inserts In The 2019-Ncov Spike Protein To HIV-1 Gp120 And Gag." Hasil penelitian tim di India itu menunjukkan adanya rangkaian gen virus corona yang mirip dengan virus HIV.

Kemiripan rangkaian gen dengan HIV inilah yang diduga membuat virus asal Wuhan tersebut lebih mudah menyebar ketimbang SARS. Sebagaimana diketahui, virus SARS menyerang protein ACE2 dalam sel tubuh manusia. Ini menjadi kelemahan virus tersebut karena protein jenis tersebut hanya muncul ketika tubuh manusia sedang tidak sehat. Akibatnya, penyebaran SARS pun lambat dan hanya menginfeksi 8.000 orang di seluruh dunia.

Di sisi lain, virus corona memiliki modus operandi yang berbeda. Penelitian Universitas Nankai itu menunjukkan virus corona menyerang protein furin di dalam tubuh manusia. Protein yang ada dalam tubuh manusia sehat inilah yang menjadi target serangan HIV dan virus ebola.

[Gambas:Video CNBC]



Jika melihat angka penyebaran virus corona yang lebih parah dari SARS, pantas saja pelaku pasar global cemas. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Minggu (1/3/2020) mengingatkan kepanikan tersebut berlebihan.

"Pasar global… seharusnya tenang dan coba melihat realitas yang ada,… Kita harus tetap rasional," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada CNBC International dalam sebuah diskusi panel di Riyadh, Arab Saudi.

Pucuk pimpinan WHO tersebut menegaskan berdasarkan data di lapangan, penanggulangan penyebaran virus tersebut sangatlah dimungkinkan. Hanya saja, peluang penanggulangan tersebut juga menyempit, sehingga terbuka peluang terjadinya pandemi.

Jika melihat angka, jumlah pengidap virus corona memang jauh lebih besar ketimbang virus MERS. Namun jika melihat data secara menyeluruh, angka kematian per kasus infeksi corona justru jauh lebih rendah, yang menunjukkan bahwa keganasan virus corona justru lebih rendah.

Ini Penyebab Virus Corona Menular Lebih Cepat Ketimbang SARSSumber: Reuters

Upaya untuk menemukan obat melawan virus ini pun terus berkembang. Para peneliti Prancis dalam makalah mereka yang dirilis pada 4 Februari sejalan dengan temuan Universitas Nankai, yang menunjukkan protein furin (yang disasar HIV) menjadi kunci untuk terapi corona.

Laporan berjudul “The Spike Glycoprotein of The New Coronavirus 2019-Ncov Contains A Furin-Like Cleavage Site Absent In Cov Of The Same Clade” mengindikasikan protein furin tersebut semestinya memiliki implikasi atas kelangsungan hidup virus 2019-nCoV.

Di Thailand, para dokter melaporkan telah berhasil menyembuhkan pasien penderita virus corona, dengan memberikan terapi obat oplosan yang biasa digunakan untuk penderita HIV, yakni lopinavir dan ritonavir, ditambah dengan obat flu oseltamivir.

CNBC International melaporkan pemerintah AS baru akan menguji obat remdesivir, yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Gilead. Ini merupakan obat pertama anti-virus corona yang bakal diuji boba dengan diberikan pada penderita di 50 negara di seluruh dunia.

Oleh karena itu, jelas bahwa belum ada obat anti-virus corona, tidak seperti yang diklaim dan dijual oleh para pelapak di marketplace. Apalagi, mengklaim obat malaria—yang membunuh parasit plasmodium—bisa membunuh virus.

Ini ibarat ingin membunuh tikus dengan obat anti-kecoa. Ngawur kuadrat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular