
Drama Malaysia: Mahathir Mundur, Mahathir PM Sementara

Jakarta, CNBC Indonesia - Drama politik yang terjadi di Negeri Jiran Malaysia nampaknya belum usai. Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad beberapa waktu lalu memutuskan mundur dari jabatannya.
Pada 24 Februari lalu, Mahathir mengirimkan surat pengunduran dirinya ke Raja Malaysia. Ini tak lama setelah Anwar melontarkan komentar soal pengkhianatan yang dilakukan oleh koalisi Pakatan Harapan.
Koalisi ini merupakan gabungan partai pendukung Mahathir dan Anwar yang terdiri dari Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu), Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Parti Islam Se-Malaysia (PAS), Gabungan Parti Sarawak (GPS), serta Parti Warisan Sabah (Warisan).
Sebelumnya mereka berkongsi untuk mengalahkan Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) pimpinan Najib Razak, Mei 2018 lalu. Saat itu keduanya membuat perjanjian bahwa setelah 2,5 tahun, posisi PM akan diserahkan Mahathir kepada Anwar.
Sebagaimana diketahui, Mahathir yang dilantik menjadi PM pada 2018 lalu mengatakan hanya akan menjabat selama dua tahun. Setelah itu, dia akan menyerahkan jabatan kepada Anwar, sosok yang turut serta membantu menggulingkan Najib Razak.
Najib merupakan PM yang menjabat pada masa sebelum kemenangan Mahathir. Najib digulingkan karena terseret skandal korupsi besar-besaran terkait 1MDB.
Setelah pengunduran diri tersebut, tak lama setelahnya, Raja menunjuk Mahathir untuk menjabat sebagai Perdana Menteri sementara.
Raja Malaysia menyampaikan hal itu pada hari yang sama (24/2) pukul 19.00 waktu setempat. Menurut laporan Malaysia Kini, Mahathir akan menjabat sebagai PM Malaysia untuk sementara selama 10 hari ke depan sebelum pemerintahan baru terbentuk.
Hingga pada Rabu (26/2/2020) PM sementara Malaysia Mahathir Mohamad memberikan keterangan pers terkait situasi terkini perpolitikan Malaysia di Putrajaya. Ia lantas membantah 'gila kekuasaan' dan menolak melepaskan jabatan PM.
"Saya mengundurkan diri karena saya melihat kekuasaan dan posisi bukan segalanya. Ini adalah sarana untuk mencapai tujuan tertentu demi kebaikan bangsa," ujar Mahathir seperti dilansir malaysiakini.com.
Lebih lanjut, Ia mengaku akan membentuk pemerintahan yang tidak memihak kepada siapapun. Kepentingan partai politik harus ditepikan.
"Hanya kepentingan nasional yang diprioritaskan," pungkasnya.
Sementara itu, Parlemen Malaysia akan memberikan suara untuk menentukan perdana menteri baru negeri itu pada 2 Maret 2020 nanti. "Parlemen akan dipanggil pada 2 Maret untuk memilih seorang perdana menteri," tegas Mahathir.
"Jika (parlemen) gagal menemukan seorang dengan mayoritas (suara), maka kita (Malaysia) akan mengambil jalan pemilihan cepat," katanya lagi. Sebelumnya Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong, Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al- Mustafa Billah Shah, sudah berkonsultasi dengan para pembuat UU sebelum mengambil langkah ini.
(sef/sef) Next Article PM Malaysia Mahathir Jadi Mundur?