
Internasional
Duh! Corona Disebut Menyebar Cepat, Dua Kali Lipat Sebelumnya
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 February 2020 13:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virusĀ corona semakin masif. Hingga kini sudah ada 54 negara yang terkonfirmasi terjangkit penyakit ini.
Laporan Moody's Analytics mengatakan jika kasus ini meningkat dengan cepat di luar China, maka ada kemungkinan wabah menyebar dua kali lipat, dari 20% menjadi 40%.
"Asumsi kami sebelumnya bahwa virus itu akan terkandung di China terbukti optimis, dan kemungkinan pandemi meningkat," tulis ekonom dari penelitian dan konsultasi Moody's Corporation, dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (28/2/2020).
Menurut data terbaru yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, hingga kini sudah ada lebih dari 83.373 kasus terkonfirmasi secara global.
China, sebagai negara sumber wabah, tetap menjadi negara dengan jumlah total kasus terbanyak. Namun dalam beberapa hari terakhir, negara Korea Selatan, Italia, dan Iran memiliki peningkatan jumlah kasus baru.
"Kasus-kasus Korea Selatan, dikombinasikan dengan penyebaran kasus-kasus baru di Italia dan Iran, menunjukkan bahwa sementara penyebaran di China telah melambat, tetapi virus menyebar luas di luar China," lanjutnya.
"Kemudahan penyebarannya juga dapat menjadi pertanda buruk bagi percepatan di China ketika pekerja kembali ke pekerjaan mereka dan ketika toko-toko dan restoran mulai dibuka kembali," tambahnya.
Sebelumnya, Moody's Analytics berasumsi jika wabah virus ini bisa meredam pada musim semi mendatang. Namun melihat kasus kini, para ekonom memproyeksikan kontraksi dalam ekonomi China pada kuartal pertama.
Sementara AS dan ekonomi global akan mengalami perlambatan pertumbuhan. Selain itu, memang wabah ini diperkirakan akan mengakibatkan resesi global dan AS selama paruh pertama tahun ini.
"Ekonomi sudah rapuh sebelum pecahnya dan rentan terhadap apa pun yang tidak menempel pada naskah. COVID-19 jauh dari naskah. COVID-19 muncul entah dari mana. Ini mungkin yang oleh para ekonom disebut angsa hitam, peristiwa yang jarang dan inheren tidak terduga dengan konsekuensi parah," kata para ekonom.
(sef/sef) Next Article Jelang Olimpiade, Kasus Covid-19 di China Pecah Rekor
Laporan Moody's Analytics mengatakan jika kasus ini meningkat dengan cepat di luar China, maka ada kemungkinan wabah menyebar dua kali lipat, dari 20% menjadi 40%.
"Asumsi kami sebelumnya bahwa virus itu akan terkandung di China terbukti optimis, dan kemungkinan pandemi meningkat," tulis ekonom dari penelitian dan konsultasi Moody's Corporation, dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (28/2/2020).
China, sebagai negara sumber wabah, tetap menjadi negara dengan jumlah total kasus terbanyak. Namun dalam beberapa hari terakhir, negara Korea Selatan, Italia, dan Iran memiliki peningkatan jumlah kasus baru.
"Kasus-kasus Korea Selatan, dikombinasikan dengan penyebaran kasus-kasus baru di Italia dan Iran, menunjukkan bahwa sementara penyebaran di China telah melambat, tetapi virus menyebar luas di luar China," lanjutnya.
"Kemudahan penyebarannya juga dapat menjadi pertanda buruk bagi percepatan di China ketika pekerja kembali ke pekerjaan mereka dan ketika toko-toko dan restoran mulai dibuka kembali," tambahnya.
Sebelumnya, Moody's Analytics berasumsi jika wabah virus ini bisa meredam pada musim semi mendatang. Namun melihat kasus kini, para ekonom memproyeksikan kontraksi dalam ekonomi China pada kuartal pertama.
Sementara AS dan ekonomi global akan mengalami perlambatan pertumbuhan. Selain itu, memang wabah ini diperkirakan akan mengakibatkan resesi global dan AS selama paruh pertama tahun ini.
"Ekonomi sudah rapuh sebelum pecahnya dan rentan terhadap apa pun yang tidak menempel pada naskah. COVID-19 jauh dari naskah. COVID-19 muncul entah dari mana. Ini mungkin yang oleh para ekonom disebut angsa hitam, peristiwa yang jarang dan inheren tidak terduga dengan konsekuensi parah," kata para ekonom.
(sef/sef) Next Article Jelang Olimpiade, Kasus Covid-19 di China Pecah Rekor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular