Benarkah Kejayaan Sepeda Motor di RI Segera Berakhir?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 February 2020 14:49
Benarkah Kejayaan Sepeda Motor di RI Segera Berakhir?
Foto: Diberlakukan Tilang, Pengendara Motor Masih Terobos Jalur Sepeda/CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Era kejayaan sepeda motor di tanah air diramal akan berakhir seiring dengan perbaikan pada sistem transportasi publik yang semakin gencar dilakukan pemerintah.

Salah seorang pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan masa-masa penjualan sepeda motor yang jalan di tempat atau bahkan surut adalah sebuah keniscayaan di masa depan.

"Itu bisa terjadi apalagi mulai gencar transportasi umum. Musuh sepeda motor itu adalah transportasi umum" kata Djoko kepada CNBC Indonesia pada Selasa (18/2/2020).

Tak dapat dipungkiri bahwa penjualan motor memang dalam tren yang turun sejak mencapai titik tertingginya pada 2011. Kala itu volume penjualan sepeda motor mencapai lebih dari 8 juta unit. Namun setelah itu penjualan sepeda motor terus turun.

Pada 2019 penjualan sepeda motor domestik mencapai 6.487460 unit. Data tersebut diperoleh dari Kementerian Perindustrian. Artinya dalam kurun waktu 8 tahun penjualan motor dalam negeri telah turun 19%.



Tahun lalu penjualan sepeda motor domestik hanya tumbuh 1,6% dibanding tahun sebelumnya. Asosiasi industri (AISI) memperkirakan volume penjualan sepeda motor untuk tahun 2020 masih di angka 6,4 juta unit.

Melihat tren yang memang turun, benarkah era kejayaan sepeda motor akan berakhir?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka harus tahu alasan orang lebih memilih kendaraan pribadi terutama sepeda motor ketimbang kendaraan lain seperti transportasi umum.

Menurut studi yang dilakukan oleh Yori Herwangi dkk yang dipublikasikan di Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 2015, sepeda motor merupakan sara transportasi yang penting bagi masyarakat yang berpendapatan menengah-rendah.

Sepeda motor dengan harganya yang relatif murah dan fleksibilitas yang ditawarkan membuat kendaraan roda dua ini menjadi primadona untuk mayoritas penduduk Indonesia yang notabene berpendapatan menengah-rendah. Apalagi transportasi publik di tanah air belum memadai.

Faktor tersebut menjadi alasan mengapa jumlah pemilik kendaraan pribadi terutama sepeda motor di Indonesia sangat banyak. Namun tren penurunan penjualan motor memang teramati dalam beberapa tahun terakhir.

Demam profesi ojek online pun tak lantas membuat penjualan motor meningkat drastis. Padahal perusahaan rintisan yang bergerak di bidang ride hailing seperti Gojek dan Grab juga menyediakan platform yang memfasilitasi drivernya untuk memiliki kendaraan roda dua baru melalui pembelian kredit.
Di sisi lain pemerintah juga terus memperbaiki sektor infrastruktur dan transportasi publik secara masif dalam lima tahun terakhir dalam rangka meningkatkan konektivitas.

Dalam lima tahun pemerintahan Jokowi, pemerintah telah membangun 3.194 km jalan pembatasan, 1.387 km jalan tol, 811,89 km rel kereta api, 136 pelabuhan dan 15 bandara. Belum lagi adanya transportasi seperti MRT dan LRT yang semakin menghubungkan Jakarta dengan kota sekitarnya.

Transportasi publik di Indonesia memang semakin berbenah. Namun apakah ini jadi penyebab volume penjualan sepeda motor tanah air mengalami penurunan dalam 9 tahun terakhir dan cenderung stagnan sejak 2015?

Masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan seperti itu. Sepeda motor masih menjadi primadona di kalangan masyarakat Indonesia terutama yang berpenghasilan menengah-rendah.

Transportasi publik memang dibangun secara masif, tetapi masih terbatas di kota-kota besar saja. Untuk bisa membuat masyarakat Indonesia beralih dari motor ke transportasi publik, setidaknya ada beberapa faktor yang harus dipenuhi.

Persoalan konektivitas yang semakin tinggi disertai dengan ketersediaan moda transportasi yang memadai di berbagai daerah di Indonesia tidak hanya di kota-kota besar saja.

Peningkatan konektivitas memang terus diupayakan oleh pemerintah. Pada APBN 2020, pemerintah menganggarkan Rp 423,3 triliun dana untuk pembangunan infrastruktur seperti membangun jalan sepanjang 486 km dan penyelesaian rel kereta sepanjang 238,8 km.

Sementara ketersediaan moda transportasi juga harus jadi sorotan. Jika infrastrukturnya ada tetapi kendaraannya tidak ada ya percuma. Tidak hanya tersedia saja, tetapi moda transportasi juga harus memberikan keunggulan lain dibanding sepeda motor seperti lebih efisien dari segi waktu maupun ongkos.

Jika faktor-faktor tersebut terpenuhi tak menutup kemungkinan perlahan-lahan orang mulai beralih ke transportasi umum. Namun untuk sekarang jika ada peralihan dari sepeda motor ke transportasi publik jumlahnya belumlah signifikan dan masih terjadi di kota-kota besar saja yang moda transportasi publiknya memadai.

Berkaca pada transportasi publik di negara lain, negara-negara yang maju biasanya lebih banyak mengandalkan moda transportasi umumnya. Sehingga pangsa perjalanan yang menggunakan transportasi publik terhadap total perjalanan tergolong besar. Singapura bukan lah negara yang ramah dengan sepeda motor.

Di Singapura, menurut studi yang dilakukan oleh Asosiasi Transportasi Umum Internasional (UITP) jumlah perjalanan menggunakan transportasi publik mencapai 2,5 miliar perjalanan pada 2015. Penggunaan transportasi publik di Singapura diperkirakan terus tumbuh dan setidaknya 10% lebih tinggi dari rata-rata penggunaan di negara lain yang juga dievaluasi dalam kajian tersebut.




TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular