Internasional

Karena Corona di China, Negara-negara Ini Terancam Resesi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 February 2020 07:24
Karena Corona di China, Negara-negara Ini Terancam Resesi
Jakarta, CNBC IndonesiaCorona bukan hanya mematikan nyawa. Tapi juga merusak pertumbuhan ekonomi global.

IMF setidaknya memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 dengan 0,1 poin persentase menjadi 3,3 persen, mengikuti pertumbuhan 2,9 persen tahun sebelumnya. Angka ini menjadi terendah dalam satu dekade.


Bukan hanya itu, bayang-bayang resesi yang sempat muncul di 2019 dan menghilang di awal 2020, kini datang kembali. Resesi adalah situasi di mana suatu negara mencatat pertumbuhan ekonomi negatif atau berkontraksi dalam dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Ekonomi China karena corona, diprediksi menjadi 5,2% di 2020, terendah selama 30 tahun menjadi pukulan bagi sejumlah negara yang dekat secara perdagangan. Sebelumnya ekonomi terbesar di dunia itu tumbuh 6% di 2019.

Lalu negara mana saja yang terancam resesi saat ini:



Jerman

Jerman, ekonomi keempat terbesar di dunia juga diperkirakan tersandung corona dan kemerosotan ekonomi China. Negeri Panser ini kini bersiap-siaga dengan realita merosotnya permintaan konsumen, yang mungkin akan menyeret pertumbuhan ekonomi ke angka lebih rendah.

Sebagaimana dilansir dari The Guardian, bank sentral Jerman Bundesbank lima sektor utama di negeri itu terus mengalami penurunan. Termasuk mobil hingga bahan kimia.

"Ada risiko ekonomi sehubungan dengan wabah corona di China," tulis bank tersebut dalam laporan terbarunya.

Pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada kuartal II-2019 ekonomi Jerman sempat minus 0,2%, akan tetapi mampu terhindar dari resesi karena pada kuartal III-2019 ekonominya tumbuh 0,2%.

Meski demikian, kepastian apakah ancaman resesi akan kembali menghantui Jerman masih buram. Moody's masih optimis ekonomi akan positif di 1%.

[Gambas:Video CNBC]



Singapura

Singapura diprediksi akan jatuh ke jurang resesi. Kemungkinan ini sangat besar, mengingat negeri Singa itu, memiliki korban corona terbesar kedua setelah China.

Singapura mengonfirmasi 77 kasus infeksi corona di negeri tersebut, sebagaimana ditulis gisanddata by Johns Hopkins per Selasa (18/2/2020) pukul 6:00 pagi. Kemungkinan resesi juga sempat terucap dari pemimpin negeri tersebut.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Liong mengatakan, bukan tidak mungkin negaranya terjerumus ke resesi. Sebab dampak virus corona ke perekonomian sudah akan terasa dalam jangka pendek.

"Dampaknya akan signifikan, setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Penyebaran (virus Corona) sangat intensif.

"Saya tidak bisa mengatakan bahwa Singapura akan resesi atau tidak. Bisa saja, tetapi yang jelas perekonomian Singapura akan terpukul," ungkap Lee, seperti diberitakan Reuters.

Sebenarnya, perekonomian Singapura sebenarnya baru bangkit. Pada kuartal IV-2019, pertumbuhan ekonomi Singapura tercatat 0,8%, membaik ketimbang kuartal sebelumnya yaitu 0,1%.

Ini adalah peningkatan pertama sejak kuartal II-2018. Namun sayangnya, ekspor menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan China adalah mitra utama Singapura dengan nilai mencapai US$ 50,4 miliar atau menyumbang 13% dari total ekspor

Dengan perlambatan ekonomi China, tentu permintaan terhadap produk-produk dari luar negeri akan ikut berkurang. Artinya, ekspor Singapura sudah pasti terpukul.

Jepang


Karena Corona di China, Negara-negara Ini Terancam ResesiFoto: Bendera Jepang Terlihat di Atas Bank of Japan di Tokyo, Jepang pada 21 September 2016 (REUTERS/Toru Hanai)


Jepang melaporkan perlambatan dalam ekonominya pada kuartal Desember. Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir.

Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PDB) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% dari quarter-on-quarter (QoQ). Penurunan itu jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan oleh para ekonom yang seharusnya hanya kontraksi 1%.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara itu juga menyusut 6,3% secara tahunan (YoY). Angka itu lebih parah dari perkiraan pasar, yang memproyeksikan penurunan 3,7% (YoY).

Perlambatan ekonomi ini juga merupakan penurunan pertama dalam lima kuartal dan penurunan terbesar sejak kuartal-II 2014. Kenaikan pajak penjualan pada bulan April tahun lalu menghantam pengeluaran konsumen dan bisnis.

Parahnya, para analis mengatakan ekonomi negeri sakura juga diperkirakan akan berkinerja buruk pada kuartal saat ini. Ini bisa membuat Jepang terjerat ke dalam resesi.

Para analis menyebut dampak epidemi corona bisa "merusak" Jepang. Apalagi corona sudah dipastikan menghantam ekonomi China, yang begitu penting bagi Jepang.

Perlambatan ekonomi di China berarti menurunnya permintaan. Oleh karena itu, ekspor Jepang hampir pasti tertekan dan bisa mempengaruhi PDB secara keseluruhan.

Selain ekspor barang, dampak juga akan datang dari sektor pariwisata. Sepanjang 2019, jumlah kunjungan wisatawan asing (wisman) ke Jepang adalah 31,88 juta, di mana China menyumbang 9,59 juta kunjungan.

"Ada peluang yang cukup bahwa ekonomi akan mengalami kontraksi lagi pada Januari-Maret. Virus (corona) ini terutama akan menekan pariwisata yang masuk dan ekspor, serta juga dapat membebani konsumsi domestik cukup banyak," kata Taro Saito, rekan peneliti eksekutif di NLI Research Institute.

"Jika epidemi ini tidak bisa ditangani hingga pada saat Olimpiade Tokyo, kerugian ekonomi (yang dibawanya) akan sangat besar," katanya, sebagaimana dilaporkan Reuters.


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular