Internasional
Karena Corona di China, Negara-negara Ini Terancam Resesi
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 February 2020 07:24

Singapura
Singapura diprediksi akan jatuh ke jurang resesi. Kemungkinan ini sangat besar, mengingat negeri Singa itu, memiliki korban corona terbesar kedua setelah China.
Singapura mengonfirmasi 77 kasus infeksi corona di negeri tersebut, sebagaimana ditulis gisanddata by Johns Hopkins per Selasa (18/2/2020) pukul 6:00 pagi. Kemungkinan resesi juga sempat terucap dari pemimpin negeri tersebut.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Liong mengatakan, bukan tidak mungkin negaranya terjerumus ke resesi. Sebab dampak virus corona ke perekonomian sudah akan terasa dalam jangka pendek.
"Dampaknya akan signifikan, setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Penyebaran (virus Corona) sangat intensif.
"Saya tidak bisa mengatakan bahwa Singapura akan resesi atau tidak. Bisa saja, tetapi yang jelas perekonomian Singapura akan terpukul," ungkap Lee, seperti diberitakan Reuters.
Sebenarnya, perekonomian Singapura sebenarnya baru bangkit. Pada kuartal IV-2019, pertumbuhan ekonomi Singapura tercatat 0,8%, membaik ketimbang kuartal sebelumnya yaitu 0,1%.
Ini adalah peningkatan pertama sejak kuartal II-2018. Namun sayangnya, ekspor menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan China adalah mitra utama Singapura dengan nilai mencapai US$ 50,4 miliar atau menyumbang 13% dari total ekspor
Dengan perlambatan ekonomi China, tentu permintaan terhadap produk-produk dari luar negeri akan ikut berkurang. Artinya, ekspor Singapura sudah pasti terpukul.
Jepang
Jepang melaporkan perlambatan dalam ekonominya pada kuartal Desember. Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir.
Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PDB) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% dari quarter-on-quarter (QoQ). Penurunan itu jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan oleh para ekonom yang seharusnya hanya kontraksi 1%.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara itu juga menyusut 6,3% secara tahunan (YoY). Angka itu lebih parah dari perkiraan pasar, yang memproyeksikan penurunan 3,7% (YoY).
Perlambatan ekonomi ini juga merupakan penurunan pertama dalam lima kuartal dan penurunan terbesar sejak kuartal-II 2014. Kenaikan pajak penjualan pada bulan April tahun lalu menghantam pengeluaran konsumen dan bisnis.
Parahnya, para analis mengatakan ekonomi negeri sakura juga diperkirakan akan berkinerja buruk pada kuartal saat ini. Ini bisa membuat Jepang terjerat ke dalam resesi.
Para analis menyebut dampak epidemi corona bisa "merusak" Jepang. Apalagi corona sudah dipastikan menghantam ekonomi China, yang begitu penting bagi Jepang.
Perlambatan ekonomi di China berarti menurunnya permintaan. Oleh karena itu, ekspor Jepang hampir pasti tertekan dan bisa mempengaruhi PDB secara keseluruhan.
Selain ekspor barang, dampak juga akan datang dari sektor pariwisata. Sepanjang 2019, jumlah kunjungan wisatawan asing (wisman) ke Jepang adalah 31,88 juta, di mana China menyumbang 9,59 juta kunjungan.
"Ada peluang yang cukup bahwa ekonomi akan mengalami kontraksi lagi pada Januari-Maret. Virus (corona) ini terutama akan menekan pariwisata yang masuk dan ekspor, serta juga dapat membebani konsumsi domestik cukup banyak," kata Taro Saito, rekan peneliti eksekutif di NLI Research Institute.
"Jika epidemi ini tidak bisa ditangani hingga pada saat Olimpiade Tokyo, kerugian ekonomi (yang dibawanya) akan sangat besar," katanya, sebagaimana dilaporkan Reuters.
(sef/sef)
Singapura diprediksi akan jatuh ke jurang resesi. Kemungkinan ini sangat besar, mengingat negeri Singa itu, memiliki korban corona terbesar kedua setelah China.
Singapura mengonfirmasi 77 kasus infeksi corona di negeri tersebut, sebagaimana ditulis gisanddata by Johns Hopkins per Selasa (18/2/2020) pukul 6:00 pagi. Kemungkinan resesi juga sempat terucap dari pemimpin negeri tersebut.
"Dampaknya akan signifikan, setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Penyebaran (virus Corona) sangat intensif.
"Saya tidak bisa mengatakan bahwa Singapura akan resesi atau tidak. Bisa saja, tetapi yang jelas perekonomian Singapura akan terpukul," ungkap Lee, seperti diberitakan Reuters.
Sebenarnya, perekonomian Singapura sebenarnya baru bangkit. Pada kuartal IV-2019, pertumbuhan ekonomi Singapura tercatat 0,8%, membaik ketimbang kuartal sebelumnya yaitu 0,1%.
Ini adalah peningkatan pertama sejak kuartal II-2018. Namun sayangnya, ekspor menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan China adalah mitra utama Singapura dengan nilai mencapai US$ 50,4 miliar atau menyumbang 13% dari total ekspor
Dengan perlambatan ekonomi China, tentu permintaan terhadap produk-produk dari luar negeri akan ikut berkurang. Artinya, ekspor Singapura sudah pasti terpukul.
Jepang
![]() |
Jepang melaporkan perlambatan dalam ekonominya pada kuartal Desember. Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir.
Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PDB) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% dari quarter-on-quarter (QoQ). Penurunan itu jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan oleh para ekonom yang seharusnya hanya kontraksi 1%.
Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara itu juga menyusut 6,3% secara tahunan (YoY). Angka itu lebih parah dari perkiraan pasar, yang memproyeksikan penurunan 3,7% (YoY).
Perlambatan ekonomi ini juga merupakan penurunan pertama dalam lima kuartal dan penurunan terbesar sejak kuartal-II 2014. Kenaikan pajak penjualan pada bulan April tahun lalu menghantam pengeluaran konsumen dan bisnis.
Parahnya, para analis mengatakan ekonomi negeri sakura juga diperkirakan akan berkinerja buruk pada kuartal saat ini. Ini bisa membuat Jepang terjerat ke dalam resesi.
Para analis menyebut dampak epidemi corona bisa "merusak" Jepang. Apalagi corona sudah dipastikan menghantam ekonomi China, yang begitu penting bagi Jepang.
Perlambatan ekonomi di China berarti menurunnya permintaan. Oleh karena itu, ekspor Jepang hampir pasti tertekan dan bisa mempengaruhi PDB secara keseluruhan.
Selain ekspor barang, dampak juga akan datang dari sektor pariwisata. Sepanjang 2019, jumlah kunjungan wisatawan asing (wisman) ke Jepang adalah 31,88 juta, di mana China menyumbang 9,59 juta kunjungan.
"Ada peluang yang cukup bahwa ekonomi akan mengalami kontraksi lagi pada Januari-Maret. Virus (corona) ini terutama akan menekan pariwisata yang masuk dan ekspor, serta juga dapat membebani konsumsi domestik cukup banyak," kata Taro Saito, rekan peneliti eksekutif di NLI Research Institute.
"Jika epidemi ini tidak bisa ditangani hingga pada saat Olimpiade Tokyo, kerugian ekonomi (yang dibawanya) akan sangat besar," katanya, sebagaimana dilaporkan Reuters.
(sef/sef)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular