Internasional

Perang Suriah, PBB: Krisis Kemanusiaan Paling Mengerikan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
18 February 2020 16:38
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa sebanyak 900.000 warga Suriah mengungsi akibat perang di Suriah.
Foto: Tentara Suriah memasang tanda kemenangan di lingkungan Rashideen, di provinsi Aleppo, Suriah. (SANA via AP)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa sebanyak 900.000 warga Suriah harus mengungsi akibat terjadinya perang antara militer Suriah dengan kelompok pemberontak anti Assad sejak Desember 2019 lalu.

Angka tersebut 100.000 lebih dari yang dicatat PBB sebelumnya. PBB juga menjelaskan jika ada banyak bayi-bayi yang sekarat akibat kedinginan, serta kamp bantuan dan pengungsian yang sudah kepenuhan.
"Krisis di barat laut Suriah telah mencapai tingkat baru yang mengerikan," kata kepala urusan kemanusiaan PBB dan bantuan darurat Mark Lowcock pada Senin (17/2/2020), dikutip dari France24.

Lowcock juga menambahkan jika kebanyakan para pengungsi adalah wanita dan anak-anak yang sangat "trauma akibat dipaksa tidur di luar dalam suhu beku karena kamp-kamp penuh".

"Ibu membakar plastik untuk menjaga anak-anak tetap hangat. Bayi dan anak kecil sekarat karena kedinginan," lanjut Lowcock.

Wilayah Idlib, termasuk bagian dari provinsi Aleppo merupakan rumah bagi sekitar 3 juta orang, setengah dari mereka sudah mengungsi dari bagian lain negara itu. Serangan yang dimulai akhir tahun lalu telah menyebabkan perpindahan tunggal terbesar warga sejak konflik dimulai pada 2011.

Perang tersebut setidaknya sudah menewaskan lebih dari 380.000 orang sejak meletus hampir sembilan tahun lalu, menyusul represi brutal terhadap demonstrasi yang menuntut perubahan rezim.

Lebih lanjut, Lowcock memperingatkan bahwa kekerasan di barat laut itu tidak pandang bulu, sebab membuat banyak warga menderita. Menurut laporan yang ia dapat, permukiman untuk para warga tersebut mengakibatkan kematian, cedera, dan perpindahan tak berkesudahan.

"Fasilitas kesehatan, sekolah, tempat tinggal, masjid, dan pasar sudah kena. Sekolah ditangguhkan, banyak fasilitas kesehatan telah ditutup. Ada risiko serius wabah penyakit. Infrastruktur dasar berantakan," kata Lowcock dalam sebuah pernyataan.

Selain itu, Lowcock juga mengatakan bahwa operasi bantuan besar-besaran yang sedang berlangsung dari perbatasan Turki dikabarkan kewalahan. "Peralatan dan fasilitas yang digunakan oleh pekerja bantuan sedang dirusak. Pekerja kemanusiaan sendiri terusir dan terbunuh," ungkapnya.

Presiden AS Donald Trump pada hari Minggu, 16 Februari lalu sudah menyerukan Rusia untuk mengakhiri dukungannya untuk kekejaman rezim Suriah di wilayah Idlib, khususnya di Aleppo.

Sebelumnya, pasukan Suriah dikabarkan melakukan serangan ke Aleppo dengan dukungan dari angkatan udara Rusia dan milisi pro Iran. Serangan diluncurkan di daratan Izza, atau sekitar 30 km Aleppo, di dekat perbatasan Turki. Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan serangan dilakukan guna membasmi pemberontak anti pemerintah.

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Dibantu Rusia Bombardir Aleppo, Ini Komentar Presiden Assad

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular