Singapura Resesi, Corona Ngeri! Jokowinomics Ada Solusi?

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
18 February 2020 07:20
Singapura Resesi, Corona Ngeri! Jokowinomics Ada Solusi?
Foto: Jurnalis meliput di samping papan pengumuman ASEAN Summit di Suntec Convention Center di Singapura, 12 November 2018. REUTERS / Athit Perawongmetha
Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona telah menewaskan 1.775 orang dari seluruh belahan dunia. Kurang lebih 71.810 orang terinfeksi. Bersyukur, tak ada satu pun dari Indonesia, baik yang terinfeksi hingga meninggal akibat COVID-19 ini.

Penyebaran virus corona membuat aktivitas ekonomi menjadi terbatas. Dihantui virus mematikan, masyarakat dan dunia usaha tentu sebisa mungkin menghindari aktivitas di luar rumah.

Konsumsi berkurang, pabrik banyak yang menganggur, akhirnya terjadi 'broken global supply chains'.


Roda perekonomian tidak mampu melaju kencang. Ini terjadi terutama di China, episentrum dari virus corona. Di China, orang-orang yang baru kembali ke Beijing setelah pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek tidak boleh pergi ke mana-mana.

"Mulai sekarang, semua orang yang kembali dari Beijing harus tetap di rumah atau melapor ke kelompok observasi selama 14 hari setelah kedatangan. Barang siapa yang melanggar akan diberikan sanksi sesuai aturan hukum yang berlaku," sebut pengumuman Beijing Virus Prevention Working Group, sebagaimana diberitakan Reuters.

Singapura Resesi, Corona Ngeri! Jokowinomics Ada Solusi?Foto: Rumah Sakit Virus Corona. (Chinatopix via AP)


Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi China hampir pasti melambat. Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%.

Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.

China adalah perekonomian terbesar kedua di dunia, sehingga perlambatan di sana akan mempengaruhi seluruh negara. Apalagi China adalah negara tujuan ekspor utama Indonesia.

Data BPS menyebut 30% lebih China mempengaruhi ekspor-impor Indonesia.

Jadi walau AS-China sudah menyelesaikan perang dagang, ada risiko baru yang bisa membuat ekspor Indonesia tetap lesu. Apabila sentimen virus corona bertahan lama, maka sepertinya ekspor masih sulit diharapkan menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi.

Rasanya ekspor bakal sulit diandalkan menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Oleh karena itu, konsumsi domestik harus digenjot agar pertumbuhan ekonomi tidak lagi di bawah 5%.




[Gambas:Video CNBC]





Jepang-Singapura, Bahaya!

Sementara Jepang melaporkan perlambatan dalam ekonominya pada kuartal Desember. Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir.

PDB Jepang pada kuartal IV-2019 terkontraksi 1,6%. Penurunan itu jauh lebih buruk dari yang diperkirakan analis yang diramal hanya kontraksi 1%.

Tak berhenti di Jepang, Singapura menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2020 pada hari Senin (17/2/2020). Alasannya adalah dampak buruk yang dibawa virus corona (COVID-19) asal Wuhan, China.

Rentang pertumbuhan PDB 2020 Singapura saat ini diproyeksikan antara -0,5% sampai 1,5%, dari sebelumnya 0,5% sampai 2,5%. Proyeksi ekspor domestik non-minyak juga diturunkan menjadi -0,5% sampai 1,5% dari 0% sampai 2% sebelumnya.

Paket Kebijakan Thailand dan Malaysia

Pemerintah Thailand memperkirakan jumlah wisatawan asing turun 5 juta orang tahun ini dari 39,8 juta tahun lalu karena wabah mematikan asal Wuhan, China itu.

Oleh karena itu, Thailand berencana meluncurkan paket stimulus bulan depan untuk membantu industri pariwisata yang terdampak wabah corona. Hal itu disampaikan Wakil Perdana Menteri Menteri Somkid Jatusripitak, Jumat (14/2/2020).

"Paket itu akan mencakup langkah-langkah untuk mendukung bisnis guna memperlambat PHK dan mempromosikan perjalanan domestik," kata Jatusripitak kepada wartawan setelah mengadakan pertemuan, sebagaimana dilaporkan AFP.

Pemerintah Malaysia juga berencana meluncurkan paket stimulus untuk menopang ekonominya yang terdampak virus corona asal Wuhan, China. Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengatakan industri pariwisata menjadi yang paling terpengaruh dari wabah itu.

Padahal, Malaysia sedang menggelar kampanye Visit Malaysia 2020 untuk meningkatkan jumlah wisatawan. Namun, corona malah membuat jumlah kedatangan mengalami penurunan.

"Ketika kami mengumumkan kampanye, kami tidak memprediksi kehadiran (wabah) corona. Tapi sekarang, kami sampai harus melarang maskapai terbang ke beberapa daerah di China," katanya dalam sesi tanya jawab dengan perusahaan multinasional Prancis, mengutip laporan Channel News Asia.

Namun, Mahathir tidak merinci langkah konkret apa yang akan diambil pemerintah untuk mendorong perekonomiannya.

Menteri Keuangan Malaysia Lim Guan Eng mengatakan pada akhir pekan bahwa kementeriannya akan melihat durasi dan dampak corona di Malaysia terlebih dulu, sebelum memutuskan kuantum yang cocok untuk paket stimulus. Pemerintah Indonesia memang sudah menempuh sejumlah upaya untuk mencegah masuknya virus corona ke Ibu Pertiwi. Kementerian Perhubungan hingga saat ini masih memberlakukan penutupan sementara rute penerbangan dari dan ke China, termasuk yang melalui transit. Sedangkan Kementerian Perdagangan melarang impor hewan hidup asal Negeri Tirai Bambu.

Namun meski Indonesia sejauh ini mampu membentengi diri dari penularan virus corona, tetapi sepertinya sulit untuk tidak merasakan dampak ekonominya. Sebab, dampak ekonomi dari virus ini memang luar biasa.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan melihat epidemi virus corona yang masih menyerang dunia, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berada pada kisaran 4,6% sampai 4,9% pada kuartal I-2019.

"Kemungkinan full year juga akan di bawah 5%. Karena epidemi ini belum tuntas, dan kita sudah kehilangan momen di satu semester ini," kata David saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (17/2/2020).

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengungkapkan sekitar 50% impor Indonesia dari China adalah barang-barang industri manufaktur yang diperlukan untuk investasi. Disrupsi supply chain regional di Tiongkok akibat corona virus ini tentunya berdampak pada industri di Indonesia, yang input produksinya banyak dari China.

"Banyak perusahaan multinasional asing yang memiliki pusat manufaktur di Tiongkok, yang produksi barangnya diperlukan industri di seluruh dunia termasuk Indonesia," kata Satria kepada CNBC Indonesia, Senin (17/2/2020).


"Tentu perlu ada sinkronisasi kebijakan fiskal-moneter yang lebih cepat dalam merespon ini. Otoritas fiskal di Tiongkok dan Singapura sudah mengumumkan pelebaran defisit anggaran, dan Indonesia seharusnya juga masuk ke dalam "synchronized fiscal easing" yang memang diperlukan untuk meminimalisir dampak melemahnya siklus ekonomi akibat dari virus corona ini," imbuhnya.

Menanti Jokowinomics

Satria kemudian menerangkan, dalam jangka pendek, pemerintah dapat melakukan: Pertama, pemotongan tiket pesawat untuk menstimulasi konsumsi, turisme dan perekonomian daerah. Kedua, stimulus pajak untuk menyokong ekspansi korporasi dan konsumsi domestik.

"Ketiga, memfokuskan stimulus fiskal ke bidang-bidang yang memiliki dampak multiplier tinggi bagi perekonomian, misalnya properti dan perumahan," terang Satria.

Senada dengan Satria, Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengungkapkan pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,3-4,6% pada kuartal I-2020.

"Perlambatan dipengaruhi wabah virus corona yang menghambat motor ekspor, investasi dan konsumsi domestik," katanya.

"Investasi dalam negeri masih wait and see menunggu pembahasan omnibus law perpajakan dan cipta kerja di parlemen," terang Bhima.

Sementara dari sektor lapangan usaha, industri manufaktur terus melemah ditunjukkan oleh penurunan PMI dari 49.5 menjadi 49.3 per Januari 2020 dibanding Desember tahun lalu.

"Yang harus dilakukan pemerintah dan BI adalah merilis paket paket stimulus pada sektor yang terdampak corona," tutur Bhima.

"Bisa berupa pemangkasan suku bunga acuan bank 25-50 bps di kuartal I-2020 maupun insentif perpajakan pada sektor berorientasi ekspor dan pariwisata, melakukan penangguhan pembayaran bunga atau cicilan pokok debitur pariwisata pada bank bank bumn (khususnya di Bali, Lombok dan Manado). Terakhir saya usul tarif maskapai penerbangan khususnya Garuda diturunkan secara signifikan sebagai promo wisatawan domestik untuk menggantikan potensi wisman yang hilang," paparnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji akan memberikan diskon besar-besaran kepada wisawatan mancanegara maupun domestik yang melancong ke sejumlah destinasi wisata Indonesia.

Singapura Resesi, Corona Ngeri! Jokowinomics Ada Solusi?Foto: Jokowi kunjungi Sabo Dam, Merapi, 14 Februari 2020/Instagram @jokowi


Stimulus tersebut diberikan untuk memberikan dorongan lebih terhadap sektor pariwisata Indonesia yang dalam beberapa bulan terakhir lesu akibat merebaknya virus corona atau yang disebut Covid-19.

"Ini masih kita hitung bersama untuk memberiklan diskon atau insentif bagi wisatawan mancanegara yaitu 30% dari tarif riil," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (17/2/2020).

Meskipun tidak merinci diskon apa yang dimaksud, Jokowi mengatakan, stimulus tersebut akan diberikan untuk sejumlah destinasi wisata di Indonesia. Jajaran menteri pun diberikan waktu 3 bulan untuk mengkaji rencana tersebut.

Saat ini segala efek buruk dari virus corona bagi ekonomi Indonesia harus diantisipasi dengan 'steroid'.

Paling penting bagi pemerintah, adalah menjaga (kalau bisa meningkatkan) konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga adalah kunci, karena menyumbang hampir 60% dari pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).

Cara menjaga konsumsi rumah tangga adalah mempertahankan inflasi tetap rendah. Tidak mudah, karena harga sejumlah bahan pangan mulai melonjak gara-gara pasokan dari China yang menipis. Penyebabnya apa lagi kalau bukan Corona.

Contoh, Indonesia banyak mendatangkan bawang putih dari China, bahkan sekitar 90% bawang putih impor datang dari negara tersebut. Pada Januari-Oktober 2019, nilai impor bawang putih Indonesia dari China adalah US$ 332,91 juta.

Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), rata-rata harga bawang putih ukuran sedang secara nasional pada 21 Januari adalah Rp 35.600/kg. kemarin, harganya adalah Rp 53.250/kg. Luar biasa...

Cara lain untuk mendorong konsumsi rumah tangga adalah melalui intervensi fiskal. Misalnya dengan pemberian subsidi langsung kepada masyarakat seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pemberian BLT adalah solusi cepat (quick fix) yang terbukti mampu menjaga konsumsi rumah tangga. Pemerintahan SBY memberi BLT pada 2008 sebagai kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. BLT ampuh membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 5,3% pada 2008, bahkan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5%.

Oleh karena itu, mungkin pemerintah perlu memasukkan opsi pemberian BLT jika dampak serangan virus Corona berkepanjangan. Sebab kala ekspor dan investasi lesu, BLT bisa jadi adalah obat yang cespleng untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.



[Gambas:Video CNBC]




Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular