
RI Boleh Kebal Corona, Tapi Tak Akan Tahan dengan Dampaknya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 February 2020 06:12

Penyebaran virus corona membuat aktivitas ekonomi menjadi terbatas. Dihantui virus mematikan, masyarakat dan dunia usaha tentu sebisa mungkin menghindari aktivitas di luar rumah.
Akibatnya, roda perekonomian tidak mampu melaju kencang. Ini terjadi terutama di China, episentrum dari virus corona.
Data ekonomi terbaru di China memberi konfirmasi akan perlambatan ekonomi. Pada Januari 2020, penanaman modal asing (Foreign Direct Investment/FDI) di China tumbuh 4% year-on-year (YoY). Walau masih tumbuh, ini adalah laju terlemah sejak Desember 2018.
Kemudian harga rumah baru pada Januari 2020 tumbuh 6,3% YoY. Lagi-lagi walau masih tumbuh, tetapi menjadi yang terendah sejak Juli 2018.
China adalah perekonomian terbesar di Asia dan nomor dua di dunia. Kalau perekonomian China melambat, maka dunia akan merasakan akibatnya.
"Pada akhir 2019, kami memproyeksikan akan ada pemulihan dan tekanan yang terjadi pada 2018-2019 bakal berakhir. Namun kemudian virus menyerang. Terjadi gangguan terhadap aktivitas bisnis, kantor-kantor tutup, dan mobilitas terbatas. Ada ketidakpastian, bukan hanya soal penyebaran virus tetapi juga dampak terhadap perekonomian global," tulis riset Citi.
Mengutip riset Citi, corona memiliki dampak yang lebih parah ketimbang kala SARS menghebohkan dunia pada 2002-2003. Dua negara yang diperkirakan bakal mengalami dampak paling parah adalah Hong Kong dan Singapura.
Citi meramal setiap penurunan pertumbuhan ekonomi China sebesar 50 basis poin (bps), maka pertumbuhan ekonomi Hong Kong dan Singapura akan berkurang masing-masing 37 bps dan 34 bps.
Bagaimana dengan Indonesia? Citi memperkirakan jika pertumbuhan ekonomi China melambat 50 bps, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terpangkas sembilan bps.
(aji)
Akibatnya, roda perekonomian tidak mampu melaju kencang. Ini terjadi terutama di China, episentrum dari virus corona.
Data ekonomi terbaru di China memberi konfirmasi akan perlambatan ekonomi. Pada Januari 2020, penanaman modal asing (Foreign Direct Investment/FDI) di China tumbuh 4% year-on-year (YoY). Walau masih tumbuh, ini adalah laju terlemah sejak Desember 2018.
Kemudian harga rumah baru pada Januari 2020 tumbuh 6,3% YoY. Lagi-lagi walau masih tumbuh, tetapi menjadi yang terendah sejak Juli 2018.
China adalah perekonomian terbesar di Asia dan nomor dua di dunia. Kalau perekonomian China melambat, maka dunia akan merasakan akibatnya.
"Pada akhir 2019, kami memproyeksikan akan ada pemulihan dan tekanan yang terjadi pada 2018-2019 bakal berakhir. Namun kemudian virus menyerang. Terjadi gangguan terhadap aktivitas bisnis, kantor-kantor tutup, dan mobilitas terbatas. Ada ketidakpastian, bukan hanya soal penyebaran virus tetapi juga dampak terhadap perekonomian global," tulis riset Citi.
Mengutip riset Citi, corona memiliki dampak yang lebih parah ketimbang kala SARS menghebohkan dunia pada 2002-2003. Dua negara yang diperkirakan bakal mengalami dampak paling parah adalah Hong Kong dan Singapura.
Citi meramal setiap penurunan pertumbuhan ekonomi China sebesar 50 basis poin (bps), maka pertumbuhan ekonomi Hong Kong dan Singapura akan berkurang masing-masing 37 bps dan 34 bps.
Bagaimana dengan Indonesia? Citi memperkirakan jika pertumbuhan ekonomi China melambat 50 bps, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terpangkas sembilan bps.
![]() |
(aji)
Next Page
Ekspor dan Investasi Jadi Jalan Masuk
Pages
Most Popular