
Corona Memang dari China, Tapi Bisa Hantam Ekonomi Dunia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 February 2020 09:29

Oleh karena itu, virus Corona hampir pasti membuat ekonomi China melambat. Sebab aktivitas ekonomi, baik oleh rumah tangga maupun dunia usaha, menjadi terbatas.
Sejumlah institusi pun merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk 2020. Citi menurunkan dari 5,8% menjadi 5,5%, Economist Intelligence Unit memangkas dari 5,9% menjadi 4,9-5,4%, Macquarie memotong dari 5,9% ke 5,6%, Mizuho menurunkan dari 5,9% menjadi 5,6%, Natixis memangkas dari 5,7% menjadi 5,5%, dan UBS merevisi dari 6% menjadi 5,5%.
"Kami meyakini bahwa upaya China untuk meredam penyebaran virus, termasuk dengan melakukan karantina, akan cukup efektif. Namun tetap saja akan ada tekanan di perekonomian dalam jangka pendek karena gangguan permintaan dan pasokan," kata Mark Haefele, Global Chief Investment Officer UBS, seperti dikutip dari CNBC International.
"Virus Corona jelas akan berdampak signifikan terhadap perekonomian China pada Januari dan Februari. Pasar terlalu meremehkan ini," sebut riset Nomura, seperti diberitakan Reuters.
Peran China dalam percaturan ekonomi global semakin besar. Bahkan China diharapkan menjadi lokomotif perekonomian global karena kondisi di negara-negara maju yang belum bisa diharapkan.
Oleh karena itu, perlambatan ekonomi China tentu akan berdampak terhadap dunia. Kala China melambat, kemungkinan besar negara-negara lain akan merasakan hal serupa.
Berdasarkan pendekatan Purchasing Power Parity (PPP), Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat China menyumbang 19,24% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Hampir seperlima. Kala seperlima dari perekonomian dunia bermasalah, tentu dampaknya akan sangat terasa.
Jadi kalau outbreak virus corona semakin luas dan mengkhawatirkan, bukan cuma ekonomi China yang terpukul. Seluruh dunia akan merasakan akibatnya, cepat atau lambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Sejumlah institusi pun merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi China untuk 2020. Citi menurunkan dari 5,8% menjadi 5,5%, Economist Intelligence Unit memangkas dari 5,9% menjadi 4,9-5,4%, Macquarie memotong dari 5,9% ke 5,6%, Mizuho menurunkan dari 5,9% menjadi 5,6%, Natixis memangkas dari 5,7% menjadi 5,5%, dan UBS merevisi dari 6% menjadi 5,5%.
"Kami meyakini bahwa upaya China untuk meredam penyebaran virus, termasuk dengan melakukan karantina, akan cukup efektif. Namun tetap saja akan ada tekanan di perekonomian dalam jangka pendek karena gangguan permintaan dan pasokan," kata Mark Haefele, Global Chief Investment Officer UBS, seperti dikutip dari CNBC International.
Peran China dalam percaturan ekonomi global semakin besar. Bahkan China diharapkan menjadi lokomotif perekonomian global karena kondisi di negara-negara maju yang belum bisa diharapkan.
![]() |
Oleh karena itu, perlambatan ekonomi China tentu akan berdampak terhadap dunia. Kala China melambat, kemungkinan besar negara-negara lain akan merasakan hal serupa.
Berdasarkan pendekatan Purchasing Power Parity (PPP), Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat China menyumbang 19,24% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Hampir seperlima. Kala seperlima dari perekonomian dunia bermasalah, tentu dampaknya akan sangat terasa.
![]() |
Jadi kalau outbreak virus corona semakin luas dan mengkhawatirkan, bukan cuma ekonomi China yang terpukul. Seluruh dunia akan merasakan akibatnya, cepat atau lambat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular