Virus Corona Bisa Bikin Tragedi Ekonomi Dunia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2020 08:23
Virus Corona Bisa Bikin Tragedi Ekonomi Dunia!
Foto: WNI dari China Tiba di Indonesia (Dok. Kemenlu)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada 2018-2019, perekonomian global berjalan tertatih-tatih akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. 'Pertempuran' dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu membuat arus perdagangan dan investasi mampet.

Setelah nyaris dua tahun berseteru, akhirnya Washington dan Beijing 'rujuk'. Awal tahun ini, keduanya sudah menandatangani perjanjian damai dagang Fase I. Dengan hubungan yang terus membaik, peluang untuk fase selanjutnya sangat terbuka.

Semestinya damai dagang AS-China membawa suka cita. Tidak ada lagi hal yang membuat rantai pasok global rusak, arus perdagangan dan investasi bakal pulih. Ada harapan akan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. 


Namun ternyata risiko baru muncul. Risiko itu bernama virus corona.

Virus yang menyebabkan gejala seperti influenza ini berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Seiring libur panjang Tahun Baru Imlek, virus corona menyebar dengan luas dan cepat karena tingginya mobilitas masyarakat. Imlek memang momen puncak pergerakan warga China, baik antar-kota maupun antar-negara.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Selasa (4/2/2020) pukul 22:25 WIB, kini jumlah kasus corona di seluruh dunia sudah mencapai 20.685. Paling banyak terjadi di China yaitu 20.685 kasus. Disusul oleh Jepang (20), Thailand (19), Singapura (18), Hong Kong (17), Korea Selatan (15), Australia (12), Jerman (12), AS (11), Taiwan (11), Makau (10), Malaysia (10), Prancis (6), Uni Emirat Arab (5), Kanada (4), India (3), Italia (2), Rusia (2), Filipina (2), Inggris (2), Nepal (1), Kamboja (1), Spanyol (1), Finlandia (1), Swedia (1), dan Sri Lanka (1).

Sudah ada 492 korban jiwa akibat virus corona, mayoritas di China. Sementara di Hong Kong dan Filipina sudah ada seorang korban meninggal.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mendeklarasikan bahwa penyebaran virus Corona adalah kondisi darurat internasional. "Penyebaran (outbreak) virus corona belum bisa disebut pandemi, tetapi epidemi dengan fokus yang beragam," ujar Sylvie Briand, Direktur WHO, seperti dikutip dari Reuters.

Virus corona sudah menyebabkan tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Lambat laun, virus ini juga bisa menjadi biang kerok tragedi ekonomi.


[Gambas:Video CNBC]





Di pasar keuangan, penyebaran virus corona sudah menjadi sentimen negatif. Bursa saham Asia dibuat berguguran gara-gara kekhawatiran investor terhadap virus corona.

Berikut perkembangan sejumlah indeks saham utama Asia secara year-to-date:

 

"Apakah Anda ingin tahu bagaimana dampaknya jika semua orang di China tinggal di rumah dan tidak melakukan apa-apa? Well, ini dia," ujar Michael Every, Strategist Rabobank, seperti diberitakan Reuters.

"Situasi seperti ini akan bertahan untuk sementara waktu. Tidak jelas kapan orang bisa kembali bekerja. Restoran dan toko-toko ritel pun akan merasakan dampaknya," tambah Iris Pang, Ekonom ING, dikutip dari Reuters.


Sepertinya dampak virus corona memang sudah dirasakan oleh sektor riil. Ketakutan akan tertular virus membuat aktivitas industri mengendur. Selepas libur Imlek, belum jelas kapan para pekerja mulai kembali masuk.

"Awalnya pemerintah China menambah masa libur Imlek selama tiga hari. Namun sesudah itu, jumlah pabrik yang tidak berproduksi semakin banyak. Berbagai provinsi di China menunda aktivitas bisnis," sebut laporan IHS Markit yang dirilis 31 Januari lalu.

Saat ini sudah ada 11 provinsi di China yang menunda aktivitas bisnis non-vital. Provinsi-provinsi ini adalah penghasil dua pertiga produksi otomotif China.

IHS Markit memperkirakan produksi mobil di China bisa turun 350.000 unit (7%) jika pabrik masih menganggur sampai 10 Februari. Apabila masa idle ini semakin panjang hingga pertengahan Maret, maka dampaknya semakin parah.

Akan ada gangguan serius di rantai pasok industri otomotif, apalagi Provinsi Hubei adalah hub industri suku cadang. Akibatnya, produksi mobil bisa berkurang sampai 1,7 juta unit pada kuartal I-2020 atau amblas 32,3%.

Baca: Duh! Aktivitas Manufaktur China Turun, Karena Corona?

Riset S&P menyebutkan, virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 poin persentase. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini adalah 6%. Jika berkurang 1,2 poin persentase, maka pertumbuhan ekonomi China tinggal 4,8%.

"Pada 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 poin persentase dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 poin persentase," sebut riset S&P.

Pertumbuhan ekonomi di bawah 5% adalah bencana bagi China. Kalau sampai kejadian, maka akan menjadi catatan terburuk setidaknya sejak 1992.

 


China adalah perekonomian terbesar di Asia, sehingga penurunan permintaan di sana akan mempengaruhi satu benua. Bahkan China boleh dibilang menjadi tumpuan harapan dunia, karena pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju masih woles.

"Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju masih lambat, seperti yang sudah diperkirakan. Walau ada perbaikan berupa peningkatan penciptaan lapangan kerja, inflasi masih landai yang menandakan permintaan belum kuat," sebut laporan World Economic Outlook edisi Januari 2020 yang diterbitkan IMF.


 
China dengan pertumbuhan ekonomi yang tahun ini diperkirakan 6% bakal menjadi lokomotif perekonomian dunia. Namun sayang, sang lokomotif itu sedang bermasalah karena 'serangan' virus corona. Akibatnya, prospek pemulihan ekonomi global pada 2020 menjadi penuh tanda tanya. 

Berdasarkan pendekatan Purchasing Power Parity (PPP), IMF mencatat China menyumbang 19,24% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Hampir seperlima. Kalau ekonomi China melambat, maka tentu dampaknya akan terasa ke seluruh dunia.


Jadi kalau outbreak virus corona semakin luas dan mengkhawatirkan, bukan cuma ekonomi China yang terpukul. Seluruh dunia akan merasakan akibatnya, cepat atau lambat.

Sudahkah Indonesia bersiap?

Baca: Bahaya, Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa di Bawah 5% Gegara Corona


T
IM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular