
Virus Corona Bisa Bikin Tragedi Ekonomi Dunia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2020 08:23

Di pasar keuangan, penyebaran virus corona sudah menjadi sentimen negatif. Bursa saham Asia dibuat berguguran gara-gara kekhawatiran investor terhadap virus corona.
Berikut perkembangan sejumlah indeks saham utama Asia secara year-to-date:
"Apakah Anda ingin tahu bagaimana dampaknya jika semua orang di China tinggal di rumah dan tidak melakukan apa-apa? Well, ini dia," ujar Michael Every, Strategist Rabobank, seperti diberitakan Reuters.
"Situasi seperti ini akan bertahan untuk sementara waktu. Tidak jelas kapan orang bisa kembali bekerja. Restoran dan toko-toko ritel pun akan merasakan dampaknya," tambah Iris Pang, Ekonom ING, dikutip dari Reuters.
Sepertinya dampak virus corona memang sudah dirasakan oleh sektor riil. Ketakutan akan tertular virus membuat aktivitas industri mengendur. Selepas libur Imlek, belum jelas kapan para pekerja mulai kembali masuk.
"Awalnya pemerintah China menambah masa libur Imlek selama tiga hari. Namun sesudah itu, jumlah pabrik yang tidak berproduksi semakin banyak. Berbagai provinsi di China menunda aktivitas bisnis," sebut laporan IHS Markit yang dirilis 31 Januari lalu.
Saat ini sudah ada 11 provinsi di China yang menunda aktivitas bisnis non-vital. Provinsi-provinsi ini adalah penghasil dua pertiga produksi otomotif China.
IHS Markit memperkirakan produksi mobil di China bisa turun 350.000 unit (7%) jika pabrik masih menganggur sampai 10 Februari. Apabila masa idle ini semakin panjang hingga pertengahan Maret, maka dampaknya semakin parah.
Akan ada gangguan serius di rantai pasok industri otomotif, apalagi Provinsi Hubei adalah hub industri suku cadang. Akibatnya, produksi mobil bisa berkurang sampai 1,7 juta unit pada kuartal I-2020 atau amblas 32,3%.
Baca: Duh! Aktivitas Manufaktur China Turun, Karena Corona?
Riset S&P menyebutkan, virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 poin persentase. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini adalah 6%. Jika berkurang 1,2 poin persentase, maka pertumbuhan ekonomi China tinggal 4,8%.
"Pada 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 poin persentase dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 poin persentase," sebut riset S&P.
Pertumbuhan ekonomi di bawah 5% adalah bencana bagi China. Kalau sampai kejadian, maka akan menjadi catatan terburuk setidaknya sejak 1992.
(aji)
Berikut perkembangan sejumlah indeks saham utama Asia secara year-to-date:
"Situasi seperti ini akan bertahan untuk sementara waktu. Tidak jelas kapan orang bisa kembali bekerja. Restoran dan toko-toko ritel pun akan merasakan dampaknya," tambah Iris Pang, Ekonom ING, dikutip dari Reuters.
Sepertinya dampak virus corona memang sudah dirasakan oleh sektor riil. Ketakutan akan tertular virus membuat aktivitas industri mengendur. Selepas libur Imlek, belum jelas kapan para pekerja mulai kembali masuk.
"Awalnya pemerintah China menambah masa libur Imlek selama tiga hari. Namun sesudah itu, jumlah pabrik yang tidak berproduksi semakin banyak. Berbagai provinsi di China menunda aktivitas bisnis," sebut laporan IHS Markit yang dirilis 31 Januari lalu.
Saat ini sudah ada 11 provinsi di China yang menunda aktivitas bisnis non-vital. Provinsi-provinsi ini adalah penghasil dua pertiga produksi otomotif China.
IHS Markit memperkirakan produksi mobil di China bisa turun 350.000 unit (7%) jika pabrik masih menganggur sampai 10 Februari. Apabila masa idle ini semakin panjang hingga pertengahan Maret, maka dampaknya semakin parah.
Akan ada gangguan serius di rantai pasok industri otomotif, apalagi Provinsi Hubei adalah hub industri suku cadang. Akibatnya, produksi mobil bisa berkurang sampai 1,7 juta unit pada kuartal I-2020 atau amblas 32,3%.
Baca: Duh! Aktivitas Manufaktur China Turun, Karena Corona?
Riset S&P menyebutkan, virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 poin persentase. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini adalah 6%. Jika berkurang 1,2 poin persentase, maka pertumbuhan ekonomi China tinggal 4,8%.
"Pada 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 poin persentase dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 poin persentase," sebut riset S&P.
Pertumbuhan ekonomi di bawah 5% adalah bencana bagi China. Kalau sampai kejadian, maka akan menjadi catatan terburuk setidaknya sejak 1992.
(aji)
Next Page
China Semestinya Jadi Tumpuan Dunia
Pages
Most Popular